Makyong

Tahun
2013
Nomor Registrasi
201300014
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Kepulauan Riau
Responsive image

Di daerah Kepulauan Riau, tradisi lisan Mak Yong telah dipertunjukkan sejak beberapa abad yang lalu dan menyebar sampai ke Bangka, Johor, Malaka, dan Pulau Pinang. Di Kepulauan Riau, Tradisi lisan ini berkembang pesat pada masa pemerintahan Kesultanan Riau (1722-1911). Seni pertunjukan teater Makyong dimainkan dengan tarian, nyanyian, dan lawakan yang terjalin dalam suatu alur cerita. Pemainnya 20 orang, yang pria bertopeng sedangkan yang wanita mengenakan kostum gemerlap. Makyong merupakan seni drama yang dapat digolongkan ke dalam bentuk drama tari yang mengandung unsur-unsur ritual. Makyong sangat digemari oleh masyarakat Riau, terutama di wilayah Kepulauan Riau, hiburan rakyat di pedesaan.

Ada anggapan bahwa mulanya yang mempertunjukan Makyong adalah Dewa Hindu Jawa yang bernama Semar dan puteranya Turas. Ada yang menyatakan asal mula Makyong berasal dari "Mak Hyang", yaitu Dewi Sri, Dewi yang dikenal oleh orang Jawa. Tetapi ternyata lebih banyak pengaruh Siam dari pada pengaruh Jawa. Selain itu ada juga yang menyatakan asal usulnya bermula dari tontonan orang phatani (Thailand), Klantan , Trenggano, Pulau Pinang dan Kedah. Bentuk kesenian ini masuk ke daerah Kepulauan Riau pada masa kekuasaan Sultan Sulaiman pada abad XVIII Masehi.

Dalam pertunjukan Makyong, pada umumnya ditampilkan cerita-cerita warisan yang diperoleh dari para tukang cerita secara lisan. Dialog antar pemain dilakukan secara improvisasi dan umumnya dialog ini berkembang sesuai kekuatan imajinatif pemain tanpa ada patokan. Diantara cerita Makyong yang dipentaskan adalah "Tuan Putri Ratna Emas, Gunung lntan, Putri Makyang Emas, Ti mun Muda dan lain-lain.

Cerita Makyong selalu berkisar tentang kehidupan kerajaan seperti cerita raja-raja, permaisuri, tuan putri, putri mahkota yang ditimpa musibah dan berakhir dengan kemenangan dengan melalui perjuangan. Kemenangan diperoleh dengan bantuan dewa-dewi dari kahyangan atau tokoh sakti yang berada di jalan yang benar.

Peralatan yang diperlukan dalam pertunjukan adalah rotan, parang, keris, kapak, panah, tongkat kayu (untuk dijadikan sakti), cangai (kuku palsu yang panjang) sekali di buat dari bahan yang berkilat seperti emas dan lain-lain. Sedangkan alat-alat musik yang diperlukan adalah nafiri, gong, gedombak, gendang, mong dan breng-breng. Bertabik, selendang awang, kain kekek, timang-timang anak, dan saridam. Dan tari yang dibawakan menjunjung sambah, gembak, memanggil awang, tanduk dan lain-lain.

Penampilan tari dan lagu yang diiringi oleh alat-alat musik disesuaikan dengan cerita yang dilakonkan. Para pemeran Makyong terdiri atas Pakyong (memerankan raja) Pak Yong Muda (memerankan pangeran), Putri Makyong (memerankan putri raja), Awang Pengasuh (pelayan raja), inang (pelayan wanita). Orang tua, dewa, jin dan raksasa, pembatak (penjahat). Kadang-kadang setiap orang memegang peran lebih dari satu (rangkap).

Dalam penampilan, para pemain (terutama laki-laki) memakai topeng. Macam-macam topeng yang dipergunakan antara lain: topeng nenek betara guru, topeng awang pengasuh, topeng wak dukun, topeng raja jin dan topeng pembatak. Sementara pakaian dalam seni pertunjukan Makyong tidak terlalu mengikat, yang penting hendaklah dibedakan dengan jelas antara pakaian raja-raja dan keluarganya dengan orang kebanyakan.

Pertunjukan Makyong biasanya tidak selesai dalam satu malam. Sebuah cerita dapat berlanjutnya berhari-hari bahkan sampai 15 dan 44 malam. Namun pada masa sekarang sebuah cerita Makyong berlangsung 1-3 jam di tempat terbuka dalam posisi tapak kud yang berukuran 88 m. Sebelum Makyong ditampilkan, terlebih dahulu harus diadakan upacara semah atau buka tanah yang dipimpin oleh seorang Syekh atau alim ulama. Upacara ini bertujuan untuk permintaan maaf kepada jin dan penonton. Sekarang ini Makyong jarang ditampilkan sehingga terancam hilang dan punah.


Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013

Komunitas Karya Budaya

Sukubangsa Melayu

Kepulauan Riau

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013

Maestro Karya Budaya

Rohaya

Kepulauan Riau

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047