Perang Topat

Tahun
2020
Nomor Registrasi
202001194
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Nusa Tenggara Barat
Responsive image

Desa Lingsar merupakan kawasan yang berada di kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Lingsar memiliki upacara yang khas yang dilaksanakan secara turun-temurun setiap tahun di Pura Lingsar. Mungkin hanya di Lingsar ditemukan umat Islam dan umat Hindu melaksanakan acara besar bersama-sama di tempat dan waktu yang sama. Keberadaan Pura Lingsar telah menyatukan dua suku yang berbeda latar belakang agamanya yaitu Suku Sasak yang beragama Islam dan suku Bali yang beragama Hindu dan lahir suatu budaya yang memiliki ciri khas tersendiri yaitu Perang Topat.

Setiap tahun masyarakat desa Lingsar melaksanakan perang topat sejak abad ke 16 di kompleks pura Lingsar. Pura Lingsar terletak sekitar 9 kilometer ke arah Timur dari kota Mataram dan pura ini dapat dikatakan pura yang unik. Dikatakan unik sebab di dalam kompleks pura Lingsar terdapat dua bangunan besar yakni pura Gaduh sebagai tempat persembahyangan umat Hindu dan bangunan Kemaliq yang disakralkan bagi umat muslim Sasak dan masih digunakan untuk upacara-upacara ritual adat hingga kini.

Perang topat sudah mentradisi ke masyarakat sejak lama. Tradisi perang topat menjadi simbol keharmonisan, perdamaan dam kehidupan bermasyarakat. Meskipun diantara dua agama memiliki paham yang berbeda namun mereka mampu membangun kebersamaan melalui upacara perang topat.

Menelusuri Perang Topat, tidak terlepas dari Kemaliq Lingsar. Kemaliq adalah bangunan yang disucikan atau dikeramatkan oleh masyarakat Islam yang ada di desa Lingsar. Kemaliq artinya sesuatu yang harus dilaksanakan dan pantang untuk dilanggar. Dijelaskan pula bahwa dahulu Lingsar merupakan daerah yang gersang tidak subur dan masyarakatnya  suka berperang. Melalui seorang tokoh yang diwalikan yang bernama Raden Sumilir beristirahat didaerah ini. Ketika bangun beliau berjalan dan berhenti di sebuah pohon waru. Sambil berdoa beliau menancapkan tongkatnya di bawah pohon waru dan ketika mencabutnya keluarlah air yang sangat deras bersamaan dengan itu bunga-bunga pohon waru jatuh berguguran.  Sejak itulah Perang Topat mulai dilaksanakan untuk memperingati Datu Milir dan ungkapan syukur kepada Tuhan.

Perang topat diadakan sebagai ungkapan syukur atas keluarnya air yang melimpah dan suka cita karena terciptanya kedamaian di masyarakat. Kedatangan Wali juga mengajarkan agama Islam yang benar. Dengan agama Islam yang dijarkan itu maka setelah datangnya Wali tidak ada lagi peperangan. Senjata yang digunakan untuk berperang digantikan dengan topat dengan niat melempar setan untuk menghilangkan kemurkaan, kedengkian, amarah dan sifat-sifat buruk manusia. Perang Topat digelar Pada malam Purnama itu, umat Hindu merayakan Odalan atau ulang tahun Pura Lingsar dengan melaksanakan upacara Pujawali dengan Mendak Bhatara Gunung Agung dan Gunung Rinjani. Umat Islam melaksanakan dzikir dan napak tilas memperingati jasa Raden Mas Sumilir, seorang penyiar agama Islam dari Demak Jawa Tengah yang menyiarkan Islam di Lombok pada abad ke 16.

Ditinjau dari aspek sosial dan fungsinya, Perang Topat merupakan alat pemersatu antargolongan dan antar agama di desa Lingsar. Kehadiran Pura di wilayah yang penduduknya mayoritas beragama Islam mengajarkan kepada masyarakat desa Lingsar untuk toleransi terhadap pemeluk agama lain. Kerukunan antargolongan agama, saling menghargai, saling menghormati menjelmakan kerukunan, perdamanain dan kebahagiaan yang terpatri dalam motto desa Lingsar yaitu solah, soloh, soleh. Perang Topat merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat desa Lingsar kepada Tuhan karena diberikan tanah yang subur dan hasil bumi yang melimpah.


Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020

Komunitas Karya Budaya

Komunitas Masyarakat Adat

Desa Lingsar

0

-

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020

Maestro Karya Budaya

Upacara Perang Topat diselenggarakan setiap tahun yaitu pada hari ke 15 bulan ke tujuh pada wariga Sasak yang disebut Purnama Sasih Kepitu, atau hari ke 15 bulan ke enam pada penanggalan Hindu yang disebut Purnamaning Sasih Kanem (Purnama bulan ke enam).

Desa Lingsar

0

-

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020
   Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047