“IMBUNG-IMBUNG BATU BACAN”
Batu Bacan merupakan batu mulia asal Bacan yang berlokasi di desa doko palamea, Desa Bisori dan Imbu-imbu, Kecamatan Kasiruta Barat , Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.
Batu Bacan terdiri dari berbagai warna khas, yakni Hijau daun bening, biru laut muda, merah hati, hitam silver, hijau daun tua bening , merah bening, kuning bening,putih bening dan masih banyak perpaduan warna lainnya.Beberapa Peneliti geologi pertambanga asal bandung menyimpulkan dalam struktur batu bacan terdapat susunan mineral yang saling melengkapi hingga mencapai titik pengkristalan dalam kategori batu mulia. Ada dua jenis pengelompokan pada susunan mineral yang telah di teliti dan dapat di ketahui dalam serat materil batu bacan yakni Chalcedoni dan Chryscolla.
Ada pula jenis batu akik yang di temukan pada lokasi di wilayah lain dan membonceng ketenaran nama batu Bacan, akan tetapi peneliiti menyimpulkan pada bebatuan akik itu tidak memiliki susunan dua jenis mineral yang saling menyempunakan.Batu bacan bening berwarna unik asal desa Doko dan Palamea adalah dua jenis batu yang paling di cari dan menjadi incaran para penggemarnya baik pembeli dari tingkat local, nasional maupun manca nagara. Para peminat batu mulia berwarna khas ini bahkan tak tanggung –tanggung merogoh kocek bernilai milyaran rupiah untuk mendapatkan bongkahan batu sesuai warna yg di gemarinya. Di antara mereka ada yang menjadikan batu mulia ini sebagai koleksi, akan tetapi tak sedikit pula yang membaginya dalam bentuk bagian kecil, kemudian diasah untuk di jadikan liontin mata kalung, cincin, gelang dan tasbih bernilai jutaan rupiah. Pihak pemerintah setempat juga sering mempersembahkan batu mulia ini kepada tamu-tamu kehormatannya sebagai symbol persahabatan dalam bentuk cendra mata. Pada tahun 2012 Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono sempat mempersembahkan cenrdra mata kehormatan berupa cincing emas bermata batu Bacan hijau bening kepada President Amerika Barack Obama dan putri Kerajaan Inggris.
Pemberian cendra mata kehormatan dari Presiden SBY kepada Presiden Barak Obama dan putri kerajaan Inggris di atas telah memicu melonjaknya harga batu bacan di pasaran dan membuat batu mulia itu semakin tenar di mata masyrakat Internasional.
ASPEK KESEJARAHAN
Batu Bacan memiliki nama asli ”Imbung-Imbung” dan imbung- Imbung adalah kalimat yang berasal dari bahasa Bacan tua yang dapat di artikan sebagai sesuatu yang bening, kemilau, seperti embun di terpa sinar.
Batu mulia ini telah di kenal masyarakat local Tempoe doloe sejak zaman kesultanan Bacan masih bertempat di Kasiruta, bahkan pada masa itu masyarakat telah mengenal asahan batu mulia itu dengan sebegitu sempurna. Hal di atas dapat di buktikan dengan berbagai penemuan hasil asahan yang beragam serta pernak Pernik yang menghiasi mahkota Sultan Bacan bernama cilo-cilo. Pada masa kesultanan tempoe doloe, Batu bacan terpilih telah di asah menjadi berbagai hiasan pada Cron (mahkota Putri) tusuk sanggul, bros, lencana para pemangku adat, kepala tongkat para kepala suku, cincin para putri pembesar keraton. Pengasahan batu Bacan mula – mula di asah oleh sekelompok pandai trampil yang masuk di kerajaan kasiruta di perkirakan pertengahan abad 14 masehi. Mereka adalah sekelompok pandai kayu yang berasal dari samudra pasai yang mula –mula datang ke kasiruta seiring terbukanya perdagangan rempah kemiri, cengkeh, damar mata kucing, dan rotan kuning. Beberapa di antaranya kemudian mulai mengasah batu bacan mulia menggunakan (gurindang) hingga membentuk mode yang di inginkan lalu di asah perhalus dengan tahapan kulit bambu yang kasar hingga kulit bambu yang halus. Batu bacan yang telah berbentuk lebih di perhalus, dengan asahan daun ruki dan bekas daun ruki yang telah di pakai itu di bakar sedang debu pembakaran di jadikan bahan pembening batu bacan mulia . Gurindang adalah batu alam memiliki permukaan kasar yang di pahat bundar kemudian di lobangi persegi empat pada bagian tengahnya lalu di pasangkan sleng kayu keras pada lubang itu.Pangkul kayu gurindang di lebihkan kiri-kanan dengan ukuran berimbang yang di pasangkan menembus lubang kuda-kuda lalu pada gagang gurindang di lingkaran tali ijuk pada. Adapun pada gagang gurindang sebelah menyebelah di Tarik naik turun berlawanan arah hingga menimbulakan putaran gurindang sedangkan salah satu di antaranya mengasah untuk membentuk mode batu mulia yang di inginkan. Bahan jadi dari asahan batu bacan mulia kemudian menjadi salah satu alat tukar perabot rumah tangga berbahan kana seperti piring, mangkok, gelas perak, hingga kain untuk bahan pakaian. Batu bacan mulia ketika itu kebanyakan di temukan alur kali aktif di duga berasal dari pecahan tebing batu karna terjangan banjir atau longsoran akibat gempa.
