Lukisan Kaca Desa Nagasepaha

Tahun
2020
Nomor Registrasi
202001182
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Bali
Responsive image

 

1.    Sejarah keberadaan Lukisan Wayang Kaca Desa Nagasepaha

 

Melukis wayang pada kaca masih ditekuni sejumlah seniman di Desa Nagasepaha, Kecamatan Buleleng. Lukisan yang cukup rumit ini diyakini sudah muncul sejak 1927 silam, saat zaman penjajahan. Desa Nagasepaha berada tak jauh dari pusat Kota Singaraja. Alamnya masih asri. Hamparan sawah masih terbentang luas. Suasana perdesaan terlihat sangat kental.

 

Masyarakatnya tak sepenuhnya bergelut pada sektor agraris. Beberapa juga ada yang masih menekuni profesi sebagai pelukis wayang pada kaca. Selain dijadikan upaya mengais rezeki, keterampilan ini juga sebagai cara untuk memuaskan hasrat seni yang dimiliki. Warga yang menjadi pelukis rumit ini mencapai puluhan. Sebagian besar sudah berusia tua. Di tengah perkembangan zaman, regenerasinya masih berlangsung. Lukisan ini muncul pertama kali pada 1927, dibuat oleh seorang pemahat wayang kulit, Jero Dalang Diah. Itu bermula dari adanya seorang kaya raya membawa lukisan kaca dari Jepang yang berobjek wanita Jepang. Saat itu, Dalang Diah ditawari untuk membuatkan lukisan serupa yang berobjek wayang. “Dalang Diah menerima tantangan itu. Tapi dengan catatan lukisan dari Jepang itu harus dikorbankan. Catnya langsung dikikis untuk mengetahui teknik pembuatannya. Ternyata ia berhasil membuat lukisan,” ujarnya .

 

Sejak itu, kemahiran melukisnya menular pada keluarganya maupun warga yang ada di sekitar tempat tinggalnya dan sampai sekarang masih bertahan. “Lukisan ini sudah menjadi ciri khas Buleleng, tidak lagi hanya Nagasepaha.

 

2.    Corak Khas Lukisan Wayang Kaca Nagasepaha

    Corak Seni Lukis Kaca yang dikembangkan oleh Jero Dalang mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman.Pada tahun 1950-an Jero Dalang Diah mendapat pesanan lukis kaca dengan setting pemandangan alam dari seseorang pecinta lukis kaca Nagasepaha. Sang pemesan menunjukkan lukisan pemandangan alam gaya Jelekong (Jawa Barat) atau Sukaraja (Jawa Tengah). Dengan rasa penasaran akhirnya Jero Dalang Diah menyanggupi permintaan itu. Dari hasil eksperimennya lahirlah lukis kaca pertama dengan setting (latar depan dan latar belakang) pemandangan alam yang naturalistik. Pada dasarnya bentuk figur pewayangan Nagasepaha secara proporsi lebih pendek dibandingkan dengan figur wayang dari Bali selatan, sehingga nampak lebih gemuk. Cerita yang diangakat sama yaitu Mahabrata dan Ramayana, namun dalam perkembangannya generasi penerus di Nagasepaha mulai mengembangkan cerita kehidupan masyarakat, namun teknik maupun gaya dekoratifnya tetap dijaga. Seni lukis kaca (glass painting) Nagasepaha kendatipun usianya relative masih muda, tetapi masih memiliki bahasa ungkapannya yang khas. Sebuah dialek regional yang langsung menunjukkan ciri bahasa visual yang mudah dibedakan dengan bahasa visual dari daerah lain. Menariknya bahasa visual yang melahirkan dialek visual Nagasepaha itu kendatipun telah menjadi bahasa komunal, bisa juga melahirkan kapasitas personal senimannya.

 


Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020

Komunitas Karya Budaya

Ketut Santosa

Dusun Delod Margi, Desa Nagasepaha, Kecamatan Buleleng

087760152808

-

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020

Maestro Karya Budaya

Alm. Jro Dalang Diah

Dusun Delod Margi, Desa Nagasepaha, Kecamatan Buleleng

0

-

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020
   Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047