Pesta Lomban

Tahun
2020
Nomor Registrasi
202001135
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Jawa Tengah
Responsive image

SELAYANG PANDANG PESTA LOMBAN

 

  1. LATAR BELAKANG

 

            Jepara adalah sebuah kota tua di Pulau jawa yang pada masa keemasannya dahulu merupakan sebuah pelabuhan niaga yang terbesar karena berada pada sebuah teluk yang aman dan merupakan titik paling ujung untuk memasuki Pulau Jawa. Kondisi tersebut memungkinkan Jepara disinggahi oleh saudagar saudagar dari negeri lain yang ingin membeli rempah rempah dari pulau Jawa dan menawarkan dagangan mereka.  Hal ini menyebabkan terjadinya akulturasi budaya pesisir Jawa kuno dengan kebudayaan asing yang dibawa oleh para saudagar tersebut yang memperkaya khasanah seni dan budaya masyarakat Jepara. 

            Pesta Lomban merupakan acara puncak dari pekan syawalan yang diselenggarakan pada tanggal 8 syawal atau 1 minggu setelah hari raya Idul fitri. Event inilah yang dinanti oleh masyarakat kota Jepara. Pesta Lomban sering juga disebut dengan Bodo Kupat karena seluruh masyarakat Jepara mulai dari desa hingga perkotaan merayakannya dengan menikmati hidangan kupat lepet dan disertai dengan opor serta sambel goreng.

Ketupat adalah bentuk tradisional yang tidak asing lagi bagi masyarakat khususnya masyarakat Jawa Tengah. Kupat ini terbuat dari beras yang dibungkus daun kelapa muda (janur), rasanya seperti nasi biasa. Sedangkan lepet hampir seperti kupat tetapi terbuat dari ketan disertai parutan kelapa dan di beri garam. Lepet ini rasanya lebih gurih dan dimakan tanpa lauk. Bentuknya bulat panjang 10 cm. Kupat dan lepet dipercaya sebagai tolak balak sehingga kadang kadang hewan hewan peliharaan seperti kerbau dan sapi diberi kalungan kupat lepet agar terhindar dari mara bahaya segala macam penyakit.

Bukan hanya binatang peliharaan tetapi juga rumah, kendaraan, tempat bekerja juga diberi kalungan kupat lepet agar terhindar dari mara bahaya dan selamat, serta sebagai pertanda kebesaran bodo kupat. Selain hidangan khas bakda kupat dengan kupat lepetnya, masyarakat Jepara masih menyediakan aneka macam makanan kecil dan memakai baju baru untuk berpesta di acara pesta lomban di Pantai Kartini. 

Lomban dapat juga diartikan  “Lomba-lomba” yang berarti masyarakat nelayan pada masa itu bersenang-senang melaksanakan lomba-lomba laut. Adapula sebagian mengatakan bahwa kata-kata lomban berasal dari kata “Lelumban” atau bersenang-senang. Semuanya mempunyai makna yang sama yaitu merayakan hari raya dengan bersenang-senang setelah berpuasa Ramadhan sebulan penuh.

 

  1. PESTA LOMBAN DAHULU

Pesta lomban itu sendiri telah berlangsung lebih dari 1 (satu) abad yang lampau. Berita ini bersumber dari tulisan tentang lomban yang dimuat dalam Kalawarti/Majalah berbahasa Melayu bernama “Slompret Melayu” yang terbit di Semarang pada paruh kedua abad XIX edisi tanggal 12 dan 17 Agustus 1893 yang menceritakan keadaan lomban pada waktu itu, dan ternyata tidak berbeda dengan apa yang dilaksanakan masyarakat sekarang. Diceritakan dalam pemberitaan tersebut, bahwa pusat keramaian pada waktu

itu berlangsung di teluk Jepara dan berakhir di Pulau Kelor.

Pulau Kelor sekarang adalah komplek Pantai Kartini atau taman rekreasi Pantai Kartini yang kala itu masih terpisah dengan daratan di Jepara. Kemudian karena pendangkalan, maka lama kelamaan antara Pulau Kelor dan daratan Jepara bergandeng menjadi satu. Pulau Kelor (sekarang Pantai Kartini) dahulu pernah menjadi kediaman seorang Melayu bernama Encik Lanang, pulau ini dipinjamkan oleh Pemerintah Hindia Belnda kepada Encik Lanang atas jasanya dalam membantu Hindia Belanda dalam perang di Bali.

