Sejarah Berdirinya Kota Tegal

Tahun
2013
Nomor. Registrasi
2013003994
Domain
Tradisi dan Ekspresi Lisan
Provinsi
Jawa Tengah
Responsive image
Kota Tegal merupakan penjelmaan dari desa yang bernama TE-TEGAL. Kira-kira tahun 1530 telah nampak kemajuannya dan termasuk wilayah Kabupaten Pemalang yang mengakui kerajaan Pajang. Ki Gede Sebayu saudara Raden Benowo pergi ke arah barat dan sampai di tepian sungai GUNG. Melihat kesuburan tanahnya, tergugah dan berniat bersama-sama penduduk meningkatkan hasil pertanian dengan memperluas lahan serta membuat saluran. Daerah yang sebagian besar merupakan tanah ladang tersebut kemudian dimanakan TEGAL.Atas keberhasilan usahanya memajukan pertanian dan membimbing warga masyarakat serta menanamkan rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ia diangkat menjadi pemimpin dan panutan warga masyarakat. Oleh Bupati Pemalang kemudian dikukuhkan menjadi sesepuh dengan pangkat Juru Demung atau Demang. Pengangkatan Ki Gede Sebayu menjadi pemimpin dilaksanakan pada perayaan tradisional setelah menikmati panen padi dan hasil pertanian lain di bulan purnama tanggal 15 Sapar tahun 1580 yang bertepatan dengan hari Jum?at Kliwon. Dalam perayaan juga dikembangkan ajaran agama dan budaya yang mempengaruhi kehidupan masyarakat pada waktu itu. Hari, tanggal dan tahun Ki Gede Sebayu diangkat menjadi pemimpin ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Tegal dengan peraturan daerah Nomor 5 tahun 1988 tanggal 28 Juli 1988. Di dalam peraturan Daerah tersebut Hari Jadi Kota Tegal diwujudkan dengan ungkapan filsafat sebagai berikut : 1. Tahun EHE 988 Hijrah dengan Cangdra Sengkala : ?MANG ESTI BASUKINING ANGGO?, yang berarti : - MANGESTI Berarti 8 - BASUKI Berarti 8 - Anggo Berarti 9 Secara harfiah berati berdoa untuk keselamatan diri dan bermakna setiap insan Pancasila akan selalu memohon kepada TuhanYang Maha Esa demi keselamatan dirinya, baik di dunia maupun di akhirat. Kota Tegal merupakan penjelmaan dari desa yang bernama TE-TEGAL. Kira-kira tahun 1530 telah nampak kemajuannya dan termasuk wilayah Kabupaten Pemalang yang mengakui kerajaan Pajang. Ki Gede Sebayu saudara Raden Benowo pergi ke arah barat dan sampai di tepian sungai GUNG. Melihat kesuburan tanahnya, tergugah dan berniat bersama-sama penduduk meningkatkan hasil pertanian dengan memperluas lahan serta membuat saluran. Daerah yang sebagian besar merupakan tanah ladang tersebut kemudian dimanakan TEGAL.Atas keberhasilan usahanya memajukan pertanian dan membimbing warga masyarakat serta menanamkan rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ia diangkat menjadi pemimpin dan panutan warga masyarakat. Oleh Bupati Pemalang kemudian dikukuhkan menjadi sesepuh dengan pangkat Juru Demung atau Demang. Pengangkatan Ki Gede Sebayu menjadi pemimpin dilaksanakan pada perayaan tradisional setelah menikmati panen padi dan hasil pertanian lain di bulan purnama tanggal 15 Sapar tahun 1580 yang bertepatan dengan hari Jum?at Kliwon. Dalam perayaan juga dikembangkan ajaran agama dan budaya yang mempengaruhi kehidupan masyarakat pada waktu itu. Hari, tanggal dan tahun Ki Gede Sebayu diangkat menjadi pemimpin ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Tegal dengan peraturan daerah Nomor 5 tahun 1988 tanggal 28 Juli 1988. Di dalam peraturan Daerah tersebut Hari Jadi Kota Tegal diwujudkan dengan ungkapan filsafat sebagai berikut : 1. Tahun EHE 988 Hijrah dengan Cangdra Sengkala : ?MANG ESTI BASUKINING ANGGO?, yang berarti : - MANGESTI Berarti 8 - BASUKI Berarti 8 - Anggo Berarti 9 Secara harfiah berati berdoa untuk keselamatan diri dan bermakna setiap insan Pancasila akan selalu memohon kepada TuhanYang Maha Esa demi keselamatan dirinya, baik di dunia maupun di akhirat. 2. Tahun 1580 dengan surya Sengkala : ?PUNANING PANGESTI WISIKING GUSTI? yang berati : - PURNAMA Berarti 0 - PANGESTI Berarti 8 - WISIK Berarti 5 - GUSTI Berarti 1 Secara harafiah berarti sesudah berdoa mendapat petunjuk Tuhan dan bermakna setiap insan Pancasila harus yakin, bahwa apabila meminta dengan khusuk dan sungguh-sungguh akan mendapat petunjuk Tuhan. Keberhasilan Ki Gede Sebayu terlibat dengan semakin luasnya lahan pertanian melimpah, tidk saja mencukupi kebutuhan sendiri tetapi dapat dioerdagangkan ke daerah lain. Pengumpulan hasil pertanian untuk daerah lain dipusatkan, sehingga terbentuklah pasar. Keramaian yang terjadi antara warga masyarakat yang menjajakan dengan para pembeli mendorong penduduk untuk mendirikan perkampungan yang dekat dengan kebutuhan pokok. Penghuni penduduk semakin membengkak dan berkembang pula kebudayaannya sehingga terbentuklah kota. Muara sungai Gung yang merupakan pelabuhan dalam kegiatan perdagangan, ramai disinggahi para pedagang dari luar daerah. Muara sungai Gung menjadi pelabuhan pada waktu itu adalah muara sungai Gung sebelah barat, yang sekarang disebut MUARATUA. Dalam perkembangan pelabuhan dipindahkan ke muara sungai Gung sebelah timur, yaitu pelabuhan Tegal yang disebut ?KALIBACIN?. Adanya dua muara sungai Gung menunjukkan bahwa Kota Tegal waktu itu merupakan delta yang dibatasi oleh dua aliran sungai. Dalam urusan perniagaan, banyak suku bangsa manca yang kemudian menetap di Tegal, sambil mengembangkan ajaran agama dan kebudayaan. Kebudayaan yang paling berpengaruh pada waktu itu, adalah kebudayaan Islam. Penduduk asli Tegal menerima kebudayaan Islam, namun masih mempertahankan kebudayaan daerah. Bentuk kesenian pada waktu itu merupakan paduan antara kesenian Hindu dan Islam, misalnya sintren dan lais, wayang, rabana Jawa. Setelah meninggal Ki Gede Sebayu dimakamkan di Desa Danawarih Kecamatan Balapulang, Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal, yaitu di makam Wangan Jimat. Di dekat makan Ki Gede Sebayu terdapat pancuran air tempat untuk berwudhu. Usaha yang telah dirintis oleh Ki Gede Sebayu dilanjutkan oleh putranya yaitu Ki Gede Honggowono. Setelah meninggal Ki Gede Honggowono dimakamkan di Dukuh Karangampel Slawi. Menurut silsilah Wangsa Reksonegoro, Ki Gede Sebayu putra dari Ki Ageng Wunut, cucu dari BataraKatong Bupati Ponorogo.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013

Pelaku Pencatatan

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Drs. Salamun

Jl. Brigjen KatamsoNo. 139, Yogyakarta

(0274) 373241

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047