Jamasan Pusaka Suroloyo

Tahun
2019
Nomor Registrasi
201900960
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
DI Yogyakarta
Responsive image

 

Pada awalnya upacara adat Jamasan Pusaka di Suroloyo merupakan upacara adat menyambut bulan Sura atau sering disebut Suran di Suroloyo. Pada jaman kerajaan Mataram Islam dengan rajanya Panembahan Hanyakrawati atau Raden Mas Jolang pada sekitar tahun 1949, pada waktu itu wilayah Suroloyo kedatangan seorang putra dari kerajaan Mataram yang bernama Raden Mas Rangsang. Kedatangannya di wilayah perbukitan Suroloyo ini untuk memenuhi wisik (bisikan gaib), bahwa beliau harus pergi ke arah barat untuk bersemadi menerima bisikan gaib selanjutnya. Perjalanan Raden Mas Rangsang akhirnya sampailah di sebuah tempat yang bernama Kaendran yang terletak di perbukitan Suroloyo. Dalam semadinya Raden Mas Rangsang menerima wisik yang isinya bahwa kelak ia akan menjadi Raja Mataram yang akan menguasai seluruh tanah Jawa. Setelah menerima wisik tersebut kemudian ia kembali ke kerajaan Mataram. Setelah selang beberapa waktu, benar Raden Mas Rangsang diangkat menjadi Raja Mataram dan bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma menggantikan ayahnya Panembahan Hanyakrawati atau juga disebut Panembahan Seda Ing Krapyak.

Masyarakat Dusun Keceme mengetahui bahwa yang pernah bertapa atau bersemedi di Kaendran adalah Raden Mas Rangsang yang kemudian naik tahta menjadi raja Mataram yang bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma, maka masyakarat sekitar bukit Suroloyo, khususnya Dusun Keceme sejak saat itu setiap tanggal 1 Sura menyelenggarakan selamatan dan tirakatan untuk mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat yang telah dilimpahkanNya, disamping untuk mengenang jasa-jasa Raden Mas Rangsang terhadap desa di sekitar bukit Suroloyo selama beliau tinggal di wilayah tersebut. Selain itu uapcara adat tersebut dimaksudkan sebagai bentuk permohonan keselamatan dan keberhasilan dalam kehidupan masyarakat di wilayah perbukitan Suroloyo. Pada perkembangan selanjutnya karena kedekatan hubungan spiritual kerajaan Mataram yang diteruskan oleh Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan wilayah perbukitan Suroloyo ini tetap terjalin hingga kini, yang diwujudkan dengan pemberian pusaka Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggala Dewa yang dimaksudkan sebagai piyandel atau sebagai penolak bala bagi wilayah di perbukitan Suroloyo tersebut. Kedua pusaka tersebut setiap tahun sekali sampai saat ini pada setiap tanggal 1 Sura dijamasi atau disirami, pada upacara adat Jamasan Pusaka di Suroloyo.

Makna dari penyelenggaraan Upacara Jamasan Pusaka Suroloyo bagi masyarakat Suroloyo sendiri adalah sebagai bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas segala berkah yang telah dilimpahkannya. Selain itu, upacara ini juga ditujukan untuk melestarikan budaya masyarakat Jawa peninggalan nenek moyang berupa Jamasan Pusaka di Suroloyo yang terletak di Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Jamasan bagi masyarakat juga dimaknai sebagai bentuk pemeliharaan secara tradisional benda peninggalan nenek moyang yang berupa Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggala Dewa, sehingga diharapkan dengan jamasan ini pusaka tersebut akan terpelihara supaya tidak rusak dan tetap ampuh, sehingga dapat melindungi masyarakat pendukungnya dari gangguan atau bencana yang akan menimpanya.

Waktu pelaksanaan upacara adat Jamasan Pusaka di Suroloyo setiap tahun sekali, berdasarkan perhitungan kalender Jawa yaitu setiap tanggal 1 Sura. Penentuan tanggal pelaksanaan tersebut berdasarkan pesan dari para leluhur yang diwariskan secara turun-temurun kepada generasi penerusnya. Pelaksanaan upacara adat Jamasan Pusaka di Suroloyo bertempat di Sendang Kawidodaren yang dipercaya dahulu merupakan bekas peninggalan cikal-bakal dari dusun tersebut. Adapun tempat-tempat pelaksanaan upacara adat Jamasan Pusaka di Suroloyo adalah sebagai berikut:

 Halaman Patung Punakawan yang terletak di kaki bukit Suroloyo, yang terletak di Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.

 Sendang Kawidodaren yang terletak di Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.

 Gedhong Pusaka yang terletak di sisi barat Sendang Kawidodaren, di Dusun Keceme, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo.

