Wahyu Kliyu

Tahun
2020
Nomor Registrasi
202001125
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Jawa Tengah
Responsive image

Kata wahyu Kliyu berasal dari bahasa Arab ya hayyu ya qayyumu yang mempunyai makna mohon kekuatan,mohon kehidupan kepada Sang pencipta,dengan media sodakoh apem.Cerita Wahyu Kliyu terjadi di Dusun Kendal Desa Jatipuro kecamatan Jatipuro Kabupaten Karangnyar, 25 km arah tenggara dari kota Karanganyar, di lereng gunung Lawu sebelah barat daya.

Sejak jaman dahulu masyarakat Kendal tiap tahun sehabis panen mengandakan “kondangan” (kenduri) apem, apem adalah sejenis kue yang terbuat dari bahan tepung beras, gula dan santan. Kata apem juga berasal dari bahasa arab yang berarti mohon maaf/mohon ampunan kepada Tuhan Yang Maha Agung.

Pada kurang lebih tahun 1844, dimasa penjajahan kolonial belanda, karena kemarau panjang yang terjadi “paceklik” (bahan makan sulit) yang pada saat itu ki Rengga Wijayasebagai lurah Dukuh,sekarang Kepala Dusun, tidak melaksanakan kondangan apem. Satu hari dua hari dusun Kendal tidak terjadi apa-apa,namun setelah menginjak hari yang ketujuh mendadak warga Kendal terserang wabah penyakit yang sangat mengerikan, karena banyak orang yang terserang penyakit dan meninggal dunia, bahkan warga melaporkan kepada ki Rengga Wijaya banyak warga yang “esuk lara sore mati,dore lara esuk mati” 9pagi sakit,sore meninggal,sore sakit pagi meninggal) orang menyebut Kendal kena “pagebluk”.

Adanya pagebluk tersebut membuat suasana Kendal mencekam ditambah selalu terdengar jerit tangis keluarga yang meninggal, menyikapi hal yang demikian ini, pada suatu malam ki Rengga Wijaya mengundang warganya untuk sarasehan dan doa bersama di rumahnya. Selesai doa da sarasehan masyarakat pada pulang, namun ada yang tidur disitu, ki Rengga Wijaya sendiri tidur dihalaman rumah beralaskan tikar ditemani beberapa penduduk. Waktu tengah malam menjelang pagi ki Rengga teriak-teriak mimpi ada “lindhu ageng” (gempa dahsyat) dan bumi Kendal terbelah menjadi dua, bersamaan denganitu terdengar suara kenthongan dan jeritan manusia yang berteriak ada lindhu,ada lindhu,ada lindhu besar.Ki Rengga Wijaya dibangunkan oleh orang-orang yang tidur bersamanya, dan menyadarkan ki Rengga Wijaya bahwa itu bukan mimpi tapi betul –betul ada gempa bumi.

Menjelang pagi setelah semua bangun ki Rengga termenung capai bingung lusuh langlai, dia lalu bertanya kepada orang-orang disekelilingnya, jadi kami tidak hanya mimpi, ,malam itu betul-betul terjadi gempa bumi ada lindhu yang besar dan dahsyat ini akan ada apa lagi di kampung ini. Belum selesai ki Rengga berbicara ada beberapa warga yang masuk ke halaman dan melaporkan kepada ki Rengga bahwa di tengah Dusun ada “tela” (retakan tanah) yang lebar dan dalam yang sangat menakutkan orang yang melihatnya.

Mendengar laporan tersebut, ki Renggga bertambah galau, akhirnya ki Rengga mengajak warganya melihat dan memeriksa tanah yang retak tadi. Pagi yang kelam itu hamoir semia warga mendatangi tela tersebut. Setelah diamati dan mengetahui bahwa tanah yang terbelah memang cukup dalam, sehingga ki Rengga memerintahkan kepada warga untuk mencari bamboo guna mengukur kedalaman tela tersebut, tanpa dikomando dua kali, orang-orang terus mencari bambu, setelah bambu dimasukan ternyata belum bisa mencapai dasar tela, beberapa bambu yang paling panjang dimasukan tapi sama tidak sampai mentok di dasar tanah.Akhirnya ki Rengga memerintahkan mencari bambu bambu yang ujungnya tidak dipotong. Selang beberapa saat setelah bambu-bambu tersebut dimasukan kedalam tela, dan mengangkat bambu tersebut, seseorang berteriak karena menemukan uang logam satu gobang yang berada di pucuk bambu berikut ranting dan daun tersebut. Selanjutnya warga berebut untuk melihat uang tersebut, akhirnya uangdiserahkan ki Rengga dan bersama warga uang dibawa pulang bersamaan dengan warga pulang kerumah masing-masing.

Ki Rengga Wujaya sampai dirumah merenung dan mengamati uang tersebut sambal membersihkan debu-debu yang menempel untuk mengetahui ada tulisan apa dalam mata uang tersebut, samar-samar kelihatan tulisan angka yang menyerupai angka 344, namun tidak begitu jelas karena sudah kene tanah. Malam harinya ki Rengga mengadakan sarasehan lagi dengan membahas adanya lindhu dan penemuan uang tersebut.  Dalam sarasehan karena semua orang bingung tidak mengetahui virasat apa, akhirnya ki Rengga memerintahkan warga untuk membawa uang tersebut ke Negari, maksudnya ke Solo, dahulu orang ke Solo menyebutnya ke Negari, kala itu orang bingung ke solo kemana, kaluau ke keraton tidak berani dan belum tahu jalannya, tiba-tiba ada yang usul bahwa di Kendal ada yang namanya Nyai Menang yang pernah dipanggil ke keratin Surakarta. Akhirnya bersama Nyai Randha Menang Sowan kekeraton Solo untuk melaporkan kejadian didusun Kendal dengan membawa uang tersebut.

