Arsitektur Masjid Tegalsari Ponorogo

Tahun
2013
Nomor. Registrasi
2013003811
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Jawa Timur
Responsive image
Masjid Tegalsari terletak di desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo. Serambi Masjid Tegalsari berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 13,56 x 16,20 meter. Pada bangunan serambi ini terdapat tiang yang berjumlah 12 buah terbuat dari kayu jati dan mempunyai bentuk segi empat serta berukuran 21 cm x 21 cm. Dahulu ke 12 tiang ini mempunyai umpak, tetapi sekarang umpak-umpak tersebut telah tiada. Setelah diadakan perbaikan masjid tiang serambi ditambah 1,5 meter, karena posisi serambi telah dinaikkan dari posisi semula. Sebagai bahan penambah ketinggian digunakan tiang-tiang yang ada pada bangunan pawestrian. Serambi merupakan unsur tambahan terhadap arsitektur masjid. Hal ini ditunjukkan dengan fakta bahwa secara arsitektur, serambi mempunyai atap sendiri tidak menjadi satu dengan atap masjid. Pada serambi Masjid Tegalsari terdapat bedug yang fungsinya untuk memberi tanda bagi umat Islam pada saat masuk waktu sholat lima waktu. Denah ruang utama Masjid Tegalsari bujursangkar dengan ukuran 16,20 meter x 16,25 meter. Jendela dan pintu ruang utama terbuat dari kaca dan mempunyai pola yang sama. Pada ruang utama terdapat terdapat 36 tiang penyangga dan semua mempunyai umpak yang terbuat dari batu andesit. Akan tetapi sejak tahun 1977 umpak tersebut ditutupi ubin berwarna putih. Dari 36 buah tiang penyangga yang ada di dalam ruang utama empat diantaranya disebut saka guru. Keempat tiang saka guru itu mempunyai bentuk bulat, terbuat dari kayu jati dan mempunyai dua tipe yaitu bulat dan segi empat. Tiang yang berbentuk bulat sebanyak delapan buah yaitu enam buah pada deretan dinding Barat dan masing-masing satu buah pada sudut Timur dan sudut Selatan. Denah bujursangkar merupakan ciri-ciri masjid kuno di Indonesia. Pada dinding sebelah Barat ruang utama terdapat mihrab yang berukuran 206 cm x 130 cm x 217 cm. Lengkung mihrab terbuat dari kayu yang ditempelkan pada bagian depan mihrab. Lengkung ini terdiri dari ukir-ukiran yaitu bagian tiang dan bagian lengkung atas. Kedua tiang dihiasi daun dan motif bentuk pilin tegak berpangkal pada bagian bawah tiang sedang bagian lengkung yang berbentuk menyerupai mahkota berhias motif sayur-sayuran dan bunga.Hiasan tersebut memenuhi bidang yang ada secara simetris. Di depan mihrab terdapat mimbar yang berukuran panjang 1,85 meter, lebar 90 cm dan tinggi 2,60 meter. Bahan yang digunakan untuk membuat mimbar adalah kayu jati yang dicat dengan warna kuning, kuning emas dan hijau. Mimbar ini terdiri dua bagian yaitu alas mimbar dan kaki mimbar. Pada bagian tengah-tengah lengkung mimbar depan bagian bawah terdapat tonjolan yang menggantung ke bawah dengan bentuk elipsberdasar ongkolade. Tonjolan ini membentuk hiasan kaligrafi. Bentuk kaligrafi ini seperti binatang berkaki empat dan mempunyai ekor. Kaligrafi tersebut sampai sekarang belum dapat dibaca. Di atas tonjolan terdapat dua baris tulisan dalam huruf Arab. Di atas tulisan terdapat hiasan roset. Roset ini membentuk hiasan sulur-suluran yang memenuhi seluruh bidang depan lengkung mimbar secara simetris. Ada sebagian hiasan tersebut yang menuju puncak mahkota. Denah bangunan pawestren berbentuk segi empat dengan ukuran 8,25 x 18,42 meter. Pawestren adalah ruangan yang menempel pada dinding sebelah masjid dan merupakan tempat sholat bagi kaum wanita. Bangunan pawestren Masjid Tegalsari yang lama telah tiada karena pada pemugaran tahun 1977 ruangan ini telah mengalami perluasan. Atap Masjid Tegalsari terdiri tiga tingkat, bentuk atap seperti ini dinamakan atap tumpang. Atap tumpang adalah merupakan salah satu ciri khas masjid-masjid kuno di Indonesia. Pada Masjid Tegalsari kemuncaknya berbentuk tempayan yang menyerupai padasan dalam posisi terbalik. Kekunoan arsitektur Masjid Tegalsari di samping dapat dilihat dari konteks dan keletakan, juga dari unsur fisik masjid yang lain seperti : 1. Adanya pagar keliling yang mengitari kompleks masjid. Pagar keliling ini mempunyai arti memisahkan daerah yang sakral dan propan. Halaman masjid terbagi menjadi tiga yang masing-masing mempunyai arti atau tingkat kesakralan yang berbeda. Bagian yang paling sakral adalah mulai dari serambi hingga ruangan masjidnya. 2. Bekas adanya kolam yang terdapat pada bangunan masjid. Kolam tersebut dibuat kemungkinan dengan latar belakang tertentu antara lain: a. Berfungsi praktis yaitu untuk membersihkan kaki sebelum masuk ke halaman masjid. Kolam melambangkan samudra yang mengelilingi dunia yang berpusat pada Gunug Mahameru. Gunung Mahameru diwujudkan dalam bentuk bangunan masjid yang beratap tumpang. b. Bentuk atap tumpang berasal dari masa Indonesia Hindu dan dipakai pada bangunan sakral sebagaimana dapat dilihat dari beberapa relief candi. Penggunaan bentuk tumpang pada Masjid Tegalsari adalah sebagai sarana saluran islamisasi.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013

Pelaku Pencatatan

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Suhatno

Jl. Brigjen KatamsoNo. 139, Yogyakarta

(0274) 373241

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047