Ada beberapa pantangan yang diwajibkan sebelum melaksanakan kegiatan upacara ini diantaranya :

 tidak boleh mengganti waktu pelaksanaan upacara setiap tanggal 1 Sura pusaka tersebut harus dijamasi sesuai dengan yang dipesankan secara turun-temurun oleh para pendahulunya.

 dalam keadaan apapun upacara adat jamasan pusaka harus tetap dilaksanakan, apabila hal tersebut dilanggar akan mendatangkan hal-hal yang kurang baik bagi kehidupan masyarakat pendukungnya, khususnya masyarakat Dusun Keceme di wilayah perbukitan Suroloyo.

Persiapan dan Perlengkapan Upacara

Persiapan upacara adat Jamasan Pusaka di Suroloyo diawali beberapa hari sebelum hari puncak upacara pada tanggal 1 Sura dengan membersihkan lingkungan Dusun Keceme, membersihkan dan menyiapkan tempat upacara di Sendang Kawidodaren dan Gedhong

Pusaka. Satu hari sebelum puncak upacara para petugas yang telah ditunjuk dibawah arahan Kepala Dusun Keceme dan Bapak Surakso Kemat selaku Jurukunci Gedhong Pusaka dan Sendang Kawidodaren menyiapkan ubarampe atau perlengkapan upacara yang berupa: jeruk mipis, kembang setaman, dupa, hio dan minyak cendana. Selain itu dipersiapkan sesaji untuk jamasan yang berwujud gunungan wulu-wetu yang dibuat dari wulu-welu atau hasil pertanian/ palawija yang berupa sayuran dan buah-buahan dari wilayah Desa Gerbosari. Adapun wulu-wetu yang dipakai untuk membuat sesaji gunungan terdiri atas: wortel, kacang lanjaran (panjang), lombok alit, lombok ageng (abang), brambang, bawang, jambu, jeruk, apel, nanas, kobis, jagung, pantun, ketela pohong, caibok, buah coklat dan buah kopi. Bermacam-macam buah dan sayuran tersebut kemudian ditata, dirangkai dan dihias untuk membuat gunungan. Selain itu juga dipersiapkan sesaji untuk selamatan pada malam tanggal 1 Sura yang berupa: tumpeng, ingkung ayam dan perlengkapannya, sega golong, lentho, srundeng, sayuran (gudhangan), oseng-oseng (tahu, tempe, kacang, kentang), dan bermacam-macam jenang.

Jalannya Upacara Adat Jamasan Pusaka Di Suroloyo

Upacara adat Jamasan Pusaka di Suroloyo diawali dengan selamatan yang dilaksanakan pada malam tanggal 1 Sura bertempat di Gedhong Pusaka yang terletak di komplek Sendang Kawidodaren. Selamatan ini dipimpin oleh Modin Desa Gerbosari. Selamatan dilengkapi dengan ubarampe sesaji:yang berupa: tumpeng, ingkung ayam dan perlengkapannya, sega golong, lentho, srundeng, sayuran (gudhangan), oseng-oseng (tahu, tempe, kacang, kentang), dan bermacam-macam jenang. Setelah peserta selamatan yang berjumlah sekitar 40 orang hadir dan duduk di serambi Gedhong Pusaka, dan sesaji selamatan telah disiapkan, diletakan di tengah-tengah serambi dikelilingi para peserta selamatan. Kemudian Juru kunci Gedhong Pusaka yaitu Bapak Surakso Kemat menyampaikan sambutan yang berisi maksud dan tujuan selamatan malam ini untuk memohon kelancaran dan keselamatan dalam pelaksanaan upacara Jamasan Pusaka Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggala Dewa yang akan dilaksanakan pada pagi harinya. Kemudian dilanjutkan doa yang disampaikan oleh Modin Desa Gerbosari yang merupakan permohonan keselamatan dan berkah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Setelah doa selesai selanjutnya sesaji selamatan yang berupa makanan dibagikan kepada semua peserta yang hadir di acara selamatan tersebut. Setelah selesai acara selamatan dilanjutkan dengan wungon atau tirakatan sampai menjelang pagi hari.

Pada pagi harinya yang merupakan puncak upacara yaitu pada tanggal 1 Sura dilaksanakan Jamasan Pusaka diawali dengan arak-arakan kirab pusaka Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggala Dewa dari rumah Kepala Dusun Keceme menuju ke Sendang Kawidodaren dengan melewati jalan yang melingkari Dusun Keceme, dan berhenti sejenak di halaman Patung Punakawan untuk dilakukan serah terima pelaksanaan jamasan, dari pemerintah yang diwakili oleh Bapak Camat Samigaluh kepada Jurukunci Gedhong Pusaka dan Sendang Kawidodaren yaitu Bapak Surakso Kemat, seorang Abdi Dalem Karaton Ngayogyakarta yang mengurusi Gedhong Pusaka dan Sendang Kawidodaren di Suroloyo.