RANDHA MENANG adalah sebuah cerita rakyatkaitannya dengan ki Jagayuda orang menyebut “mbah jaga uda” ceritanya kala itu ada kabar bahwa Jatipuro akan dibumihanguskan oleh Belanda, sehingga pihak keraton mengirimkan prajurit teliksandi kedaerah Jatipuro dan sekitarnya, namun ditengah jalan bertemu denga tentara belanda terjadi kontak senjata, dan karena kalah strategi dan persenjataan prajurit tersebut terdesak dan lari, sampai pasar Jatipuro, ditengah pasar ada pohon bulu yang sangat besar tiba-tiba pasar Jatipuro juga di bom, serdadu teliksandi tersebut tahu bahwa ada bom langsung ditembak dan meledak diangkasa tepat diatas pohon bulu, sehingga tidak menimbulkan korban, orang mengatakan “pasar jatipuro di bom ora muni mejen marga ditampek mbah jagauda” (pasar jatipuro di bom tidak meledak karena disingkirkan ki jagauda). Setelah beberapa waktu mengelana, serdadu tersebut istirahat dirumah  seorang janda didusun Kendal dan dijamu jenang katul. Karena lapar serdadu tersebut langsung melahap jenang katul tersebut namun disemburkan kembali karena masih panas dan berhenti tidak makan. Mengetahui hal tersebut mbok randha tanya kena apa kok tidak jadi makan, maaf makanan yang ada hanya itu pasti tidak enak. Serdadu menjawab, bukannya tidak enak mbok, tapi panas, simbok menjawab, mohon maaf ndara memang jenang katul enaknya dimakan selagi masih  panas, tapi makannya dari pinggir, ndara tadi disendok yang tengah pasti saja panas. Coba ndara dimakan dari pinggir sedikit demi sedikit nanti lama-lama habis. Karena masih lapar serdadu tersebut kembali makan jenang katul sesuai ajaran mbok Randha dan ternyata bisa habis dan tidak kepanasan.

Selesai makan, serdadu tiduran di lincak sambil berfikir kalau nanti melanjutkan peperanganbagaimana caranya, kalau perang seperti makan jenang katul bagaimana, yaitu kembali kemedan perang dengan cara menyerang dari pinggir kemudian baru ketengah.Nah setelah itu serdadu tersebut kembali ke medan laga dengan menggunakan strategi jenang katul, dan ternyata membuahkan hasil menang dalm peperangan tersebut. Selang beberapa bulan setelah itu ada utusan dari keraton Solo untuk mencari mbok randha tersebut di ajak ke keraton Solo, sampai di Solo mbok randha diberi hadiah dan di beri sebutan NYAI RANDHA MENANG. Demikian sedikit cerita Nyai Randha Menang, yang makamnya berada di selatan Dusun Kendal sampai sekarang ada orang berziarah kesana untuk mendapatkan kemenangan.

Mendengar laporan teersebut ki Rengga Wijaya segera menyuruh beberapa orang kepercayaannya untuk menghadap ke keraton Solo bersama Nyai Randha Menang. Sesampainya di keraton Solo,utusan tersebut diterima oleh penjaga pintu gapura dan dilanjutkan diterima oleh pengageng Keraton, setelah dilaporkan segala kejadian dan keberadaan uang tersebut dari keratom memberi nasehat sebagai berikut :

1.        Laksanakan dzikir ditengah malam sebanyak 344 kali dengan ucapan Ya hayyu ya qoyumuu, didahulukan ucapan basmallah.

2.        Agar tidak salah menghitungnya buatlah sodokan apem sebanyak 344 buah setiap kepala keluarga, meskipun besarnya hanya sebesar uang gobang.

3.        Lemparkan apem tersebut satu persatu dengan dzikir pada setiap purnama di bulan Sura, dihamparan daun pisang. Selesai lemparan dan dzikir , tutup dengan daun pisang dan doakan demi keselamatan dan kesejahteraan warga Kendal.  Selanjutnya bagikan apem tersebut kepada semua yang hadir, bila masih ada sisa dibagi rata semua warga, insyaallah Dusun Kendal akan jauh dari malapetaka, hidup rukun gotog-royong aman damai. Makmur gemah ripah loh jinawi.

Sekembalinya utusan dari keraton Solo, segera melaporkan kepada ki Rengga Wijaya. Ki lurah terus mengadakan pertemuan dan memutuskan untuk mengajak warga melaksanakan anjuran tersebut, namun kala itu masih sedikit orang yang menguasai bahasa arab maka kata yahayyu ya qayuumu berubah ucapan menjadi wahyu kliyu. Alhamdulillah setelah itu masyarakat kembali tenang sehat, aman dan damai.


Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 02-12-2020

Komunitas Karya Budaya

Warga Desa Kendal, Desa Jatipuro Karanganyar

Desa Kendal, Desa Jatipuro, kecamatan Jatipuro Karanganyar

081393334023

disdikbud@karanganyarkab.go.id

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 02-12-2020

Maestro Karya Budaya

Rakino

Dusun Kendal, Desa Jatipuro,Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar

081393334023

disdikbud@karanganyarkab.go.id

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 02-12-2020
   Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 02-12-2020

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047