Panjang Jimat Kasepuhan Cirebon

Tahun
2019
Nomor Registrasi
201900933
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Jawa Barat
Responsive image

Menurut sejarahnya, Panjang Jimat mempunyai sejarah khusus yaitu satu benda pusakaKeraton Cirebon yang merupakan pemberian dari Sanghyang Bango ketika masa pengembangan dari Raden Walangsungsang (Pangeran Cakrabuan) dalam mencari agama Nabi (Agama Islam).

Pada masa lalu, muludun memiliki fungsi ekonomi. Ini dikarenakan pada masa itu muludan menjadi ajang jual beli. Dalam hal ini muludan menjadi ajang penjualan hasil panen, ikan tangkapan, kerajinan, dan sebagainya  bagi para petani, nelayan, pengrajin, dan sebagainya. Sementara itu pembeli datang untuk membeli barang-barang yang dihasilkan para petani, nelayan, pengrajin, dan sebagainya dikarenakan Muludan menjadi ajang bagi masyarakat untuk berkumpul sekaligus sebagai pembeli.

Pada masa kini Muludan memiliki fungsi Mempertautkan silaturahim dari keraton dan masyarakat. Selain itu Muludan berfungsi untuk mempertahankan eksistensi keraton. Dari sisi rakyat muludan memiliki fungsi untuk ngalap berkah /mencari keberkahan/ mencari solusi karena keraton sebagai Problem Solver. Selain itu Muludan memiliki fungsi untuk mencari nafkah. Dalam hal ini Muludan dijadikan arena untuk berdagang dan menjual jasa. Misalnya jasa parkir kendaraan.

Tradisi yang masih dipegang teguh keluarga keraton dan masyarakat Cirebon adalah peringatan Mauludan yang jatuh pada setiap tanggal 12 Maulud tahun Hijriyah, hari kelahiran Nabi Muhammad saw., yaitu dengan merayakan Upacara Panjang Jimat. Pada waktu itu semua ?panjang? yaitu baki-baki dan piring-piring besar, serta ?jimat? dicuci pada suatu hari menjelang hari Maulud dengan suatu upacara. Panjang ini kebanyakan terdiri atas piring Miing biru-putih yang dipesan khusus, dan dihiasi tulisan Arab, seperti kalimah syahadat dan ayat Kursi. Jumlah pembuatan piring ini sangat terbatas. Akan halnya jimat keraton terdiri atas pusaka-pusaka, seperti: keris, kujang, dan tombak. Panjang diisi makanan dengan unsur terpenting berupa nasi. Beras yang dipakai tidak boleh ditumbuk, namun satu persatu kulit gabahnya dikupas oleh ibu-ibu dari kalangan keraton, kemudian dicuci dan ditanak. Panjang berisi makanan, selanjutnya dibungkus dengan kain tenun bercorak tuluwatu kluwungan atau bangun tulak. Pada hari pencucian Panjang Jimat dan Kereta Pusaka dari keraton, warga datang beramai-ramai untuk menampung dan mengambil air cucian. Menurut kepercayaan, air cucian tersebut mengandung khasiat rejeki dan penyembuhan. Pada tanggal 12 Maulud, tepat pukul 21.00, semua pusaka keraton dibawa keluar dari Bangsal Panembahan Keraton. Setelah dilakukan doa dan upacara, pusaka-pusaka tersebut diusung oleh kaum kerabat keraton ke Langgar keraton. Selesai dilakukan sembahyang, saat tengah malam dilakukan pembagian makanan kepada kerabat keraton dan warga. Akan halnya panjang-panjang dan semua pusaka dibawa kembali kedalam keraton. Acara Maulud ini dimanfaatkan betul-betul oleh warga untuk berkunjung kepada Sultan serta menerima berkahnya.-


Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

Komunitas Karya Budaya

Kesultanan Kacirebonan

-

0

Kesultanan Kanoman

-

0

Kesultanan Kasepuhan

-

0

Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

Maestro Karya Budaya

Drh. H. R. Bambang Irianto BA

-

0

Prof. Dr. Abdullah Ali (Guru Besar Sosiologi IAIN Syech Nurjati)

-

0

Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001
   Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047