Tari Dewa Memanah

Tahun
2019
Nomor Registrasi
201901030
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Kalimantan Timur
Responsive image

Tari Dewa Memanah merupakan tarian sakral dalam upacara ritual Bepelas Sultan yang dilaksanakan di Keraton Kutai Kartanegara dimana prinsipnya pelaksanaan tari Dewa Memanah adalah membersihkan serta meminta perlindungan, ketentraman, dan keselamatan bagi masyarakat suku Kutai. 

Ragam gerak tari Dewa Memanah selain bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat, juga melambangkan pengharapan memanggil roh-roh para leluhur untuk mengikuti upacara yang sedang dilaksanakan dan memberikan keselamatan bagi kehidupan dunia Sultan maupun masyarakat suku Kutai. Busana yang menggunakan pakaian berwarna kuning sebagai simbol yang dipercaya untuk menjaga diri, menjaga tempat- tempat sakral, pengikat benda pusaka,dan lain-lain yang dikaitkan dengan kehidupan manusia agar selalu terjaga dan terhindar dari segala  gangguan roh jahat dan marabahaya. Makna dari warna kuning tersebut melambangkan keagungan bagi masyarakat suku Kutai. Properti tari Dewa Memanah melambangkan kekuatan senjata yang digunakan untuk mengusir roh-roh jahat dalam upacara dan sebagai bentuk senjata yang membantu melindungi kehidupan manusia.

Bagi masyarakat suku Kutai, tarian ini menggambarkan hubungan manusia dan alam lingkungan sekitarnya, manusia dengan roh-roh leluhur, serta mencerminkan kehidupan sosial masyarakat yaitu sikap penghormatan terhadap nilai-nilai kehidupan yang di ajarkan para leluhur yang telah menjaga dan melindungi masyarakat, nilai kebersamaan, nilai kekeluargaan dan tanggung jawab sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat.

Tari Dewa Memanah merupakan tari tradisi milik masyarakat suku Kutai. Tari Dewa Memanah merupakan sebuah tari yang disakralkan oleh masyarakat suku Kutai, yang menjadi bagian dari upacara adat Erau dan hingga masih saat ini dipertahankan keberadaannya. Tari Dewa Memanah merupakan sebuah ilustrasi prosesi perjalanan untuk memberitahu Dewa dan roh para leluhur, bahwa mereka akan mengadakan acara memohon izin dan menghadirkan sang Dewa untuk ikut ke dalam acara yang akan dilaksanakan, masyarakat suku Kutai berharap kegiatan yang akan dilaksanakan berjalan dengan lancar dan terhindar dari segala gangguan roh-roh jahat. Tari Dewa Memanah yang erat kaitannya dengan ritual kepercayaan ini tercipta sebagai ritual untuk mengusir roh-roh jahat serta permohonan kepada Dewa agar diberi keselamatan, terutama pada prosesi ritual Bepelas berjalan lancar dan aman. Tarian tersebut memiliki simbol berupa perjuangan yang menggambarkan karakter Dewa yang tangguh dalam menjaga area tempat dilaksanakannya ritual Bepelas. Dalam tarian Dewa Memanah,menggambarkan sesosok Dewa menari sambil memanah. Gerakan memanah tersebut di arahkan ke empat penjuru mengikuti arah mata angin. Adapuntujuan anak panah tersebut ditujukan antara lain:

a. Pertama, menuju ke arah ulu sungai.

b. Kedua, menuju ke arah muara sungai.

c. Ketiga, menuju ke arah matahari terbit.

d. Keempat, menuju ke arah matahari terbenam.

Keempat tempat tersebut dipercaya oleh masyarakat suku Kutai sebagai pusat dari kekuatan gaib. Makna dari tarian tersebut adalah menjaga alam semesta tempat mereka tinggal agar bersih dari segala gangguan roh jahat yang dapat merusak kehidupan bermasyarakat maupun ekonomi mereka.Jenis tanda yang hadir pada proses analisis pemaknaan gerak dari Tari Dewa Memanah tersebut adalah berupa iconik. Dilihat dari proses pola gerak Tari Dewa Memanah yang mengalun namun tegas sambil membawa busur dan anak panah , hadirin dan masyarakat menafsirkan bahwa Dewa sedang  siap untuk berperang berjaga.

