Masyarakat Betawi tergolong masyarakat rawa, itu sebabnya mereka mengenal model rumah panggung. Masyarakat Betawi sebenarnya tinggal di habitat yang beragam, dari pesisir hingga pedalaman. Bahkan, sekarang telah tinggal di wilayah urban padat penduduk di tengah kota Jakarta. Sehingga rumah panggung bukan satu-satunya sistem rumah tradisionalnya. Arsitektur rumah Betawi juga mengenal rumah darat. Jadi memang ada variasi pola arsitektur rumah sesuai dengan rentang sebaran komunitas Betawi dari pesisir yang mencari nafkah sebagai nelayan hingga pedalaman yang bercocok tanam padi sawah. Contoh rumah panggung Betawi yang terkenal adalah rumah si pitung yang ada di Marunda Jakarta Utara. Jenis Rumah Panggung mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Bentuk rumah panggung didirikan oleh masyarakat betawi untuk mengatasi banjir, karena mereka mendirikan rumah diatas air atau diatas aliran sungai
2) Pada bagian rumah tersebut terdapat "Bala suji" atau tangga rumah, namun saat ini bala suji tidak lagi dirumah-rumah betawi
3) Bala suji secara kiasan berarti Kawasan penyejuk
4) Setelah melewati Bala suji akan terdapat Serambi depan atau Amben yang biasanya digunakan untuk menerima tamu
5) Amben kadang dipagar pembatas atau Langkan atau dibiarkan terbuka
6) Ruang tidurnya disebut Pangkeng, jaman dahulu pangkeng tidak diberi sekat, namun setelah mendapat pengaruh Belanda rumah-rumah betawi kemudian diberi ruang-ruang tidur
7). Dinding yang membatasi antara Pangkeng dan Amben disebut Grade. dinding ini terdiri dari dua buah jendela dan pintu
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya