Dandangan Kudus

Tahun
2016
Nomor. Registrasi
2016006714
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Jawa Tengah
Responsive image
Gelaran tradisi Dhandhangan merupakan festival yang diadakan untuk menandai dimulainya ibadah puasa pada bulan Ramadan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Seperti halnya Dugderan, puncak seremoni Dhandhangan dilakukan dengan memukul bedug Masjid Menara Kudus untuk menandai awal bulan puasa. Kata Dhandhangan merupakan onomatope dari suara bedug khas Masjid Menara Kudus. Resonansi bedug menimbulkan bunyi yang nyaring (Dang!), sehingga bunyi bedug sebagai awal penanda datangnya bulan puasa disebut Dhandhangan. Pada mulanya, Dhandhangan merupakan tradisi berkumpulnya para santri di depan Masjid Menara Kudus setiap menjelang Ramadan untuk menunggu pengumuman dari Sunan Kudus tentang penentuan awal puasa. Seiring dengan berkembangnya waktu, momentum ini juga dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan di sekitar masjid. Saat ini tradisi Dhandhangan juga dikenal masyarakat sebagai pasar malam yang ada setiap menjelang Ramadan. Pada abad 16, pertanda awal dimulainya 1 Ramadan diumumkan langsung oleh Sunan Kudus. Sunan Kudus merupakan ahli ilmu falak yang bisa mengetahui hitungan hari dan bulan dalam kalender hijriah. Pengumuman awal datangnya bulan ramadhan dilakukan di pelataran Masjid Menara Kudus dengan memukul bedug di dua waktu. Pemukulan bedug waktu pertama ditujukan untuk mengumpulkan masyarakat. Pemukulan bedug di waktu kedua ditujukan untuk memutuskan sekaligus membuka awal Ramadhan setelah Shalat Isya. Pengumuman dimulainya bulan puasa dihadiri oleh murid-murid Sunan Kudus, seperti Sultan Trenggono dari Kerajaan Demak, Sultan Hadirin dari Jepara, hingga Aryo Penangsang dari Blora. Masyarakat dari luar Kudus, juga antusias menunggu pengumuman di depan Masjid Menara Kudus. Lamanya waktu menunggu bagi masyarakat yang telah datang ke masjid menara Kudus pada setiap tradisi Dhandhangan kemudian dimanfaatkan warga dengan berjualan makanan tradisional siap saji. Hal tersebut yang menyebabkan banyak pedagang di sekitar masjid. Pasar kaget tersebut kemudian menjadi bagian dari tradisi Dhandhangan masyarakat Kudus dan telah ada selama ratusan tahun. Kegiatan ini digelar sepuluh hari menjelang bulan Ramadan. Pedagang yang memeriahkan tradisi Dandangan di depan masjid pada awalnya hanya menjual aneka makanan tradisional. Jumlah pedagang kemudian meningkat memasuki tahun 1980-an. Mereka tidak hanya menjual makanan tetapi juga menjajakan pakaian. Saat ini tradisi Dhandangan juga menampilkan Kirab Dandangan yang merupakan representasi budaya yang ada di Kudus, seperti visualisasi Kiai Telingsing, Sunan Kudus, rumah adat Kudus, batil (merapikan rokok), dan lain-lain. Prosesi Kirab dimulai dari Jalan Kiai Telingsing menuju kompleks Menara Kudus sejauh 3 kilometer.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016

Pelaku Pencatatan

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Indra Fibiona, SS.

Jl. Brigjen Katamso 139, Yogyakarta

(0274) 373241 / (0274) 381555 / 085647507523

indrafibiona@yahoo.com

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047