Lumpia

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000307
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Jawa Tengah
Responsive image
Lunpia dalam bahasa Mandarin disebut chunjuan. Kata ?juan? dalam chunjuan berarti gulungan, sedangkan ?chun? artinya musim semi. Lunpia disajikan ketika perayaan Imlek. Kehadiran makanan ini bermakna harapan agar semua manusia dapat lebih meningkatkan rasa cinta kasih kepada sesama. Makna dari kata ?gulungan? atau chun adalah manusia di seluruh bumi bersatu padu tanpa memandang perbedaan seperti halnya gulungan tersebut. Konon nama ?lunpia? diambil dari kata Olympia Park (pasar malam) di Semarang yang diadakan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1917. Waktu itu makanan yang berupa dadar gulung yang dibuat oleh suami-istri Tjoa Thay Yoe dan Wasi selalu dijajakan setiap kali ada pasar malam di Olympia Park. Masyarakat setempat sering menyebut makanan dadar gulung itu dengan sebutan Olympia. Karena kesulitan penyebutan, kemudian menjadi lunpia. Keberadaan Lunpia Semarang diawali dengan datangnya seorang imigran Cina bernama Tjoa Thay Yoe, yang berjualan makanan kecil berupa lunpia ke Semarang pada tahun 1870-an. Tjoa Thay Yoe merupakan gambaran pemuda Cina totok dengan kepala plonthos dan disisakan berupa rambut panjang yang dikucir ke belakang. Tjoa dalam menjajakan Lunpia dengan cara dipikul. Ketika berjualan di pasar, Tjoa melihat seorang wanita Jawa bernama Wasi yang menjual makanan mirip dengan yang ia jual. Wasi menjual makanannya dengan cara digendong. Perbedaan makanan tersebut terletak pada isinya. Makanan yang dijual Wasi berupa udang dan kentang, sedangkan yang dijual Tjoa Thay Yoe berisi daging babi dan rebung. Tjoa Thay Yoe melihat prospek yang baik, ia kemudian menikah dengan Wasi, di samping karena cinta, naluri bisnis menjadi pertimbangan juga. Setelah keduanya menikah, dalam menjajakan dagangannya secara dipikul. Ketika usahanya mengalami kemajuan, kemudiaan ia memakai gerobak untuk menjajakan dagangannya. Perkawinan keduannya dikaruniai satu orang putrid bernama Tjoa Po Nio. Adanya Olympia Park tahun 1917 menjadikan makanan Lunpia ini terkenal. Lunpia Tjoa-Wasi mengalami kejayaan dan meraup untung banyak. Pada tahun 1920, Tjoa Thay Yoe meninggal dunia, usahanya kemudian diteruskan oleh isterinya dan dibantu anaknya. Sepeninggal Wasi pada tahun 1930, Tjoa Po Nio sebagai anak tunggal mewarisi secara penuh semua kekayaan orang tuanya termasuk usahanya. Tjoa po Nio keemudian menikah dengan Siem Gwan Sing. Pasanngan tersebut meneruskan usaha dari orang tua Tjoa Po Nio. Siem Gwan Sing mengikuti isterinya, meneruskan usaha mertuanya. Meskipun Siem Gwan sing mengikuti isterinya, nama anak-anaknya tetap memakai she dari ayahnya. Pernikahan keduanya dikaruniai delapan orang anak, namun yang menekuni Lunpia hanya tiga anak, dua laki-laki dan satu wanita, yaitu: Siem Swie Hie, Siem Hwa Nio, dan Siem Swie Kim. Semasa Tjoa Po Nio dan Siem Gwan Sing, untuk mengembangkan usahanya kemudian keluarga ini membeli kios di Gang Lombok. Pasangan Tjoa Po Nio dan Siem Gwan Sing tidak mengarahkan semua anaknya untuk menekuni usaha Lunpia. Meskipun kedelapan anaknya sejak kecil sudah terlibat dan ikut membantu usaha orang tuanya, namun hanya tiga anak yang tertarik untuk menekuni usaha pembuatan Lunpia. Semenjak kecil mereka sudah mengetahui mengenai bahan, peralatan, proses pembuatan, dan cara penyajiannya. Proses pembuatan Lunpia dibagi menjadi dua tahap, yakni pembuatan kulit dan bahan isian. Bahan yang digunakan untuk kulit adalah terigu dengan campuran telor dan air. Adapun bahan isi terdiri dari bawang merah dan bawang putih yang dihaluskan, telor kocok, ayam, udang, dan irisan rebung.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

Siemwie Kiem

Gg. Lombok No. 11, Pecinan, Semarang

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Siemwie Kiem

Gg. Lombok No. 11, Pecinan, Semarang

?

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047