Genikng

Tahun
2019
Nomor Registrasi
201901024
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Kalimantan Timur
Responsive image

Genikng Merupakan sebuah instrument dengan nilai guna dan fungsi yang teramat penting dalam masyarakat  Dayak Rentenuukng, selain itu juga alat ini dipakai sebagai media komunikasi dalam kehidupan mereka. Alat musik genikng ini termasuk dalam alat musik metalofon yang difungsikan untuk keperluan komunikasi yang berhubungan dengan praktik-praktik kehidupan sehari-hari maupun  praktek ritual.

Genikng terbuat dari tembaga dan perak, berwarna hitam dan memiliki berat 7 kg per satu alat genikng. Alat ini Memiliki dua sisi yaitu sisi bawah dan sisi atas, Sisi atas (mooq genikng) memiliki besar keseluruhan mencapai 17 cm. Sisi atas memiliki dua mooq (tingkatan) tingkatan pertama memiliki besar 7 cm dan mooq tingkatan ke dua memilki 7 cm jadi bisa ditotalkan besar mooq tingkatan satu dan dua adalah 14 cm, namun berbeda dengan besar pencon atas atau yang sering di sebut munyar dalam bahasa Dayak Rentenuukng, memiliki besar sama dengan mooq tingkatan satu dan dua yaitu 15 cm, sedangkan tebal dari besi (ajak besiq) genikng adalah 3 mili sementara tinggi genikng (mooq genikng) adalah mencapai 13 cm, begitu pula dengan ajak luoq genikng atau besar lobang kosong yang berada di sisi bawah adalah sebesar 52 cm. 

Genikng memiliki kekuatan sebagai media komunikasi, baik secara ritual maupun non ritual. Fungsi genikng sebagai media komunikasi tidak dapat dilepaskan dari aktivitasnya sebagai instrument pengiring dalam upacara ritual. Pada saat ritual genikng menjadi media penyampaian pesan sebagai maksud dari diselenggarakannya sebuah upacara. Genikng menjadi satu-satunya artikulasi dari komunikasi bunyi genikng yang terikat pada struktur musikal. Jalinan bunyi yang dihasilkan genikng bersamaan dengan instrumen lainnya merupakan suatu bentuk interaksi yang terjadi dalam suatu upacara ritual maupun untuk kebutuhan pemanggil lainnya.

Tidak mengherankan, genikng di dalam proses interaksinya-pun dianggap sebagai instrumen yang menjadi ritmis yang mengendalikan seberapa lambat atau cepatnya tempo dari musik yang disajikan oleh penabuh genikng .

Dalam konteks komunikasi lewat bunyi Genikng  masyarakat Rentenuukng dapat membedakan pesan dari tabuhan genikng yang dibunyikan.  Isi pesan dapat dibedakan dari pola tabuhannya maupun pertautannya dengan bunyi dari alat musik lainnya.

Dalam komunikasi yang bersifat horizontal seperti  alat pemberitahu, memanggil dan mengumpulkan masyarakat Rentenuukng untuk bergotong royong ditandai dengan bunyi genikng yang berulang-ulang. Pola tabuhan lainnya seperti pemberitahuan tentang berita duka  maka bunyi genikng nya berpola sahut-sahutan (responsorial) untuk tanda ini masyarakat Rentenuukng menyebutnya dengan Titi. Genikng Sebagai Pemanggil Kematian Setelah masyarakat mendengarkan suara genikng maka timbul respon masyarakat untuk menanggapi bunyi tersebut 

Apabila masyarakat mendengar bunyi tersebut maka dengan kesadarannya akan datang ke tempat di mana bunyi tersebut berasal. Mereka akan mengetahui bahwa dalam satu desa ada orang yang telah meninggal. Di dalam komunikasi terdapat adanya aspek aksi dan reaksi, di mana penabuh genikng sebagai pembawa aksi dan datangnya masyarakat menuju tempat di mana bunyi genikng berasal disebut reaksi.

Dalam komunikasi vertikal,  bunyi Genikng  dipakai untuk keperluan ritual memanggil dan mengantar roh . Komunikasi  bunyi genikng vertikal banyak dihadirkan dalam acara-acara ritual beliant khususnya dalam konteks komunikasi antara pengewara (pawing) dan pemeliatan (pemusik ritual) sebagai wakil dari warga  yang menyelenggarakan upacara dengan senyang (roh) yang diundang hadir, dalam komunikasi ini genikng ditabuh Bersama dengan alat musik ritual lainnya seperti gimar dan kelentangan. 

Genikng yang dipakai dalam kedua upacara Beliant Nataakng dan Beliant Lawangan berjumlah dua buah. Alat musik ini dipukul secara bergantian dengan instrumen lainya seperti klentangan, gimar. Namun dalam penyajianya kedua genikng ini dipukul secara bersamaan dengan pola tabuhan yang sama.

Peristiwa komunikasi musik menggunakan genikng sebagai alat komunikasi dengan alam dunia lain ini hanya diketahui pengewara. Pengewara merupakan perantara antara pihak keluarga dari roh yang meninggal dengan pihak roh yang meninggal. Pengewara, petugas mengajak ‘tuan roh’ (roh yang meninggal) untuk pergi mendatangi keluarganya yang telah ditinggalkan. Pengewara menjadikan fisiknya sebagai medium tempat roh, supaya roh tersebut dapat menyeberang ke dunia manusia dan melakukan tugasnya untuk mendatangi keluarganya. Tanda bahwa roh leluhur telah masuk ke dalam tubuh sang pengewara ditandai dengan si pengewara tidak sadarkan diri/trance

Alat musik genikng tidak hanya sebagai sebuah alat yang penopang sebagai kebutuhan ritual saja. Genikng juga bermanfaat sebagai media yang mampu mempersatukan masyarakat dalam sebuah desa yaitu melalui bunyi yang dihasilkan dari munyar (pencon) genikng. Dalam kehidupan bermasyarakat alat ini tidak hanya sebagai media komunikasi tetapi juga biasa diperuntukkan sebagai sarana adat. Dalam suku dayak hampir disemua segi kehidupan alat ini hadir. Mulai dari kelahiran, kehidupan bermasyarakat, hingga upacara kematian alat ini terus hadir hingga pada saat ini.


Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

Komunitas Karya Budaya

Lembaga Adat Desa Melepeh Baru

Melepeh Baru kecamatan , kecamatan Linggang Bigung, Kutai Barat

0

Lembaga Adat Besar Kabupaten Kutai Barat

Kutai Barat

0

Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

Maestro Karya Budaya

Kartolo Pelaku seni

Melepeh Baru , kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat

0

Kardipen (Pengewara)

Melepeh Baru , kecamatan Linggang Bigung, Kabupaten Kutai Barat

0

Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001
   Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047