Sasirangan

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000937
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Kalimantan Selatan
Responsive image
Sasirangan adalah jenis kain khas yang berasal dari daerah Kalimantan Selatan. Pengertian kain Sasirangan itu sendiri secara umum adalah sejenis kain yang dibuat dengan teknik tusuk jelujur, kemudian diikat dengan benang atau tali raffia dan selanjutnya dicelup . Kain sasirangan bagi masyarakat di Kalimantan Selatan, khususnya masyarakat Banjar sudah dikenal sejak dahulu. Jenis kain ini merupakan sejenis batik sandang yang juga disebut dengan istilah kain calapan atau celupan yang didekorasi dengan motif tradisional khas Kalimantan Selatan, baik dari segi warna maupun motifnya. Budaya membuat kain sebagai bahan pakaian di Kalimantan Selatan ternyata sudah dimulai sejak zaman Kerajaan tradisional Negara Dipa di Amuntai (sekarang menjadi ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara). Menurut mitos yang berkembang, kain tradisional ini pada awalnya dikenal dengan nama kain Langgundi, yaitu kain tenun berwarna kuning. Pada perkembangan selanjutnya kain langgundi ini tidak dikenakannya lagi sebagai pakaian harian di masyarakat, dan hanya dipergunakan sebagai sarana pelengkap dalam terapi pengobatan alternatif, maka kain langgundi ini lebih dikenal sebagai kain sasirangan. Nama itu berkaitan dengan cara pembuatannya, yaitu disirang (kain yang dijelujur dengan cara dijahit kemudian dicelup ke dalam zat pewarna). Untuk mengetahui jenis penyakit yang diderita seseorang dilihat dari jenis dan bentuk kain Sasirangan yang dikenakannya, yakni: 1. Sarung Sasirangan (tapih bahalai) dikenakan sebagai selimut untuk mengobati penyakit demam atau gatal-gatal. 2. Bebat Sasirangan (babat atau stagen) yang dililitkan di perut dimaksudkan sebagai sarana untuk menyembuhkan penyakit diare, disentri, kolera, dan sejenis penyakit perut lainnya. 3. Selendang Sasirangan (kakamban) yang dililitkan di kepala atau disampirkan sebagai penutup kepala dimaksudkan sebagai sarana untuk menyembuhkan sakit kepala sebelah (migraine), . 4. Ikat kepala Sasirangan (laung) yang dililitkan di kepala dimaksudkan sebagai sarana untuk menyembuhkan penyakit kepala seperti pusing atau kepala berdenyut-denyut. Menjelang akhir abad ke -20 tepatnya pada tahun 1981, salah seorang warga Banjarmasin yang bernama Ida Fitriah Kusuma beserta kawan-kawannya belajar cara-cara membuat kain Sasirangan yang dipercaya sangat ampuh tersebut. Akhirnya Kelompok ini mampu memproduksi kain Sasirangan dan mulai diperkenalkan kepada khalayak ramai pada tanggal 27 Desember 1982. Sesuai perekembangan zaman proses pembuatannya sudah dilakukan secara modern. Bahan yang digunakan untuk membuat kain sasirangan pada awalnya berasal dari serat kapas atau katun. Dalam perkembangannya, bahan baku ini berkembang bukan saja dari kapas, melainkan juga dari bahan non kapas. Tetapi yang jelas bahan bakunya berasal dari bahan baku berupa kain. Adapun jenis-jenis kain yang dijadikan bahan baku tersebut pada dasarnya hanya terdiri dari tiga jenis saja yaitu kain sutera, kain saten atau sating dan kain katun. Keseluruhan bahan baku tersebut didatangkan dari Pulau jawa khususnya dari Kota Surabaya. bahan-bahan pewarna yang dipergunakan untuk mewarnai kain sasirangan ini digolongkan menjadi dua yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis. Pewarna alami hanya dipergunakan sebagai bahan pewarna kain sasirangan pamintan, meskipun dewasa ini juga sudah jarang dipergunakan. Bahan pewarna untuk pembuatan kain sasirangan sekarang ini sudah beralih ke bahan pewarna sintetis/kimiawi buatan pabrik. Pemakaian bahan ini dirasakan lebih efektif dan efisien apabila dibandingkan dengan bahan pewarna alami. industry kain sasirangaan dari sejak awalnya merupakan industri rumahan (home industry) dengan menggunakan teknologi tradisional dengan memanfaatkan para perajin-perajin rumahan. Adapun tahapan dalam membuat kain batik ini di mulai dengan mengukur, memotong bahan sesuai ukuran, melukis, menjelujur/menyirang, pemberian warna, pengawetan dan pencucian, pengeringan serta terakhir adalah melicinkan kain dengan setrikaan. Ciri khas kain sasirangan adalah rangkaian motif yang pada umumnya tersusun komposisinya secara vertikal. Jarang sekali terdapat susunan motifnya dalam komposisi yang horizontal. Komposisi motif yang tersusun secara vertikal inilah yang jelas membedakan dengan kain batik di Jawa ataupun di tempat-tempat lain. Warna dasar kain yang mula-mula putih, setelah menjadi kain sasirangan berubah menjadi beraneka warna, seperti warna merah, cokelat, biru, hijau, ungu, atau warna-warna yang lain. Gambar motif yang timbul menjadi putih atau agak keputih-putihan yang dipengaruhi oleh warna yang menjadi warna dasarnya. Selembar kain sasirangan pada umumnya didominasi oleh garis-garis berganda/berjajar dua atau tiga. Garis-garis itu tersusun secara vertikal, kemudian di sampingnya tersusun pula secara vertikal motif tradisional Banjar, atau motif inovasi baru. Motif tradisional kain sasirangan ini antara lain motif Kulat Karikit, Gigi haruan, Hiris Pudak, Naga Belimbur, Ular Lidi, bayam Raja, Bintang Bahambur, Tampuk Manggis, Kambang Sakaki, Daun Jeruju, Kambang Kacang Kangkung Kaombakan, Hiris gagatas, Turun Dayang, Ombak Sinampur karang. Selain itu juga ada ratusan motif yang telah dikembangkan. sampai sekarang, kepercayaan dan keyakinan akan kekuatan magis pada kain Sasirangan ternyata masih ada. Masyarakat atau orang-orang tertentu yang masih memiliki darah keturunan Kerajaan Banjar lama, mereka kadang-kadang bahkan sering masih mencari kain tradisional sasirangan untuk sarana penyembuhan suatu penyakit. Faktor keyakinan, atau juga faktor psikologis hingga mereka mempercayai kain sasirangan ini memiliki daya magis yang tinggi dan hanya dengan kain sasirangan itulah penyakitnya akan sembuh. Nilai Budaya pada kain sasirangan adalah kain ini merupakan produk hasil kebudayaan generasi sebelumnya yang diwariskan kepada generasi berikutnya secara turun-temurun. Kain sasirangan merupakan salah satu bentuk pencapaian kebudayaan masyarakat Kalimantan Selatan.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

?

Jln. Seberang Masjid No. 4 Banjarmasin

0812 5066 290

?

Rahmiyah

Kel. Seberang Masjid RT 5 Banjarmasin Tengah, Banjarmasin

0821 5128 1353

?

Saniah

Kel. Seberang Masjid RT 5 Banjarmasin Tengah, Banjarmasin

?

?

Pelapor Karya Budaya

Balai Pelestarian Nilai Budaya Pontianak

Jl. Letjen Sutoyo Pontianak

(0561) 737906/760707

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047