Sape'

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000921
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Kalimantan Barat
Responsive image
Sape? atau sampe? adalah alat musik tradisional suku Dayak yang dimainkan dengan cara dipetik. Pada dasarnya terdapat 2 jenis sape? yang dikenal oleh masyarakat Dayak Kapuas Hulu, yaitu Sape? Kayaan dan Sape? Kenyah. Penamaan kedua jenis sape? ini sekaligus dapat mengidentifikasi kelompok masyarakat dimana sape? tersebut berasal atau ditemukan. Dengan kata lain, secara umum Dayak Kayaan dan Dayak Kenyah seringkali disebut-sebut sebagai kelompok masyarakat pemilik awal dari jenis alat musik tradisional ini. Kedua kelompok masyarakat ini, termasuk juga masyarakat Punan, secara linguisitik merupakan bagian dari sub-kelompok masyarakat Dayak yang lebih besar, yaitu masyarakat sub Kayaan. Selain dibedakan dengan istilah Sape? Kayaan dan Sape? Kenyah, adapula yang menyebutnya dengan Sape? Kenyah dan sape? biasa. Istilah sape? biasa ditujukan pada jenis sape? yang selama ini diakui berasal dari masyarakat Kayaan, di sekitar daerah aliran sungai Mendalam, Kapuas Hulu. Lebih tepatnya berasal dari sekelompok masyarakat kecil Kayaan di sekitar daerah aliran sungai Mendalam yang berdialeg Pagung, Desa Datah Dian. Perbedaan ini terlihat pula dari bentuk sape?, jumlah tali senar, dan bahan yang dipergunakan untuk membuat tali senar. Sejak zaman dahulu hingga kini, alat musik tradisional sape? selalu dimainkan di setiap kegiatan ritual masyarakat yang melibatkan bentuk tarian dan lagu-lagu pemujaan. Bahkan dalam kegiatan yang bersifat tradisi dan melibatkan banyak anggota masyarakat, dentingan bunyi sape? yang dihasilkan dari petikan dawai-dawainya menjadi salah satu penanda adanya kegiatan tersebut. Sape? dapat dimainkan tanpa harus diiringi oleh jenis alat-alat musik tradisional lain. Namun untuk mengiringi sebuah lagu tradisional ataupun tarian-tarian ritual, biasanya sape? dimainkan bersama-sama dengan instrumen tradisional lainnya. Pembuatan sape? secara tradisional mengikuti prinsip-prinsip tertentu, di antaranya penempatan tali senar pada permukaan sape? yang tidak boleh terlalu jauh jaraknya dari permukaan badan sape?, tingkat ketebalan kayu antara ruang sound effect dan permukaan badan sape? yang tidak boleh terlalu tebal dan terlalu tipis, serta letak kait pengaturan keregangan tali dawai senar (tunning) berada pada bagian tangkai sape? atau ujung dari tangkai sape?. Meskipun dikenal adanya dua jenis sape?, yaitu Sape? Kayaan dan Sape? Kenyah, tetapi bahan baku untuk pembuatan keduanya sama-sama dari kayu. Pada prinsipnya, semua jenis kayu dianggap dapat menghasilkan kualitas jenis bunyi dan sound effects yang baik asalkan memenuhi prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas. Kayu yang dipergunakan untuk membuat sape? merupakan kayu utuh dan tidak terlalu keras (mudah dibentuk). Kayu tersebut dibentuk sedemikian rupa tanpa adanya sambungan, kecuali pada alat untuk mengaitkan pengatur tali dawai dan dudukannya. Bagian badannya dibuat dalam bentuk oval atau agak persegi, dengan bagian bahu sedikit lebih besar dari bagian bawah (tempat sadel dawai). Bagian belakang sape? merupakan lubang cekungan mengikuti ukuran badan sape? yang berfungsi sebagai sound hall effects). Sedangkan bagian depan dari badan sape? merupakan sebuah bidang rata sebagai tempat tali dawai. Di ujung tangkai atau stang dari sape? bisa dibentuk atau diukir sebuah ornamen khusus, misalnya kepala burung enggang.Perbedaan antara Sape? Kayaan dan Sape? Kenyah dapat terlihat dari ukuran Sape? Kayaan yang lebih pendek dan cenderung lebih lebar dibandingkan dengan bentuk badan sape? Kenyah. Selain