Ratip Saman Sambas

Tahun
2019
Nomor Registrasi
201901038
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Kalimantan Barat
Responsive image

Dari sekian banyak ragam seni budaya yang ada di Kabupaten Sambas, Ratib Saman agaknya perlu mendapatkan sorotan. Sekarang, tradisi peninggalan leluhur yang sarat nuansa Islami ini hampir punah. Menurut Budayawan Sambas, A Muin Ikram, dalam lima puluh tahun terakhir, Ratib Saman hanya dimainkan sebanyak enam kali. Di seluruh wilayah Sambas pun, diperkirakan hanya dua atau tiga desa yang masih melaksanakannya.

"Banyak warga kita yang tidak tahu apa itu Ratib Saman. Kalau ditanyakan dengan orang yang berumur di bawah 50 tahun di Sambas, sebagian besar pasti menyatakan tidak pernah melihat atau mendengarnya," kata Muin, kemarin. Itu mencerminkan betapa tradisi ini sangat langka. Padahal, tradisi Ratib Saman ini adalah sebuah khazanah budaya yang patut dilestarikan. Ratib Saman, sambung Muin, sebetulnya sudah sejak lama dikenal dan dilaksanakan oleh warga Sambas.

Namun, tidak diketahui pasti dari mana asal usul Ratib Saman ini, apakah murni budaya asli Melayu Sambas ataukah dari luar (Arab). Demikian pula, belum diketahui jelas mengenai abad atau tahun berapa serta siapa yang pertama kali memperkenalkan atau mengajarkannya. Karena itu, masih perlu diadakan kajian dan penelitian yang lebih lanjut untuk mengungkap misteri sejarah tersebut. Indikasi budaya atau kesenian ini datang dari Arab terlihat dari syair atau lagu dalam Ratib Saman yang seperti membaca ayat suci Alquran.

Tulisan syair atau kitab yang ditemukan pun masih dalam huruf Arab (Arab Melayu). Jadi, bisa disimpulkan bahwa Ratib Sambas sangat identik dengan Islam. Keberadaan Ratib Saman juga menjadi suatu bukti bahwa Kerajaan Melayu Sambas dulunya adalah sebuah negeri yang berpegang teguh pada ajaran Islam. Berangkat dari fakta tersebut, dua budayawan Sambas, H Arpan S dan A Muin Ikram berasumsi, bilamana kehadiran Ratib Saman ini dihubungkan dengan masuknya Islam di Sambas, maka ada kemungkinan seni budaya itu mulai dikenal orang Sambas setelah tahun 1632 Masehi, lebih dari empat abad yang lalu ketika Raden Sulaiman bin Raja Tengah mendirikan Kerajaan Sambas Islam pasca kekuasaan Ratu Sepudak (Hindu).

Berdasarkan penelusuran mereka di puluhan kampung di Kabupaten Sambas sejak tiga bulan lalu, telah ditemukan berbagai versi Ratib Saman. Beberapa naskah yang umumnya tulisan tangan pun telah berhasil dikumpulkan. "Masing-masing kampung punya perbedaan syair, zikir atau pasal-pasal dalam ratibnya. Ada yang 24 pasal, ada juga yang 28 pasal. Setiap pasal terdiri atas belasan kalimat. Dalam pelaksanaan Ratib Saman, pasal-pasal ini harus dipatuhi agar tujuan bisa dicapai," kata H Arpan, kemarin ketika ditemui di kediaman A Muin Ikram. Dari keterangan beberapa tokoh atau pelaku Ratib Saman yang masih hidup maupun dari tokoh-tokoh masyarakat lainnya seperti Pak Djase (76 th), Pak Syar'ie (70 th) dan Abdul Hadi (55 th) dari Desa Sebadi, Teluk Keramat dan Ibrahim (75 th) dari Desa Penakalan Sejangkung, diketahui bahwa Ratib Saman memang telah dikenal warga setempat sejak lama sekali. 

"Sayang, mereka tidak bisa menyebutkan tahun berapa. Tetapi, ada yang mengatakan, Ratib Saman kemungkinan datang dari Aceh. Konon, dahulu hubungan dagang antara Sambas dengan Aceh cukup lancar," tambah H Arpan. Kemungkinan ini bisa terjadi mengingat di Aceh pun dikenal sebuah budaya atau kesenian yang disebut dengan Tari Saman yang juga sarat nuansa Islami. Namun, dalam aplikasinya, ada banyak perbedaan antara Tari Saman Aceh dengan Ratib Saman Sambas.

 

*----------------------------

Seni Ratib Saman merupakan kesenian bercorak Islami yang berkembang di Sambas, Kalimantan Barat. Saat ini, masyarakat dusun Dungun Condong dan Dusun Sebadi di Sambas masih melestarikannya dalam upacara-upacara tradisional mereka. Kesenian ini dahulu juga dianggap sebagai tarian berobat adat kampung dan mengusir roh jahat oleh masyarakat setempat. Pada umumnya kesenian ini dilakukan oleh 7-9 laki-laki dengan lagu dan syair dalam bahasa Arab. Ratib Saman biasanya dilaksanakan beriringan dengan pelaksanaan tepung tawar baik untuk pengantin, kehamilan,kelahiran dan kematian. Biasanya setelah upacara tepung tawar dan yasinan, Ratib Saman dimulai (bada Isya sampai Shubuh). Perlengkapan pokok antara lain bacaan Ratib berupa qasidah atau nasyid dan bagian dari ayat Alquran yang berisikan tentang kebesaran dan keagungan sifat-sifat Allah Swt serta shalawat nabi. Syair, zikir dan pasal ratib saman berlainan antara satu kampung dengan kampung lainnya. Setiap pasal memiliki belasan kalimat. Pasal ini harus dipatuhi agar tujuan tercapai. Busana yang digunakan para pemain adalah kemeja lengan panjang, sarung dan kopiah. Gerakan yang dilakukan seperti gerakan shalat membungkuk, berdiri dan duduk seperti atahiyat. Anggota badan yang digerakkan adalah tangan dan kaki. Sesekali kepala mengikuti gerak tangan dan kaki. Terkadang kaki dihentakkan mengikuti syair. Sama seperti upacara tepung tawar, pada pokoknya seni Ratib Saman ini berfungsi untuk memohon keselamatan, kesejahteraan, kedamaian kepada Allah SWT. Dalam masyarakat itu sendiri, seni ini mempunyai fungsi sebagai wadah kebersamaan dalam memohon kepada Allah SWT sebagai wujud dari tuntunan untuk melakukan kebaikan secara berjamaah serta tetap berpegang teguh pada ajaran Islam.


Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

Komunitas Karya Budaya

-

-

0

Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

Maestro Karya Budaya

H. Bahtiar

Desa Sebadi Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Sambas

0

Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001
   Disetujui Oleh WBTB Pada Tanggal 30-11--0001

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047