CERITA LEGENDA DI BALIK BATU BACAN
Beberapa abad yang telah silam, pusat ibu kota kerjaan Bacan masih berada di suatu wilayah yang lazim di kenal masyarakat tempoe doloe dengan nama “Limau Sigarah Kasiruta” Kerajaan itu di pimimpin oleh seorang sultan bernama Imam Muhammad Al-Baqir yang mempersunting seorang permaisyuri bernama Boki topo berasal dari kali mede galela. Di suatu senja sang permaisyuri bermurung sedih di beranda kedaton sambil menatap taman yang penuh tumbuhan beraneka warna bunga, Di antara bunga-bunga itu terdapat bunga gambir, melati dan mawar dari berbagai warna,tumbuh menghiasi aliran sungai yang bening airnya tak jauh mengalir depan keraton kasiruta. Tak sadar sang suami Al-imam kharismatik dan berwibawa itu memperhatikan peri laku istrinya dari dalam ruang tahta Istana sambil mengelus jenggotnya. Sang Al- Imam itu pun beranjak dari tahtanya lalu bergegas menghampiri sang istrinya sembari bertanya apakah gerangan yang menyebabkan wajah sang permnasyuri bermuram duka. Sang permasuri pun menatap wajah suaminya lalu tersenyum sambil mengatakan dirinya menginginkan mahkota suaminya dan Chron mahkota yang di kenakannya itu di hiasi dengan berbagai warna batu mulia. Sambil membujuk Sang permasyuri Boki Topo dan mengalihkan perhatiannya pada pemandangan lain yang Nampak di sekitarnya sang sultan memaklumi hasrat hati sang putri yang cantik manja itu . Diam –diam sang imam pun memendam keinginan sang permaisyurinya itu, hingga terbawa dalam tidurnya , Tepat pada pertengahan malam Al-imam pun bangkit dari tidurnya dan melangkah untuk mengambil air wudlu di kawal oleh beberapa pengawal istana. Setelah berwudhlu beliau pun kembali ke kamarnya untuk melaksanakan shalat hadjad dan shalat ijabah setelah itu beliau pun berdzikir hingga menjelang shalat subuh. Dalam shalatnya di barengi amalannya itu beliu bermunajah untuk menyampaikan hasrat sang permaisyurinya itu kepada Allah. Keesokan paginya awan pun berhimpun di atas langit istana semakin mendung lalu berarak menuju hulu sungai kasiruta kemudian langit menjadi pun cerah kembali. Akan tatapi pada hulu sungai Kasiruta terjadi hujan sangat labat hingga petang, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari hulu menuju ke hilir yang menghentakan banjir hebat pun meluap menjangkau tebing. Banjir itupun menyebar dan merambah pada semua kali aktif di se anteru pulau kasiruta . Bala rakyat Kasiruta dan seisi istana menjadi risau gelisah hingga situasi pun normal kembali pada pertengahan malam. Keesokan harinya luapan banjir pun telah surut dan air sungai mulai jernih kembali masyarakat pun turun ke sungai sebagaimana biasa sesuai aktifitas kebutuhannya masing-masing. Sontak kegirangan pun terjadi pada wajah ceria meraka yang menemukan serpihan batu Kristal berwarna warni tersebar aliran sungai..Berita pun sampai ke telinga sang sultan dan permaisyuri, maka beliau sang imam kharismatik itu mengeluarkan perintah kepada rakyat untuk mengumpulakn batu mulia terpilih. Bala rakyat pun dengan senang dan bahagia menyerahkan batu- batu mulia terpilih itu untuk di jadikan berbagai pernak-pernik hiasan tahta, mahkota, chrown dll. Wassalam.
Sumber data : Lembaga Pengkajian Budaya Saruma Nusantara Halmahera Selatan.
Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020
© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya