Akkorontigi

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000006
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Sulawesi Selatan
Responsive image
Akkorongtigi merupakan salah satu prosesi yang dilakukan dirumah mempelai pada malam sebelum hari akad nikah berlangsung. Dalam masyarakat bugis akkorongtigi lebih dikenal sebagai mappaccing atau malam pacar. Kata Mappaccing berasal dari Paccing yang berarti pacar dan diibaratkan sebagai alat untuk menyucikan sang gadis dari hal-hal yang bersifat kekotoran, baik secara fisik maupun batin, agar memperoleh keselamatan, kesejahteraan dalam mengarungi kehidupan berumah tangga kelak. Sebagai rangkaian perkawinan adat Bugis Makassar, mappaccing menggunakan symbol-symbol yang sarat makna akan menjaga keutuhan keluarga, dan memelihara kasih sayang dalam rumah tangga seperti Benno, Tai Bani, Bantal, Sarung yang disusun tujuh lapis, Daun Pisang, Daun Nangka dan Bekkeng. Benno yaitu beras yang digoreng kering hingga mekar melambangkan harapan, semoga calon pengantin ini akan mekar berkembang dengan baik, bersih dan jujur. Tai Bani merupakan lilin dari lebah, yang melambangkan suluh (penerang) kehidupan agar menjadi suri tauladan dalam kehidupan bermasyarakat. Bantal disimbolkan kemakmuran. Secara khusus diartikan sebagai pengalas kepala yang artinya penghormatan atau martabat, dalam bahasa bugis disebut Mappakalebbi. Sarung yang disusun 7 lembar, melambangkan harga diri. Daun Pisang, melambangkan kehidupan yang sambung menyambung. Daun Nangka, berarti cita-cita yang luhur. Bekkeng, tempat paccing yang sudah ditumbuk halus, mengandung arti kerukunan hidup dalam suatu keluarga. dan daun paccing itu sendiri yang melambangkan kesucian Prosesi Mappaccing dilaksanakan pada malam hari, calon mempelai duduk di Lamming , dengan tangan bersimpuh mengahadap ke atas. Saat pembaca barzanji (pabarazanji) sampai pada bacaan Badrun Alaina, yang dalam bahasa Makassar dikenal sebagai istilah Niallemi saraka, acara mapaccing dimulai. Dengan sedikit mengambil daun paccing, seorang ibu membubuhi telapak tangan calon pengantin, sementara itu barzanji tetap di bacakan. Setelah semua tamu yang ditetapkan melakukan Mapaccing, seluruh hadirin bersama-sama mendoakan semoga calon mempelai mendapat restu dari Allah dan menjadi suri tauladan karena martabat dan harga dirinya yang tinggi. Acara ini sudah berlangsung sejak lama bahkan telah menjadi hal yang sakral sehingga nyaris menjadi suatu hal yang wajib dilakukan dalam setiap perniukahan terutama bagi mempelai perempuan. Prosesinya Senantiasa diberi sentuhan nuansa islami, sarat dengan pemberian doa restu oleh segenap keluarga dan handai taulan.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

?

?

?

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047