Domyak

Tahun
2019
Nomor Registrasi
201900931
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Jawa Barat
Responsive image

 

Domyak merupakan sebuah kesenian tradisional yang awalnya bernama angklung buncis yang terlahir pada tahun 1920-an yang dirintis oleh Mama Nuriya (Arifa, 2013: abstrak; Dinsa, 2016: 85). Seni Buncis yang pada waktu itu hanya menggunakan satu waditra saja, yaitu angklung buncis. Seni Buncis kemudian dikolaborasikan dengan ritual ngamandian ucing, sebuah upacara yang bertujuan memohon atau meminta hujan turun. Arak-arakan menjadi bagian dari sesi ritual tersebut. Beberapa waditra yang dimainkan kemudian ditambahkan di antaranya angklung (15 buah), gong (1 set), bedug (1 set), kendang (2 set), ketuk, dog-dog (2 set), tarompet, dan kecrek (1 set). Jumlah pemain buncis untuk kegiatan ritual tersebut kemudian bertambah banyak, yaitu sekitar 37 orang. Penambahan waditra dalam arak-arakan tersebut kemudian menimbulkan istilah baru. Masyarakat Darangdan biasa menyebut arak-arakan tersebut dengan nama Dur Ong. Istilah tersebut kemudian berubah menjadi domyak. Kata Domyak merupakan sebuah singkatan, yaitu nakol dog-dog bari ngarampayak (Dinsa, 2016: 6).

Pelaku seni domyak yang saat ini masih bertahan yaitu grup sinar pusaka dibawah pimpinan Eman. Struktur kepemimpinan dan keahlian dalam memainkan domyak bersifat turun temurun. Dimulai dari sang perintis seni domyak yang bernama Uyut Anen, kemudian diturunkan kepada Ama atau Mama Nuria. Selanjutnya diturunkan pada Abah Jumanta. Generasi penerus seni Domyak  saat ini bernama Mang Didi putra Ma Ijah. Sementara Ma Ijah adalah Puteri dari Aki Mitra. Aki Mitra merupakan putera dari Uyut Anen sang perintis seni Domyak. Abah Jumanta adalah pewaris keempat yang mempertahankan struktur domyak asli. Saat ini, seniman domyak yang masih ada (hingga tahun 2013), di antaranya: Abah Tahrudin, Abah Husein, Ujang Itim, Odi, Kena, Tata, dan Abah Eu-Eu. (Arifa, 2013: 3 - 4).

Struktur penyajian Domyak terbagi dalam empat bagian, yaitu: persiapan, gending tatalu, ngadoa, dan atraksi seni. Pada sesi atraksi seni, domyak menampilkan beberapa atraksi seperti bebelokan, momonyetan, kukudaan, seseroan, cangreud, dan sebagainya. 

Saat ini, Seni Domyak tidak hanya terpaku pada kegiatan ritual meminta hujan. Domyak saat ini menjadi sebuah seni hiburan yang dapat diminta untuk pentas dalam berbagai kegiatan, seperti acara khitanan, perkawinan, maupun hari-hari besar. Pembaharuan atau kolaborasi seni di antaranya dilakukan oleh Abah Jumanta, yaitu dengan memasukkan unsur bela diri China yang bernama Taochang. Selain itu, ada juga beberapa bobodoran dan atraksi memamerkan kekebalan tubuh layaknya seni debus. Kolaborasi seni tersebut tidak lain bertujuan untuk lebih menarik minat masyarakat untuk menonton seni domyak.

Meskipun ada pembaharuan, seni domyak yang khusus diperuntukan dalam sesi ritual masih tetap dilestarikan. Oleh karena itu, ada perbedaan tampilan domyak antara kegiatan ritual dan kegiatan hiburan. Untuk keperluan tersebut, group seni domyak terbagi menjadi dua dengan nama Group Sinar Pusaka dan Group Sinar Pusaka Muda. Group Sinar Pusaka memainkan seni domyak khusus dalam kegiatan ritual, sementara Group Sinar Pusaka Muda khusus memainkan seni domyak untuk acara khitanan, hajatan, dan lain-lain.

 

-


Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

Komunitas Karya Budaya

Group Sinar Pusaka

Desa Pasir Angin II, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta

0

Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

Maestro Karya Budaya

Abah Husein

Desa Pasir Angin II, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta

0

Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

Domyak

201900820-penetapan-4_1565078889.mp4 103.82 MB download
   Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047