Asal Mula Danau Sentani

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000841
Domain
Tradisi dan Ekspresi Lisan
Provinsi
Papua
Responsive image
Danau Sentani memiliki luas sekitar 9.360 hektar dan berada di ketinggian ? 75 mater di atas permukaan laut (dpl) merupakan Danau Terluas di Tanah Papua. Danau Sentani ini merupakan cagar alam Cycloops yang memiliki luar 245.000 hektar. Suku yang mendiami danau Sentani adalah suku Sentani yang terdiri dari 24 kampung. Danau Sentani merupakan sumber mata pencarian orang Sentani, mereka sering menangkap ikan dengan peralatan apa adanya (jaring/jala, mincing, dan menyumpit). Alat transportasi yang digunakan yaitu parahu tardisional yang disebut Khaii dan iva Khai. Akan tetapi telah banyak perahu yang menggunakan mesin jonson.Cerita rakyat pada orang Sentani merupakan bentuk penyampaian nasehat-nasehat terhadap norma-norma yang ada serta pelestarian kearifan lokal secara lisan sesuai tradisi masyarakat Sentani yang dapat berupa cerita tentang asal-usul sesuatu benda budaya maupun hal abstrak lainnya. Foklor/Cerita Rakyat Asal Mula Danau Sentani Terkisah seorang yang nama Haboi, penduduk kampung di atas bukit Donai yang disebut Yomoko. Kampung ini dipimpin oleh Ondofolo Wally. Suatu ketika langit menjadi semakin kelam diliputi kegelapan di siang hari. Menghadapi situasi ini, orang-orang Yomoko berunding dan sepakat untuk mendorong langit ke atas dan bumi tetap ditempatnya, supaya ada cahaya yang terang ke bumi. Pada saat itu Haboi memperhatikan dengan teliti bahwa orang-orang kampung Yomoko tidak mempunyai air dan api untuk dapat hidup layak sebagai manusia. Karena itu Haboi dan Ondofolo Wally mengambil sebuah gelang Kristal yang disebut ?eba? dan tiga butir manic-manik yang disebut ?hawa, hay, dan naro?. Kedua orang itu bertekat menghadap Dobonai, penguasa atas air yang berdiam di puncak gunung Dobonsolo. Suatu pagi yang cerah, Haboi berjalan menuruni bukit Yomoko memasuki hutan daratan rendah ke utara kemusian mendaki menyusuri jalan setapak dalam rimbah pegunungan Cicloops diikuti dari belakang oleh Wally. Tanpa diketahui oleh keduanya, di puncak gunung Dobonsolo seekor burung ?emien? milik Dobonai menginformasikan kedatangan mereka kepada penguasa air itu. Burung itu kemudian ditugaskan oleh Dobonai untuk memanggil Haboi dan Wally. Kedua orang itu berniat membeli air dari Dobonai. Setelah berbincang-bincang menyampaikan kehendak yang terkandung dalam pikiran mereka. Dobonai menyetujui dengan syarat harus melakukan pembayaran melalui dua orang petugasnya sebelum mengambil air. Kedua orang yang di tunjuk Dobonai yaitu Dukumbuluh dan Roboniwai. Haboi dan Wally mengahadap kedua orang itu namun mereka melakukan kekeliruan ketika menyerahkan penbayaran yang mereka bawa. Gelang eba yang bernilai mahal diserahkan kepada Roboniwai dan manic-manik yang bernilai murah di berikan kepada Dukumbuluh. Dalam struktur fungsi kekuasaan para penguasa air du gunung Dobonsolo, Dukumbuluh berada pada posisi atas/tua, sedangkan Roboniwai memiliki kewenangan dibawahnya yang masih muda. Akibat kekeliruhan ini, Dukumbuluh berang sehingga mengakibatkan gurh dan halilintar disertai badai hujan yang sangat deras. Setelah kondisi itu diatasi, maka keempat orang itu pergi menghadapi Dobonai. Haboi dan Wally membawa ember yang terbuat dari daun-daun (habu). Mula-mula Dobonai membawa mereka ke suatu tempat di alam terbuka berisi air yang sangat keruh. Oleh karena itu Dobonai membawa mereka ke tempat lain yang biasa digunnakan sebagi tempat pemandian, mereka tetap menolak. Akhirnya Dobonai membuka tempat sumber air minum yang jernih. Kebetulan ada seekor ikan ?yowi? di dalam air bening itu. Mereka mengisi ember daun-daun itu dengan air dan ikan itu. Dobonai menutup ember supaya airnya tidak keluar, sambil berpesan agar selama dalam perjalanan pulang tidak boleh berburu. Semua perlengkapan berburu di ikat erat-erat supaya tidak dapat digunakan. Dalam perjalanan pulang Haboi dan Wally melihat seekor babi hutan yang sangat besar, mereka tergodah dan menurunkan ember kecil berisi air, meletakkan di atas tanah kemudian mencoba membuka peralatan berburu yang sudah diikat, namun tak disadari ember pecah, air dari dalamnya keluar menjadi air bah yang menghanyutkan keduannya dari tengah gunung Dobonsolo. Haboi dan Wally menghentikan derasnya air bah dengan membenamkan ujung sebilah belati yang terbuat dari tulang hewan ke tanah. Air masuk kearah tikaman pisau belati kemudian keluar lagi memenuhi seluruh daratan rendah, bekas air itu membentuk sebuah danau besar dihadapan mereka. Air danau menghalang jalan pulangnya Haboi dan Wally ke Yomoko, karena itu mereka menebang pohon yang dibentuk menjadi sebuah perahu dan dayung yang mengantar keduannya pulang kembali ke kampung bukit Yomoko. Setiba di Yomoko, mereka melihat air danau sangat keruh. Haboi meerintahkan anak sulung Wally menyelam ke dalam air yang keruh, namun anak itu terbenam ke dalam air dan bercampur lumut dan lumpur tanah. Jazad anak itu hanyut ke kampung Yakonde di barat, berputas sampai ke kampung Puai dan sungai Jaifuri, bahkan menurut cerita sampai ke sungai Skamto dan Tami di Timur kemudian kembali memasuki danau di sekitar kampung Puai. Haboi dan keluarga ondofolo Wally mencari janazah anak itu hingga menemukannya sedang terapung di permukaan air danau dekat Puai. Haboi meminta istri ondofolo Wally untuk mendekati jazad anaknya, namun ia juga tenggelam dan meninggal dunia bersama puteranya. Akhirnya Haboi dan Ondofolo Wally pulang ke Yomoko tanpa membawa pulang jenazah kedua orang yang dikasihi.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

?

Sentani, Papua

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayapura

Jln. Gerilyawan Abepura

?

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047