Goknggaik

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000849
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Papua
Responsive image
Goknggaik merupakan alat musik tradisional yang hanya terdapat di Tanah Papua dan lebih khusus untuk masyarakat suku Walak. Semua Komunitas masyarakat atau suku-suku yang berdomisili di daerah pegunungan antara lain suku Dani, suku Lani dan suku Ekari juga mengenal dan menggunakan alat musik ini, dengan sebutan yang berbeda-beda. Goknggaik ini pertama kali diciptakan oleh Nigirimabel beberapa abad yang lalu. Nigirimabel merupakan nenek moyang suku Walak. Dalam bahasa Baliem Jayawijaya, alat ini disebut pikonane yang artinya pikon = alat musik dan ane = bunyi. Jadi pikonane adalah bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh alat musik tiup yang dilengkapi tali. Alat musik ini biasa dimainkan oleh kaum laki-laki, kadangkala dimainkan pada saat bersantai di honai, atau pada saat acara-acara lainnya. Goknggaik adalah jenis musik yang dihasilkan oleh alat musik tiup sekaligus bertali yang kalau ditiup sambil menarik tali tersebut akan menghasilkan tiga nada dasar yaitu do, mi, sol. Bahan utama adalah sejenis lokop atau bambu yang beruas-ruas dan tidak berisi padat seperti jenis tumbuh-tumbuhan lain. Dalam bahasa Walak disebut pinde/hite. Selain itu juga tali yang terbuat dari kulit kayu diikat di dalam pinde. Masyarakat atau suku-suku yang berada di daerah pegunungan bisa membedakan suara yang dikeluarkan oleh goknggaik ini. Suara yang dikeluarkan memberikan isyarat seperti memandu pasukan untuk perang, memandu kaum ibu untuk bekerja, untuk pergaulan muda-mudi, dan sejenisnya. Jadi fungsi dari goknggaik selain sebagai alat musik juga sebagai alat pengikat atau pemersatu untuk mengeratkan hubungan kaum satu wilayah. Menurut penuturan salah satu tokoh suku Walak, Petrus Mabel, alat musik ini pertama kali diciptakan dari kayu dan tali rotan, akan tetapi tidak menghasilkan bunyi yang diinginkan. Bahan tersebut kemudian diganti dengan bambu, akan tetapi tidak ada perubahan. Lalu mereka menggunakan sejenis lokop atau bambu yang beruas-ruas dan tidak berisi padat seperti jenis tumbuh-tumbuhan lain. Alat musik ini telah mengalami pengaruh modern, menurut Bpk. Petrus Mabel alat ini sekarang sudah banyak terbuat dari besi yang menghasilkan suara yang lebih nyaring.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

?

Post VII Sentani

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Petrus Mabel

Post VII Sentani

?

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047