Tari Randu Kentir

Tahun
2019
Nomor Registrasi
201900937
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Jawa Barat
Responsive image

 

Berdasarkan sejarahnya, Tari Randu Kentir ini merupakan upacara memperingati meninggalnya Nyi Dariwan. Dikisahkan keluarga suami istri bernama Ki Dariwan dan Nyi Dariwan yang tinggal di tepi sungai Cimanuk dengan pekerjaan sehari-hari menangkap ikan menggunakan nener (jaring berbentuk segitiga). Suatu ketika, pada saat Nyi Dariwan akan mengambil ranting pohon randu yang melintas pada saat air sungai sedang meluap, Nyi Dariwan terjatuh. Meskipun Nyi Dariwan telah berteriak meminta tolong kepada suaminya, Ki Dariwan tidak sempat menolongnya karena Nyi Dariwan telah hanyut terbawa arus sungai. Akan tetapi Ki Dariwan sempat membawa cabang pohon randu yang kemudian digunakan sebagai alat musik trebang. Untuk menghormati Nyi Dariwan yang hanyut terbawa arus, sejak saat setiap tahunnya diadakan kesenian tari Trebang Randu Kentir (Hidayat, 1992:18-19)

Secara harfiah, pengertian Randu Kentir adalah Randu yang berasal dari nama pohon randu (pohon kapuk) dan Kéntir dalam bahasa Indramayu berarti hanyut terbawa air mengalir sambil berputar-putar. Sementara istilah Trebang berasal dari dua kata, yaitu Trep dan Tembang. Trep artinya pas, cocok, selaras, sesuai, sedangkan Tembang bermakna lagu atau nyanyian. Selain itu, Trebang juga merupakan nama alat musik yang terdapat dalam kesenian ini, yaitu alat musik Trebang yakni sebuah alat yang mirip rebana dengan ukuran besar. 

 

Tarian Randu Kentir  cenderung lemah gemulai seakan ingin menyampaikan pertanda kesedihan. Gerakan tangan  yang melambai-lambai ke bawah dan posisi tubuh sang penari yang cenderung merunduk mengikatkan pada upaya Nyi Dariwan yang sedang berupaya meraih randu kentir. 

Tari Trebang Randu Kentir merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Desa Jumbleng, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. 

Tari Trebang Randu Kentir dapat dipertunjukkan di mana saja dan kapan saja sesuai dengan situasi dan kondisinya. Tarian ini dapat dilakukan secara tunggal ataupun kelompok.

Struktur iringan musik tari Trebang Randu Kentir terdiri atas tetalu (gagalan), salu-salu, dan kibuana. Sedangkan lagu yang digunakan dalam tarian ini yaitu sinjang wulung, suket lembut, empal banteng, lirginuga dingin, bukti nulis, lara mendut, bangbang awak, dll. Alat musik yang dipakai adalah kendang, terdiri atas: kendang besar dua buah, kendang kecil satu buah, blangber, trebang kecil (prontong), klenang, dan kecrek.

 

Busana tari yang dipakai oleh tari Randu Kentir terdiri atas:

1. Bagian kepala menggunakan iket wulung (batik paoman), rawis, dan aksesoris yang dipakai adalah anting-anting.

2. Bagian badan menggunakan baju lengan pendek, kerodong, dasi, dan aksesoris yang dipakai adalah kalung, gelang, dan bros.

3. Bagian pinggang sampai kaki menggunakan sampur, stagen, benting/benten, dan kain sinjang.

Tata rias yang digunakan dalam tarian ini yaitu menggunakan rias cantik atau kalau tidak ada alat make-up yang memadai bisa juga menggunakan make-up yang sederhana yang dilakukan sendiri oleh para penari. 

 

Makna yang terkandung dalam tarian ini memperlihatkan mata pencaharian masyarakat Indramayu yang mayoritas sebagai nelayan dan petani. Tokoh Ki Dariwan dan Nyi Dariwan memperlihatkan mata pencaharian di Cimanuk yaitu mencari ikan (Wahyudi, Skripsi UPI, 2014). 

