Sadranan Logantung Gunungkidul

Tahun
2019
Nomor Registrasi
201900963
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
DI Yogyakarta
Responsive image

 

Sadranan Sendang Logantung. Penggiat Sadranan ini dilaksanakan di Dusun Logantung, Desa Sumberejo, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul. Sadranan di dusun ini diawai dari cerita dari seorang warga dukuh yang bermimpi ditemui seseorang bertubuh tinggi besar dan pakaian serba hitam. Sosok itu berkata daerah ataupun dukuh ini akan menjadi lautan apabila sumber mata air yang dibuat oleh Kyai Panjang Mas (sendang panguripan) tersebut tidak disumbat dengan sebuah kepala kerbau serta ijuk batang aren. Sosok itu mnyebut bahwa sumber mata air sudah mengecil, setahun sekali khususnya pada hari Rabu Pahing selain Bulan Suro, untuk itu harus diadakan sadranan atau sedekah bumi. Dalam sadranan juga mementaskan wayang kulit. Mimpi tersebut dikabarkan pada seluruh penduduk kemudian disepakati untuk melaksanakan mimpi tersebut.

Sadranan di Sendang Logantung diselenggarakan setiap bulan Ruwah dalam kalender Jawa, tepatnya Rabu Pahing dalam pasaran Jawa. Sadranan diawali dengan menyiapkan berbagai macam sesaji, diantaranya:

1. Tumpeng, berupa nasi putih berbentuk kerucut (gunung) tanpa lauk pauk. Tumpeng melambangkan pengharapan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar mengabulkan segala doa kebaikan.

2. Nasi gurih atau wuduk; nasi putih diberi santan, garam dan daun salam. Nasi ini oleh masyarakat menjadi perlambang permohonan keselamatan bagi penyelenggara dan semua peserta upacara sadranan.

3. Ingkung; ayam dimasak utuh dan diberi bumbu tidak pedas dan juga diberi santan. Ingkung perlambang manusia ketika masih bayi dan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

4. Kembang mawar, melati dan kenanga.

5. Pisang raja,

6. Kemenyan,

7. Jajan pasar; roti, gethuk, gulali dan sebagainya.

8. Ketan

9. Kolak

10. Apem

Upacara Sadranan dimulai dengan arak-arakan warga Dukuh Logantung dan peserta sadranan, dari rumah kepala dukuh menuju Sendang Logantung dengan membawa seluruh sesaji. Di Sendang Logantung, sesaji diletakkan di halaman sebuah pendapa. Kemudian arak-arakan dipimpin oleh kepala desa, kepala dukuh, ketua panitia sadranan dan orang-orang yang dituakan, diikuti oleh seluruh peserta sadranan. Arak-arakan diiringi oleh berbagai kreasi seni, seperti jaranan, reog, hadrah, perwakilan tiap RT, hasil bumi dan peserta sadranan. Malam sebelum hari h juga sudah diadakan campursari, para warga melakukan lek-lek-an untuk pelaksanaan sadranan esok harinya. Saat rombongan sesaji tiba, warga mengikuti upacara sadranan. Dimulai dengan pembukaan, kemudian sambutan oleh kepala desa, kepala dukuh, dan panitia.

Ritual sadranan ini berakhir dengan pembacaan doa oleh petugas yang telah ditunjuk panitia. Setelah itu sesaji dibawa kembali ke rumah kepala dukuh, kemudian warga mengambil sesaji yang diinginkan untuk dibawa pulang dan dimakan bersama keluarga mereka masing-masing. Pada malam harinya digelar wayang kulit dirumah kepala dukuh. Pementasan wayang ini sebuah keharusan, sebagai penghormatan kepada tokoh Ki Panjang Mas yang dahulunya seorang dalang. Dalang didatangkan dari tempat sekitar Gunung Kidul, seperti Solo, Sukoharjo dan Yogyakarta secara bergantian. Hal ini agar warga mendapatkan hiburan dan petuah dari dalang.

Tujuan utama digelarnya sadranan adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa. Leluhur telah mengajarkan kebaikan, terutama dalam mengelola sumber air. Sementara Tuhan telah memberikan air itu sendiri. Secara sosial, sadranan mempererat rasa persaudaraan antarwarga, pemerintah, dan hubungan dengan alam. Warga percaya, bahwa manusia, tuhan dan alam harus saling terhubung. Saling mengisi dan melengkapi.

Dari seorang warga yang menggelar sedekah kepala kerbau kemudian dilanjutkan dengan sedekah bumi oleh seluruh warga pedukuhan. Sedekah bumi membuat kehidupan warga menjadi tenang. Lambat laun sedekah bumi ini yang disebut sebagai Sadranan. Dalam perkembangannya pula, pengalaman dari salah seorang warga yang sembuh ketika meminum air sendang pada waktu prosesi sadranan membuat sebagian besar warga menjadikan air sendang sebagai media untuk menyembuhkan peyakit dengan meminum dan mandi.

Warga percaya bahwa semua area di sendang adalah sakral, sehingga jika berdoa dengan keinginan tulus maka doa mereka akan terkabul baik itu meminta jodoh, karir, maupun keinginan lainnya. Keampuhan sendang ini juga dikabarkan secara luas sehingga orang berbonong-bondong datang pada waktu sadranan digelar. Oleh sebab pentingnya upacara ini bagi warga, maka upacara sadranan akan senantiasa dijaga dan dilestarikan.

-


Disetujui Oleh SuperUser Pada Tanggal 30-11--0001

Komunitas Karya Budaya

Masyarakat Dusun Logantung, Desa Sumberejo, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul

Dusun Logantung, Desa Sumberejo, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul

0

Disetujui Oleh SuperUser Pada Tanggal 30-11--0001

Maestro Karya Budaya

RIYADI

Logantung, RT/RW 001/005, Desa Sumberejo, kecamatan Semin

085747800530

Disetujui Oleh SuperUser Pada Tanggal 30-11--0001
   Disetujui Oleh SuperUser Pada Tanggal 30-11--0001

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047