Pesta Lomban kala itu menjadi  saat-saat yang menggembirakan bagi nelayan di Jepara. Pesta ini dimulai pada pagi hari saat matahari terbit,  para peserta Lomban telah bangun dan menuju perahunya masing-masing untuk mempersiapkan “Amunisi” guna dipergunakan dalam “Perang Teluk Jepara” baik amunisi logistik berupa minuman dan makanan maupun amunisi perang berupa ketupat, lepet dan kolang kaling. Biasanya petasan dinyalakan untuk membuat suasana lebih semarak. Bunyi petasan yang memekakkan telinga dan peluncuran “Peluru” kupat dan lepet dari satu perahu ke perahu yang lain.

Beberapa perahu nelayan dihias dengan berbagai cara dan awak kapal pun siaga beramai ramai untuk unjuk kekuatan berlomba m,engarungi samudera dengan berbagai rintangan. Keberangkatannya menuju  “Perang Teluk” berlangsung dimeriahkan dengan gamelan Kebogiro.  Suasana perang yang semakin gencar itu berahir setelah dilerai oleh penguasa pengusaha Jepara kala itu (sekarang Bupati Jepara) dan ahirnya semua pasukan perang diajak bersama sama mendarat ke Pulau Kelor untuk makan.

Disamping itu Pulau Kelor juga ramai oleh para penonton dan pedagang yang juga menjajakan dagangannya. Ada juga atraksi membuat ketupat tanpa harus mengambil janur dari pelepahnya jadi saat itu para peserta atraksi memperlihatkan pembuatan ketupat dengan janur yang masih menempel pada batangnya.  Selain pesta pesta tersebut para peserta pesta lomban tidal lupa berziarah ke makam orang orang melayu yang ada di Pulau Kelor. Pesta lomban berahir sebelum matahari tenggelam.

 

C.           PESTA LOMBAN SEKARANG

Pesta Lomban masa kini telah dilaksanakan oleh warga masyarakat nelayan Jepara bahkan dalam perkembangannya sudah menjadi milik warga masyarakat Jepara. Hal ini nampak partisipasinya yang begitu besar dalam  menyambut Pesta Lomban. Dua atau tiga hari sebelum Pesta Lomban berlangsung pasar-pasar di kota Jepara nampak ramai seperti ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri. Ibu-ibu rumah tangga sibuk mempersiapkan hidangan ketupat lepet. 

Pada saat pesta Lomban berlansung semua pasar di Jepara tutup tidak ada pedagang yang berjualan semuanya berbondong-bondong ke Pantai Kartini. Pesta Lomban berlangsung sejak jam 06.00 pagi dimulai dengan upacara Pelepasan Sesaji dari TPI Jobokuto. Tradisi pelarungan kepala kerbau ini dimulai sejak Haji Sidik yang kala itu menjabat Kepala Desa Ujungbatu sekitar tahun 1920. Upacara pemberangkatan sesaji kepala kerbau yang dipimpin oleh Bapak Bupati Jepara, sebelum diangkut ke perahu sesaji diberi do’a oleh pemuka agama dan kemudian diangkat oleh para nelayan ke perahu pengangkut diiringi Bupati Jepara bersama dengan rombongan. 

Sementara sesaji dilarung ke tengah lautan, para peserta pesta lomban menuju ke “Teluk Jepara” untuk bersiap melakukan Perang Laut dengan amunisi beragam macam ketupat dan lepet tersebut. Kemudian kepala kerbau ini diperebutkan oleh nelayan nelayan yang telah menanti di tengah lautan karena adanya mitos yang mengatakan bahwa nelayan yang berhasil mendapatkan sesaji kepala kerbau yang dilarung akan mendapatkan rejeki yang berlimpah ruah. 

“Perang Teluk” usai setelah Bupati Jepara beserta rombongan seusai melarung sesaji kepala kerbau merapat ke Pantai Kartini dan mendarat di dermaga guna beistirahat dan makan bekal yang telah dibawa dari rumah. Di sini para peserta pesta lomban dihibur dengan tarian tradisional. Puncak keramaian sendiri berlangsung di Pantai Kartini yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan  Taman Rekreasi Pantai Kartini, yang mampu menyedot pengunjung lebih dari 40.000 orang wisatawan. Di Pantai ini terdapat sebuah wahana wisata air yang sangat terkenal yaitu Kura Kura Ocean Park yang telah diresmikan pada tanggal 22 februari 2011 lalu. KOP berisi aquarium raksasa air tawar maupun air asin (laut) dengan berbagai biota bawah laut yang eksotis, membuat kita seakan akan berada di bawah laut. Berbagai wahana pendidikan ada di KOP seperti edugames, dan pengetahuan tentang biota laut serta air tawar.