 

Rangkaian gerak dalam Tari Randu Kentir sekurang-kurangnya terdiri atas:

1. Manji (salu-salu): gerakan menunjuk bahwa masih ada orang lain atau banyak orang

2. Moyeg: gerakan keluar pentas

3. Joged Miring: gerakan yang menggambarkan berjalan di tepi kali

4. Pasang Dalung: gerakan yang menggambarkan mengambil sesuatu di depan

5. Lontangan: gerakan menggambarkan sedang memikirkan sesuatu

6. Serogan: gerakan yang menggambarkan mengambil sesuatu di atas air

7. Dederan: gerakan yang menggambarkan kondisi orang yang tenggelam dengan mengangkat kedua tangan sambil melambai

8. Tunggak Kebanjiran: gerakan yang menggambarkan batang pohon yang berada di air

9. Urang unggut: gerakan yang menggambarkan udang yang sedang berenang

10. Randa Ngawe: gerakan yang menggambarkan Ki Dariwan yang mengangkat kain untuk berjalan di air

11. Bebek Ngoyor: gerakan yang menggambarkan bebek yang sedang berenang

12. Jintok-jintok: gerakan yang menggambarkan suara-suara yang berbunyi tok-tok, suasana sungai

13. Selagan: gerakan yang merupakan gerakan yang menghubungkan gerakan satu dengan yang lainnya.

 

Sebagaimana disebutkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Dwi Septiani (2014:15-16), simbol dan makna gerak yang khas dalam Tari Trebang Randu Kentir terbagi dalam beberapa gerak. Pertama adalah simbol manji, yang maknanya adalah keimanan seorang muslim yang mempercayai Tuhan yang esa yaitu Allah SWT. Kedua adalah Serogan, menggambarkan seseorang yang sedang mengambil sesuatu yang hanyut terbawa banjir di sungai. 

 

Fungsi pertunjukan tari Randu Kentir pada awalnya digunakan sebagai sarana untuk upacara ritual memperingati meninggalnya Nyi Dariwan yang hanyut terbawa arus sungai Cimanuk. Tarian ini berakar dari kesenian Trebang yang dipertunjukkan oleh laki-laki. Tidak diketahui sejak kapan tarian ini ada, Tari Randu Kentir ini dibawakan oleh Cahya di dalam grup kesenian Trebang Randi Kentir sekitar tahun 1970 yang juga adanya penari perempuan tidak hanya penari laki-laki. Penarinya adalah seorang dalang (penari tunggal) dan seorang penari bodor. Awal mulanya, durasi waktu yang diperlukan lebih kurang tiga jam untuk sekali pentas. Cahya melakukan upaya memperbaiki bentuk penyajian dengan menghilangkan penari bodor agar mempersingkat durasi pertunjukan. Sepeninggal Cahya, Ida di Desa Jumbleng dan Dede Jaelani di Desa Muntur mengaktifkan kembali Tari Randu Kentir dalam sasnggar-sanggar di Indramayu. Pada saat itu Tari Randu Kentir berfungsi sebagai sarana dakwah Islam yang dipertunjukkan pada hari-hari besar keagamaan. Seiring dengan berkembangnya zaman dan pola pikir masyarakat saat ini, tari Randu Kentir sekarang berfungsi sebagai sarana hiburan.

 

Meskipun dikenal sebagai sarana dakwah Islam, kerpercayaan kepada hal-hal mistis dan karuhun masih tampak pada persembahan sesajen dan bunga-bunga sebelum mulai ditarikan. 

 

Nilai-nilai yang dapat dijadikan pelajaran dari tarian ini adalah: adanya dalang (penari tunggal) yang dapat dijadikan panutan; terdapatnya penari bodor yang memperlihatkan tawa dan canda penting untuk keseimbangan kehidupan manusia; dalam perkembangannya tarian ini kerap dipertunjukkan oleh beberapa orang, hal ini memperlihatkan kekompakan gerakan; selain itu nilai budaya khas Indramayu yaitu udeng (ikat kepala) pada kostum memperlihatkan ciri khas Indramayu.

 

-


Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

Komunitas Karya Budaya

Dede Jaelani Sanggar Asem Gede

Desa Muntur Kec. Losarang

0

Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

Maestro Karya Budaya

Cakrim

Desa Jumbleng Kec.Losarang

0

Ida

Desa Jumbleng Kec.Losarang

0

Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001
   Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047