Arak-arakan kirab pusaka diiringi dengan sesaji yang berupa gunungan wulu-wetu yang dibuat dari segala macam hasil pertanian berupa sayuran dan buah-buahan yang dihasilkan di wilayah Desa Gerbosari. Selain itu kirab pusaka juga diiringi oleh kesenian jathilan. Setelah acara serah terima kemudian arak-arakan dilajutkan menuju ke Sendang

Kawidodaren, sesampainya di Sendang Kawidodaren kemudian pusaka Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggala Dewa dibawa ke tepi Sendang, selanjutnya Tombak Manggala Murti dibuka penutupnya atau warangkanya dan Songsong Kyai Manggala Dewa dikembangkan untuk memayungi Tombak Manggala Murti selama dijamasi. Setelah Tombak Kyai Manggala Murti dilepas dari warangkanya kemudian bilah tombak diletaknya di bibir Sendang selanjutnya dilakukan proses penjamasan. Sebelum proses penjamasan dimulai sesaji yang berupa dupa hio dinyalakan atau dibakar sehingga menimbulkan bau harum tempat penjamasan di Sendang Kawidodaren. Tujuan dari membakar dupa yang membuat bau harum ini untuk menolak hal-hal yang kurang baik atau yang akan mengganggu selama proses penjamasan berlangsung. Penjamasan dilakukan oleh Jurukunci Gedhong Pusaka dan Sendang Kawidodaren yaitu Bapak Surakso Kemat. Proses penjamasan dilakukan dengan cara mengolesi bilah tombak dengan air jeruk dan menggosoknya dengan irisan jeruk mipis kemudian disiram atau dibasuh dengan air dari Sendang Kawidodaren yang ditempatkan pada sebuah bokor dan diberi atau dicampur dengan kembang setaman. Penjamasan pusaka setelah dilakukan oleh Bapak Surakso Kemat, kemudian dilanjutkan oleh Bapak Kepala Desa Gerbosari dan Bapak Camat Samigaluh. Demikian proses penjamasan pusaka dilakukan berulang-ulang sampai dirasa bila pusaka benar-benar bersih.

Setelah penjamasan dirasa cukup kemudian bilah pusaka ditaburi dengan kembang setaman. Selanjutnya pusaka dibasuh lagi dengan air Sendang sampai bersih. Pusaka kemudian dikeringkan dengan dilap (diusap) menggunakan kain mori. Sementara itu watang atau tangkai Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggala Dewa juga dibersihkan dengan cara dilap dengan kain mori. Setelah proses jamasan dirasa cukup kemudian pusaka Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggala Dewa dibawa ke serambi Gedhong Pusaka untuk diolesi dengan minyak cendana. Selanjutnya pusaka dimasukan kembali ke dalam wrangkanya. Untuk beberapa saat kedua pusaka tersebut dipun lenggahaken atau ditempatkan di Gedhong Pusaka. Setelah dirasa semuanya cukup dengan alasan demi keamanan maka pusaka Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggala Dewa disimpan di rumah Kepala Dusun Keceme. Selama proses penjamasan ubarampe sesaji yang berupa dupa selalu menyala dibakar sehingga baunya semerbak, hal ini dimaksudkan sebagai penolak bala selama pelaksanaan penjamasan pusaka berlangsung. Setelah penjamasan pusaka selesai dan pusaka dibawa ke Gedhong Pusaka, kemudian warga masyarakat berbondong-bondong dengan membawa botol mengambil air sisa jamasan di Sendang Kawidodaren. Mereka percaya dengan mengambil air sisa jamasan pusaka tersebut akan terhindar dari segala macam gangguan dan bahkan dipercaya bisa menyembuhkan segala macam penyakit.

Sementara itu pada waktu pusaka sedang diolesi minyak cendana di serambi Gedhong Pusaka, sesaji gunungan wulu-wetu dibagikan kepada warga masyarakat yang datang mengikuti jalannya upacara jamasan pusaka tersebut. Namun karena jumlah sesaji dengan jumlah warga masyarakat yang mengikuti upacara jamasan tidak sebanding maka pembagian sesaji tersebut dilaksanakan dengan cara rebutan. Warga masyarakat pendukung upacara ini saling berebut untuk mendapatkan atau mengambil sesaji tersebut. Mereka berharap dan percaya bahwa dengan mendapatkan salah satu bagian dari sesaji gunungan wulu-welu tersebut akan mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan selesainya pembagian sesaji dan disimpanya kembali pusaka Tombak Kyai Manggala Murti dan Songsong Kyai Manggala Dewa di rumah Kepala Dusun Keceme maka selesailah sudah rangkaian upacara adat Jamasan Pusaka di Suroloyo. Para pendukung upacara adat ini merasa lega, tenteram dan damai

karena telah bisa melaksanakan kegiatan wajib warisan dari pendahulunya, dan mereka berharap bahwa kelak di kemudian hari akan mendapatkan penghidupan yang lebih baik.