 

Dengan ragam dan budaya atraksi rakyat nelayan inilah masyarakat Jepara menyempatkan untuk datang dan melihat dari dekat keberadaan pesta Lomban yang berada di Kota Jepara.  Bahkan acara ini sudah terkenal hingga keluar kota Jepara.  Lomban membuat lalu lintas di sepanjang jalan Kota Jepara dan jalur menuju ke obyek wisata Pantai Kartini, Pantai Tirta Samudera Bandengan dan Benteng Portugis padat dengan lalu lintas para pengunjung.  Selain ingin melihat Lomban, para pengunjung juga menyempatkan diri melihat kerajinan ukir Jepara. 

 

D.           PROSES PESTA LOMBAN 2019

 

Pesta Lomban 2019 terlaksana berkat adanya kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara dalam hal ini Dinas Pariwisata dan kebudayaan sebagai leading sektornya dengan Dinas dan Instansi terkait, dukungan seluruh unsur  masyarakat,  serta pihak pihak lainnya. Tujuan diadakannya Pesta Lomban ini adalah sebagai bentuk nyata peran Pemerintah kabupaten Jepara dalam melestarikan Budaya Lokal  Jepara sebagai salah satu  bentuk kearifan lokal Jepara.

Pesta Lomban juga merupakan salah satu event untuk mempromosikan potensi  wisata Kabupaten Jepara  khususnya  wisata budaya yang dimiliki Kabupaten  Jepara karena sekarang ini trend masyarakat wisata minat khusus termasuk wisata budaya sedang meningkat pesat. Pesta Lomban lahir sebagai rasa syukur masyarakat  Nelayan Jepara akan hasil laut yang melimpah pada tahun ini, dan seraya berharap tangkapan setahun kedepan akan sama melimpahnya dengan tahun ini. Pesta Lomban menjadi sebuah wahana hiburan bagi Masyarakat Jepara serta menjadi titik tolak untuk terus karya tataning bumi, kembali berkarya dan bekerja membangu diri dan lingkungan.

Masyarakat Jepara menganggap Pesta Lomban menjadi sebuah upacara ritual tahunan yang sakral karena perwujudan rasa syukur kepada Tuhan YME yang mampu memberikan kekuatan spiritual yang kuat bagi para nelayan untuk kembali melaut mencari nafkah dan bagi para nelayan, ritual ini merupakan ritual penolak balak di lautan, sehingga mereka merasa nyaman dalam bekerja.

 

 

 

 

 

 

 

PELAKSANAAN PESTA LOMBAN TAHUN 2019

 

1.      Arak-arakan kerbau yang akan dilarung dalam pesta lomban dari TPI Ujungbatu menuju Rumah Pemotongan hewan Jobokuto Pada Tanggal 11 Juni 2019 Pukul 06.00 Wib.

2.      Ziarah ke Makam Cik lanang di Pantai Kartini yang diyakini sebagai cikal bakal penduduk Pantai Kartini, pada Tanggal 11 Juni 2019 pukul 15.00.

3.      Ziarah ke Makam Mbah Ronggo di Desa Ujung Batu pada Tanggal 11 Juni 2019  pukul 17.00.

4.      Pagelaran Wayang Kulit semalam suntuk  Dalang Ki Purwanto dari Desa Bandengan Jepara dengan lakon “Kyai Semar Mbangun Kayangan” dan selamatan nelayan yang dilaksanakan di TPI Ujungbatu hari Minggu Malam,  Tanggal 11 Juni 2019 pukul 20.00 WIB sampai dengan pukul 05.00 WIB pagi harinya dengan dihadiri oleh Bapak Bupati Jepara, Forkopinda dan tamu undangan lainnya.

5.      Pesta lomban dilaksanakan pada Tanggal 12 Juni 2019 rombongan Forkopinda Transit di Pendopo pukul 06.00 WIB menggunakan Seragam PDH. Kedatangan bapak Bupati Jepara beserta rombongan disambut dengan penampilan tarian tradisional Sernemi dari Masyarakat Nelayan Jepara sebelum Prosesi Lomban Selamatan dan Pelarungan Kepala Kerbau yang menggambarkan ungkapan syukur dan ucapan selamat datang kepada para rombongan dan tamu undangan. 

6.      Ibu-ibu Forkopinda mengikuti prosesi Pelarungan Sesaji menggunakan kapal Express Bahari di Dermaga Pantai Kartini Jepara.

 


Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 02-12-2020

Komunitas Karya Budaya

Bapak Suwarno

Ujungbatu Rt.10 Rw. 03 Kecamatan Jepara kota

085200462842

feeone31@gmail.com

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 02-12-2020

Maestro Karya Budaya

Bapak Suwarno

Ujungbatu Rt.10 Rw. 03 Kecamatan Jepara kota

085200462842

feeone31@gmail.com

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 02-12-2020
   Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 02-12-2020

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047