itu, jenis dan jumlah tali dawai yang digunakan pun berbeda. Tali dawai Sape? dibuat dari tali senar nilon yang tebal. Sedangkan dawai Sape? Kenyah menggunakan jenis tali string atau tali berbahan kawat, bisa berupa tali senar string gitar, atau jenis tali kawat kecil yang biasa digunakan sebagai bahan tali rem sepeda motor. Konon ukuran tali dawai yang semakin tebal akan semakin meningkatkan kualitas bunyi yang dihasilkan. Sementara pengaturan tinggi rendahnya bunyi yang ditimbulkan, tergantung pada pengaturan tingkat peregangan tali dawai dan penempatan grip atau tangga nada. Tali dawai pada Sape? Kayaan berjumlah dua senar. Berbeda dengan pada Sape? Kenyah yang jumlah tali dawainya lebih bervariasi, dari 3-8 senar. Variasi jumlah tali dawai yang digunakan pada sape? berdampak pada variasi jumlah tuning (pengkait dan pengatur tali dawai), lebar dan panjang tangkai sape?, serta ukuran bentuk badan sape? itu sendiri. Maksudnya, semakin banyak jumlah tali dawai yang digunakan, maka akan semakin besar dan panjang ukuran sape? tersebut. Jumlah tali dawai yang digunakan tidak terlalu berpengaruh secara khusus terhadap disparitas denting bunyi dawai (kualitas pembeda jenis bunyi atau nada). Pengaruhnya lebih kepada kuantitas duplikasi bunyi dentingan sape?. Letak kawat grip atau tangga nada pada sape? yang hanya terletak dibawah senar pertama dan dapat diubah-ubah letaknya sesuai dengan jenis nada lagu yang dimainkan, menjadikan permainan sape? lebih menekankan pad kemampuan pemain sape? dalam mengolah bunyi petikan tali dawai pertama dan juga kemampuan memindahkan grip-grip nada dibawahnya. Grip dilekatkan dengan bahan khusus, di antaranya terbuat sarang lebah, sehingga memungkinkannya untuk diubah-ubah penempatannya. Grips atau tangga nada antara sape? Kayaan dan Kenyah memiliki perbedaan dalam jumlahnya. Pada jenis sape? Kayaan, secara umum jumlah tangga nadanya adalah berjumlah tiga. Sementara pada jenis sape? Kenyah, jumlah tangga nadanya antara 11 hingga 12 tangga nada. Penggunaan jumlah tali senar dawai dan tangga grip nada yang lebih banyak, seperti pada Sape? Kenyah, memungkinkan pilihan kuantitas bunyinya menjadi lebih terduplikasi dan bervariasi. Dalam perkembangannya, jenis Sape? Kenyah lebih banyak diadopsi dan digunakan oleh masyarakat Dayak secara umum ?termasuk juga oleh masyarakat Kayaan Mendalam di Kabupaten Kapuas Hulu? serta lebih banyak mengalami proses modifikasi bentuk dibandingkan jenis sape? Kayaan. Dalam perkembangannya, sape? telah mengalami perubahan dari segi ukurannya yang semakin variatif. Bahan yang digunakan untuk membuat tali dawai pun semakin beragam. Dahulu tali dawai sape? dibuat dari serat nenas atau jenis rotan tertentu. Namun kini, tali dawai bisa dibuat dari senar nilon, tali dawai jenis string, ataupun kawat halus. Demikian pula pada letak grip yang dahulunya bisa diubah-ubah letaknya, kini dikenal sape? dengan grip yang melekat tanpa dapat diubah penempatannya. Namun sayangnya, perkembangan bentuk dan unsur-unsur yang digunakan dalam alat musik sape? ini kurang diikuti oleh pengembangan dalam memasyarakatkan cara memainkannya. Oleh karena itu, kini cukup sulit untuk mencari orang yang mampu memainkan alat musik sape? ini, apalagi orang yang mampu membuatnya.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

?

Desa Padua Mendalam, Kec. Putussibau Selatan, Kab. Kapuas Hulu

?

?

Gunung

Desa Datah Dian (Pagung), Kec. Kayan Hilir, Kab. Kapuas Hulu

?

?

Kristian Mara

Jl. A. Yani Pontianak

?

?

Pelapor Karya Budaya

Balai Pelestarian Nilai Budaya Pontianak

Jl. Letjen Sutoyo Pontianak

(0561) 737906/760707

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047