Gubrak lesung awalnya merupakan alat tradisional yang digunakan untuk prosesi penumbuk padi yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan sebelum ada alat modern (rece mil) atau selipan gabah, disamping sebagai alat penumbuk padi bisa juga dimanfaatkan sebagai alat kesenian yang disebut gobrak lesung atau kothekan lesung. Sumber bunyi yang dihasilkan adalah dari masing-masing bagian lesung diantaranya: bunyi ”dung” bagian tengah lesung ”thek” bagian pinggir lesung dan ”prek” perpaduan alu dengan alu (alu alat penumbuk padi) lagu-lagu yang sering disajikan adalah Asu dengklang, kebo bigar, sikil kejempit dan lain-lain.
Kayu yang sering dipakai untuk lesung biasanya kayu angsana , sebab kalau sudah kering dipakai lebih awet, enteng dan suaranya terdengan lebih bagus atau nyaring.
Fungsi:
Biasanya dilakukan pada orang-orang yang kaya, mereka sambil menumbuk padi untuk memberi makan para pekerja atau kuli di sawahnya. Cara menumbuk padi tersebut dengan membuat irama sebagai rasa syukur pada Tuhan bahwa sawah yang ditanami sebentar lagi akan panen. Serta sebagai hiburan untuk mengusir lelah selama mengerjakan sawah.
Gubrak lesung dilaksanakan oleh 5 sampai 6 orang atau bisa juga lebih. Terdapat kerjasama dan kegotongroyongan serta kerukunan warga. Selain itu gubrak lesung mewujudkan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa yang telah memberikan berkah panen yang telah lama dinantikan.
Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 02-12-2020
1576658985-tetap-Gubrag_Lesung.mp4 | 685.33 MB | download |
© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya