Berdasarkan sejarah Ringget sudah Ada Sejak Tahun 1870 ( sumber Meseum Lampung )
Ringget merupakan salah satu jenis sastra lisan Lampung yang berbentuk puisi yang lazim digunakan untuk menyampaikan pesan atau nasihat dari mempelai wanita kepada kedua orang tua dan keluarga yang ditinggalkan. Ringget sering digunakan dalam adat istiadat lampung yaitu ngebekas. Ngebekas merupakan penyelesaian dan pelepasan mempelai wanita secara adat. Dalam acara ngebekas biasanya juga dilakukan untuk pemberian gelar adat dilakukan pada saat pemuda dan gadis meninggalkan masa remajanya atau pada saat mereka berumah tangga.
Prosesi gelar adat dilakukan di tempat mempelai pria maupun mempelai wanita. Pemberian gelar adat dilakukan dalam upacara adat. Jika dilakukan di tempat mempelai wanita dikenal dengan istilah ngamai adek/ngamai adok, sedangkan jika dilakukan di tempat mempelai pria dikenal dengan istilah nandekken adek dan inai adek/nandokkon adok ghik ini adok. Adapun pemberian gelar dilakukan di lingkungan masyarakat lampung sebatin dikenal dengan istilah butetah/kebaghan adok/nguwaghkon adok
Tahun 60-an ringget masih dipakai bujang dalam menyampaikan maksudnya kepada gadis, tetapi zaman modern sekarang sudah jarang bahkan tidak pernah lagi dipakai. Selain itu juga, keterbatasan orang-orang tua yang menguasai kedio atau ringget tersebut, karena kemampuan orang tua yang menguasai ringget banyak yang sudah tidak ada lagi dan anak atau garis keturunannya pun tidak mau belajar ilmu kedio tersebut.
Ciri-ciri ringget adalah memiliki bait demi bait dan tiap baitnya terdiri dari empat baris, bersajak a-b-c-d, jumlah bait dala satuan ringget ada kurang lebih 12 bait. Isi ringget pada umumnya berupa kenangan masa lalu, harapan atau pesan-pesan yang disampaikan oleh pembaca ringget. Jika ringet digunakan dalam pelepasan mempelai wanita, pengungkapannya dilakukan sesaat sebelum keberangkatan.
*
Pesan-pesan moral pun disampaikan melalui Ringget. Ringget pun dibentuk oleh pakem nada yang sudah baku sejak dahulu, hanya saja dalam pembuatan kisahnya Ringget tidak hanya mengacu pada legenda, namun bisa pula dibuat di masa kini, tentang kondisi kekinian. Kadang Ringget digunakan pula untuk ucapan keluhan, keinginan, atau rasa terima kasih yang disampaikan kepada pemimpin, misalnya bupati atau walikota. Jadi, Ringget adalah bentuk penyampaian sastra lisan khas masyarakat Lampung, bukan merupakan isi dari legenda Lampung, namun cerita legenda dalam penyampaiannya bisa dikemas dengan Ringget. Di daerah lain semisal Lampung Barat, sastra lisan seperti Ringget dikenal dengan nama Muaya. Hanya saja baik Ringget maupun Muaya berbeda dari penyampaian nadanya.
-
Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001
201900820-penetapan-1_1565076291.mp4 | 10.54 MB | download |
© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya