Lengger Banyumas

Tahun
2019
Nomor Registrasi
201900941
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Jawa Tengah
Responsive image

 

Kesenian Lénggér Banyumasan merupakan kesenian yang lahir, tumbuh, dan berkembang di wilayah sebaran budaya Banyumas yang merupakan daerah agraris dengan mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan bercocok tanam. Hal tersebut yang menginspirasi lahirnya kesenian Lénggér Banyumasan pada tahun 1755. Kesenian Lénggér Banyumasan itu sendiri sampai saat ini belum di ketahui pasti siapa penciptanya karena kesenian ini merupakan kesenian yang berasal dari rakyat, diciptakan oleh rakyat, dan di tujukan untuk rakyat. Wujud dari kesenian Lénggér Banyumasan ini yaitu seni tari tradisional yang dalam pertunjukannya sang Lénggér tidak hanya menari tetapi juga membawakan lagu tradisional Banyumasan dengan iringan musik gamelan atau lebih spesifik lagi seperangkat alat musik calung. 

 

Dalam pertunjukannya kesenian Lénggér terbagi menjadi empat babak atau adegan. Babak pertama yaitu babak Gamyongan, babak kedua babak Lénggéran, babak ketiga babak Badhutan atau Bodhoran, dan yang terakhir adalah babak Baladewaan. pada babak Lénggéran sering terjadi adanya adegan banceran atau para penonton khususnya laki-laki ikut menari bersamaLénggérdengan memberi uang (sawér). 

 

Lénggér merupakan istilah Jarwo Dhosok atau gabungan kata yang mempunyai arti. Lénggér “Darani Léng Jêbulé Jénggér” yang dapat di artikan bahwa dikira wanita ternyata laki-laki. Maksud tersebut adalah berkaitan dengan sejarah masa pra kemerdekaan dimana penari Lénggér adalah laki-laki yang berdandan layaknya seorang wanita yang di gunakan untuk mengelabuhi para lelaki hidung belang khususnya para antek-antek atau kompeni. Tindakan tersebut sebagai bentuk tipu muslihat yang di lakukan oleh para pejuang atau pemuka agama yang tidak suka melihat perilaku tidak sronoh yang di lakukan oleh para penjajah beserta antek-anteknya, seperti halnya melakukan sawéran atau member uang dengan cara memasukan uang tersebut ke dalam mêkak mêkak atau kemben. Tindakan tersebut yang di anggap tabu. Pada saat ini kesenian Lénggér Banyumasan umumnya ditampilkan oleh kaum wanita akan tetapi disebagian daerah masih memiliki Lénggér lanang dengan penari laki-laki yang berdandan layaknya wanita. Ada pula pendapat Lénggér berasal dari kata “gélang-géléng gawé gégér”yang artinya pada saat itu, tarian Lénggér ini hanya ditarikan dengan gerakan kepala yang sangat sederhana yaitu gerakan gélang-géléng dengan gerakan badan yang hanya sebatas anggang énggén atau léngang lénggéng. Walaupun gerakan tarian Lénggér hanya sebatas gerakan gélang-géléng , anggang énggén dan léngang lénggéng, Tetapi pertunjukan ini bisa membuat masyarakat Banyumas gégér atau ramai. Gégér dalam arti masyarakat sangat antusias akan hadirnya kesenian Lénggér Banyumasan ini.

 

Kesenian Lénggér Banyumasan ini merupakan sebuah kesenian yang memliki nilai kesuburan dan religi. Masyarakat Banyumas mempercayai dalam kesenian Lénggér Banyumasan ini mengandung nilai kesuburan. Masyarakat menganggap Lénggér adalah “Ana Céléng Gawé Gégér” yang artinya pada zaman dahulu ketika musim panen tiba, Babi hutan atau Céléng dari hutan turun ke lahan pertanian mayarakat Banyumas untuk merusak lahan pertanian yang sedang panen tersebut sehingga masyarakat gagal panen. Masyarakat Banyumas berinisiatif untuk mengusir binatang tersebut supaya tidak merusak ladangnya dengan berbagai macam tetabuhan dan bunyi-bunyian yang dibunyikan secara bersamaan oleh kaum pria sedangkan kaum wanita melakukan gerakan secara spontan dengan melambai-lambaikna tangan ke kanan dan ke kiri untuk mengusir Céléng dengan mengikuti alunan musik. Kegiatan ini dilakukan secara terusmenerus hingga menjadi sebuah tradisi yang menginspirasi lahirnya kesenian Lénggér Banyumasan di masyarakat agraris sebagai mitos kesuburan. Selain dipercaya sebagai mitos kesuburan, kesenian Lénggér Banyumasan ini juga dipercaya sebagai mitos religi. hal ini terbukti dengan adanya kegiatan tersebut yang bertujuan sebagai bentuk permohonan doa kepada Sang Maha Pencipta sebagai rasa syukur terhadap hasil panen yang telah di berikan dan senantiasa diberi kelancaran untuk panen yang akan datang. Dari kebiasaankebiasaan

 

yang dilakukan oleh masyarakat Banyumas, maka sampai sekarang ini kegiatan tersebut menjadi salah satu budaya masyarakat Banyumas untuk menyambut datangnya musim panen. Dari beberapa perbedaan persepsi tersebut tidak sekedar menunjukan adanya perbedaan lingkungan sosial budaya masyarakat yang bersangkutan, tetapi sekaligus menunjukan perbedaan nilai dalam perkembangan kesenian Lénggér Banyumasan.

 

Seiring berjalannya waktu serta perkembangan zaman yang di dukung oleh masyarakat pendukungnya kesenian Lénggér Banyumasan juga dipentaskan di beberapa acara ritual dalam bentuk hiburan yang bertujuan untuk menghibur yaitu dalam acara sunatan, nikahan, ruwatan, meminta hujan atau baritan, suran atau sedekah bumi, sedekah laut, kaulan atau nadzar, nindik (member anting-anting untuk bayi yang baru lahir), dan berbagai macam hari besar yang lainnya. Gerak dalam kesenian Lénggéran ini sangat sederhana dan belum ada pakem untuk detail geraknya karena pada dasarnya masyarakat dahulu belum memiliki pendidikan dan ketrampilan yang khusus, seperti halnya yang di sebut Lénggér “gélang-géléng, léngang lénggéng gawé gégér”. Busana yang dikenakan oleh Lénggér yaitu mêkak, kain jarik, dan sampur. Pada bagian kepala menggunakan sanggul jawa atau kondé dengan perhiasan yang masih sederhana yaitu sisir yang terbuat dari belahan tanduk kerbau yang bentuknya menyerupai sirkam, perhiasan tersebut dahulu disebut dengan cundhuk, kemudian ada mênthul dan giwang.

 

Kesenian Lénggér Banyumasan tumbuh dan berkembang dengan pesat, sehingga kesenian Lénggér Banyumasan menjadi icon di Kabupaten Banyumas. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai grup, komunitas, dan sanggar yang melestarikan kesenian Lénggér di berbagai sebaran wilayah Banyumas

 

-


Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

Komunitas Karya Budaya

Mispan, S.Pd, M.Si

Dinporabudpar kab. Banyumas

081326827599

dinporabudpar.banyumas@gmail.com

Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

Maestro Karya Budaya

Bambang Wadoro, S.Pd.

UPK Purwokerto Utara, Banyumas

081542949692

Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001
   Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047