Upacara Jamasan Pusaka Suroloyo ini melibatkan seluruh masyarakat dari berbagai kalangan umur dari anak-anak hingga orang tua. Proses jalannya upacara juga harus dilaksanakan secara gotong-royong oleh masyarakat dengan dana swadaya masyarakat. Upacara Jamasan Pusaka Suroloyo memiliki nilai-nilai kebersamaan yang mengikat relasi social menjadi lebih intim. Pembagian peran pun terlihat dengan wanita yang jauh-jauh hari menyiapkan sesaji upacara dan laki-laki-laki yang bahu membahu membersihkan sendang. Aktivitas keramaian juga menarik para wisatawan untuk berkunjung menyaksikan prosesi ini sehingga masyarakat pun berinisiatif menjajakan makanan dan minuman dan barang dagangan lain pada waktu prosesi ini dilaksanakan. Ada nilai tambah ekonomi dan pariwisata yang muncul dari Upacara Jamasan Pusaka Suroloyo ini.

Dusun Ceme di dekat Bukit Suralaya sesepuhnya karena berjasa kepada Sultan dari Kraton Yogyakarta memperoleh dua buah pusaka yakni Tombak Kyai Manggolo Murti dan Payung Manggolo Dewo. Pemberian pusaka dari keratin ini kemudian memunculkan ide pemerintah daerah setempat untuk menyertakan Jamasan pada malam Satu Suro bersamaan dengan upacara menyambut Satu Suro yang sebelumnya memang telah dilakukan penduduk secara rutin. Upacara ini di tujukan kepada penguasa bukit Suroloyo yang di anggap keramat dan tempat persemayaman para Jin yang dapat membantu kehidupan manusia di sekitar dengan kata lain di maksukan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, memohon ketentraman dan keselamatan hidup, di beri kemudahan mencari nafkah. Pelaksanaan upacara di selenggarakan oleh suatu panitia terpadu antar aparat Desa Kecamatan dan Kabupaten dan Dinas Kepariwisataan dan masyarakat.Rakyat berpartisipasi dengan mengikuti Kenduri di rumah Kepala Dusun secara Gotong Royong kemudian mengikuti kirap Pusaka pada malam Satu Suro. Perlengkapan sesaji untuk Jamasan Pusaka antara lain: 1. Nasi Ambeng untuk Kenduri berupa nasi gurih lengkap dengan lauk pauk dan ingkung, jajan pasar Ambeng dengan lauk tempe goreng, telur dadar, peyek, sayur tempe di bawa penduduk ke rumah Kepala Dusun dan sebagian di bawa ke bukit Suralaya, Kendurian ini di hadiri Muspika dan penduduk. 2. Kembang Setaman, kemeyan dan udik-udik. 3. Tombak Kyai Manggolo Murti dan Payung, Manggolo Dewa. 4. Perlengkapan Jamasan. 5. Gunungan dari hasil bumi penduduk setempat 6. Putri Domas 7. Udik-udik Sebelum mengikuti upacara penduduk berpuasa lebih dahulu supaya suci sehingga keinginannya terkabul. Pada malam sebelumnya kedua pusaka di ambil dari tempat penyimpanan di rumah Ngadiwiharja,Tirtowigeno dan Tirtowirogo di bawa ke rumah Kepala dusun dan masyarakat Ceme I dan CemeII menyiapkan Jamasan, Gunungan serta Putri Domas.Pada pukul 23.00di adakan Kenduri di rumah kepala Dusun.Pada pagi harinya yakni tanggal 1 Suro pukul 9.00 Pusaka di kirabkan menuju sendang Kawidadaren untuk di jamasi oleh abdi dalem Keraton.Setelah di jamasi kemudian di suatu tempat di keringkan dan di masukkan ke kerangkanya di kirapkan lagi menuju tempat penyimpanan pusaka.Gunungan di perebutkan juga air bekas jamasan.

-


Disetujui Oleh SuperUser Pada Tanggal 30-11--0001

Komunitas Karya Budaya

Masyarakat Dusun Suroloyo, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta

Dusun Suroloyo, Desa Gerbosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta

0

Disetujui Oleh SuperUser Pada Tanggal 30-11--0001

Maestro Karya Budaya

Surakso Kemat

Keceme, Gerbosari, Samigaluh, Kulonprogo

0

Disetujui Oleh SuperUser Pada Tanggal 30-11--0001
   Disetujui Oleh SuperUser Pada Tanggal 30-11--0001

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047