Nganggung

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000377
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung
Responsive image
Nganggung adalah salah satu tradisi yang hadir di masyarakat Melayu Bangka Belitung, khususnya di Pulau Bangka. Tradisi ini akhirnya menjadi sebuah adat yang terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat. Nganggung merupakan adat membawa makanan dari masing-masing rumah penduduk menuju ke satu tempat pertemuan besar, biasanya berupa Masjid, Surau, Langgar, atau Lapangan pada waktu-waktu tertentu di dalam Agama Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Nisfu Sya'ban, Muharram, serta selepas shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Nganggung sering disebut juga Sepintu Sedulang karena setiap rumah (sepintu atau satu pintu) membawa 'satu dulang (sedulang), yaitu wadah kuningan maupun seng yang digunakan untuk mengisi makanan dan kemudian ditutup dengan penutup dulang, yaitu Tudung Saji. Tradisi yang telah menjadi adat Melayu Bangka memberikan pemaknaan kekeluargaan yang kokoh di antara masyarakat Melayu dan menjadi sarana untuk mempererat silaturrahmi di antaranya. Rangkaian acara nganggung biasanya diisi dengan doa-doa maupun ceramah agama yang temanya disesuaikan dengan momen hari pelaksanaan Nganggung itu, seperti Maulid Nabi dan sebagainya. Adat kenduri atau sedekahan atau yang dikenal juga dengan adat syukuran di pulau Bangka sering dilakukan pada waktu hajat atau niat, hari-hari besar Islam, sering juga diadakan sehabis panen sebagai tanda bersyukur dan berterima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas rezeki yang telah dilimpahkan dan diberikan-Nya. Di kampung-kampung atau di pedesaan adat ini disebut Sepintu Sedulang atau Selawang Sedulang, artinya tiap - tiap bubung rumah menyiapkan atau menyediakan makanan yang nantinya akan dibawa ke masjid atau ke surau atau ke balai desa tempat berkumpulnya masyarakat kampung atau desa. Membawa makanan ke masjid atau surau atau balai desa ini disebut dengan istilah nganggung. Nganggung Sepintu sedulang adalah wujud sikap gotong royong dan kebersamaan masyarakat dalam mengatasi masalah secara bersama. Tiap satu pintu rumah atau tiap keluarga membawa atau nganggung satu dulang, berisi makanan yang lengkap termasuk lauk pauk, kue dan buah-buahan. Disebut kegiatan Nganggung yang dalam bahasa melayu Bangka berarti membawa sesuatu dalam jumlah yang banyak. Nganggung sepintu sedulang biasanya dilakukan pada upacara keagamaan, seperti hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, Mauludan, Ngeruah atau Nisfu Sya?ban, 1 Muharam, kemudian nganggung sepintu sedulang dilakukan juga pada acara sosial kemasyarakatan lainnya yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat di kampung. Biasanya dulang atau tempat menyusun makanan ini ada yang terbuat dari kuningan, timah atau kayu dan pada sebahagian masyarakat Bangka "dulang" disebut juga dengan kata "talam". Di atas dulang atau talam itu diaturlah piring-piring yang berisikan makanan seperti nasi lengkap dengan lauk pauknya, kue - kue atau buah-buahan. Kemudian dulang atau talam tersebut ditutup dengan tudung saji. Pada zaman dahulu tudung saji ini terbuat dari daun mengkuang (pandan hutan) dan ada pula yang terbuat dari daun purun. Bentuknya ada yang menyerupai kubah masjid dan ada pula yang berbentuk candi. Sekarang oleh karena pengaruh zaman, sudah banyak digunakan tudung yang terbuat dari bahan plastik. Setelah makanan diatur sedemikian rupa dalam dulang atau talam tersebut kemudian dibawa ke tempat seperti tersebut di atas yaitu ke masjid atau surau atau balai desa. Cara membawa dulang atau talam tersebut ialah dengan meletakkannya di atas telapak tangan dan mengangkat setinggi bahu. Ada pula dengan cara menjunjung di atas kepala. Atau, Pada hari pelaksanaan kegiatan, dulang dibawa dari rumah dengan ditayak yaitu dibawa dengan menggunakan sebelah tangan menggunakan jari terbuka sejajar di atas kepala, kemudian dulang disusun dengan rapi di dalam masjid atau balai desa tempat acara dilaksanakan. Dulang baru bisa dibuka dan dimakan bersama bila seluruh rangkaian acara peringatan selesai dilaksanakan, setelah pembacaan doa. Biasanya sebelum dulang atau talam tersebut dibawa ke masjid, surau atau ke balai desa, ada diisyaratkan dengan memukul bedug atau takok - takok sampai tiga tahap pukulan dengan irama khusus. Ada kalanya juga setelah selesai adat menganggung ini dikenal dengan sekali pemukulan bedung atau takok - takok pula. Setelah dulang atau talam yang berisikan makanan sampai di masjid, surau atau balai desa (tergantung dimana adat nganggung ini diadakan), dulang - dulang atau talam tersebut diatur sedemikian rupa dengan ketentuan yang datangnya dahulu dulangnya diatur pada barisan yang paling depan, yang datangnya kemudian menyusul pada barisan kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Cara duduk hadirin yang hadir dalam acara adat nganggung ini berhadap - hadapan menurut bentuk masjid, surau atau balai desa disesuaikan dengan jumlah yang hadir. Biasanya pada barisan paling depan atau pada barisan pertama diberi kehormatan pada tamu atau pejabat misalnya: pejabat pemerintahan, penghulu, pemuka agama, lurah, guru dan sebagainya. Sedangkan barisan paling belakang sekali diperuntukkan bagi anak - anak. Sebelum tudung saji dibuka terlebih dahulu diadakan pembacaan doa yang dipimpin oleh penghulu atau pemimpin agama. Setelah selesai pembacaan doa barulah dilanjutkan dengan makan bersama. Dalam acara nganggung ini yang hadir hanyalah kaum laki - laki saja. Di kota - kota acara nganggung ini sudah jarang dilakukan orang, berganti dengan adat kenduri atau sedekahan yang segala perongkosannya/pembiayaannya ditanggung sendiri oleh orang yang mempunyai hajat, sedangkan untuk adat nganggung, para tetanggalah yang menolong dan turut membantu pelaksana hajatan. Jadi lebih bersifat gotong royong dan sukarela. Untuk adat menganggung ini di kampung - kampung atau di pedesaan masih tetap dipertahankan sampai sekarang, meskipun sedikit mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Dinas Kebudayaan & Pariwisata Prov. Kepulauan Bangka Belitung

Jl. Profesi No. 2 Komplek Perkantoran & Pemukiman terpadu Pemerintah Prov. Kep. Bangka Belitung, Kelurahan Air Itam, Pangkalpinang

?

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047