Tarian Dewa Memanah diiringi oleh musik gamelan dengan menggunakan laras slendro. Gamelan merupakan ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumenya yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Gamelan memiliki nilai spiritual dan  segala hal yang berhubungan dengan mistis misalnya perlunya membuat sesaji sebelum pementasan,mlarangan melangkahi perangkat gamelan, ataupun perlunya memandikan gamelan dalam waktu-waktu tertentu tidak hanya membutuhkan rasionalisasi,namun juga normalisasi persepsi.Terdapat dua jenis tanda pada bagian analisis ini yaitu, simbolik, iconik dan indeksikal.

Gamelan merupakan salah satu pusaka Keraton Kutai Kartanegara bagi masyarakat kutai dalam bentuk instrumen musik yang menghasilkan bunyi sebagai sarana pengiring pertunjukkan. Bunyi yang dihasilkan dari gamelan tersebut bertujuan untuk mendatangkan elemen-elemen positif (roh para leluhur dan Dewa bumi), serta mengusir atau menjauhkan elemen-elemen negatif (roh jahat, hantu Raja Nyahu) . Pada proses pemaknaan tersebut masuk kedalam jenis simbolik, karena bersifat mewakili sebuah hal yang lebih besar yang ada dibalik bunyi gamelan itu sendiri.

Gamelan yang ada di Kutai Kartanegara sekilas mata tampak sama dengan gamelan pada umumnya yang berasal dari tanah Jawa. Tetapi apabila ditelusuri lebih lanjut, gamelan Kutai memiliki warna dan pola yang berbeda,serta nafas permainan yang sangat terlihat nyata perbedaanya. Sehingga secara iconik gamelan Kutai dapat diidentifikasi melalui bentuk penyajian serta komposisi pola permainannya. Analisis secara indeksikal, digunakannya gamelan sebagai musik pengiring tari Dewa Memanah disebabkan oleh kesamaan makna antara bunyi yang dihasilkan oleh gamelan dan gerakan tari DewaMemanah yang sama-sama memiliki maksud dan tujuan untuk mendatangkan14 Hantu Raja Nyahu merupakan roh jahat yang di percaya masyarakat suku Kutai suka mengganggu kehidupan.

Selama upacara adat Erau dilaksanakan, setiap malam selalu dilaksanakan ritual Bapelas dan menghadirkan Tari Dewa Memanah sebagai sarana pelindung dan penyampaian kepada sang Dewa maupun leluhur. Bapelas merupakan ritual untuk Sultan atau Putra Mahkota agar terhindar dari gangguan roh-roh jahat dan dapat memimpin dengan baik. Adanya kepercayaan semacam ini, merupakan sebuah peninggalan dari nenek moyang mereka yang masih dipertahankan hingga saat ini.

Kehadiran Tari Dewa Memanah dalam upacara ritual Bapelas, memperlihatkan bahwa masyarakat suku Kutai masih sangat kuat mempercayai adanya kekuatan lain yang masih menguasai bumi tempat mereka tinggal. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari kepercayaan kahiringan  pada masa lampau yang masih mereka yakini, sehingga masyarakat suku Kutai selalu menghadirkan tari Dewa Memanah pada setiap malam selama upacara adat Erau berlansung. Adapun makna Tari Dewa Memanah sebagai memohon keselamatan, ketentraman dan kesejahteraan . Simbol Tari Dewa Memanah sendiri merupakan sebuah gambaran kepahlawanan dan kerja keras untuk mencapai suatu tujuan.


Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

Komunitas Karya Budaya

Lembaga Adat Kesultanan Kutai Kartanegara

Kelurahan Panji, Kabupaten Kutai Kartanegara

0

Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

Maestro Karya Budaya

HRM. Saidar

Kutai Kartanegara

0

Drs. H.Adji. Muhammad

Kutai Kartanegara

0

Hamtinah (Ketua Dewan dalam upacara adat Erau)

Kutai Karta Negara

0

Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001
   Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047