Kain Kulit Kayu atau Mbeha adalah kain dari kulit kayu yang dihiasi manik-manik yang berungsi sebagai perlengkapan adat yang melambangkan kebesaran dan kebanggan rakyat. Yang membuat kain kulit kayu ini adalah masyarakat Kaili dan Kulawi dimana sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, dimana terdapat ibu-ibu yang trampil membuat kain kulit kayu. Ketrampilan ini sudah ada sejak dahulu kala. Kain kulit kayu ini pada umumnya digunakan untuk pakaian adat pada etnis kulawi yang terdiri dari beberapa jenis, yaitu : - Toradau, blus berwarna putih ragam hias belah ketupat. - Vuya, kain putih. - Siga, destar putih dan bergaris-garis. - Toradau, blus hitam. - Vini, rok hitam. - Vuya, kain coklat yang digunakan sebagai pembayar denda penangkal roh-roh jahat. Peralatan dan pembuatan kain kulit kayu ini terdiri dari peralatan yang sangat sederhana seperti palu, tatua, pola, dll dan teknik pembuatannya pun masih tradisional. Bahan yang digunakan adalah kulit kayu nunu, ivo, tobula, thea dan malo panjangnya 20-30 m atau sesuai dengan kebutuhan. Proses pembuatannya dimulai dengan memukul-mukul batang kayu hingga kulitnya lepas dan dibersihkan kemudian dibungkus dengan daun untuk dibusukkan. Kemudian setelah dibusukkan, dipukul dan dirapikan, setelah itu diwarnai dengan menggunakan pewarna alami dari bahan ula kau (pewarna dari kayu) dan ula vua (pewarna dari buah) setelah selesai barulah dijahit sesuai model pakaian adat. Fungsi sosial dari kain kulit kayu ini dimana kain ini umumnya digunakan pada upacara-upacara tradisional sesuai dengan jenis dan fungsinya. Ada perbedaan pakaian adat yang digunakan oleh bangsawan dan masyarakat kalangan umum. Namun saat ini penggunaan kain kulit kayu tidak dapat bertahan dan bersaing dengan kain dari benang yang lebih nyaman dalam pemakaiannya.