Tari Sodoran

Tahun
2020
Nomor Registrasi
202001178
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Jawa Timur
Responsive image

Tari Sodoran

Hong Ulun Basuki Langgeng”

Tari Sodoran merupakan tari khas atau khusus dalam perayaan hari raya Karo. Tari ini disajikan pada pembukaan upacara atau rangkaian upacara hari raya Karo. Tarian Sodoran merupakan salah satu dari ragam tarian khas masyarakat tengger yang memiliki nilai religius. Karena bersifat religius, maka tarian ini hanya bisa disaksikan saat hari raya Karo atau disebut juga Pujan Karo adalah suatu perayaan terbesar yang dilakukan setahun sekali, tepat bulan Karo tahun Saka. Tari Sodoran merupakan tarian sakral khas masyarakat Tengger yang melambangkan asal-usul manusia. Menurut kepercayaan masyarakat Tengger manusia itu berasal dari Sang Hyang Widi Wasa dan mereka akan kembali kepada-Nya. Manusia berasal dari tanah maka mereka akan kembali ke tanah juga. Salah satu contoh makna gerakan tari ini adalah ketika para penari mengangkat jari telunjuk, artinya penunjukkan tersebut mengandung makna simbol terjadinya manusia pertama, bahwa manusia itu berasal dari purusa dan pradana. Purusa dan pradana merupakan sebab pertama (cikal bakal) dari alam semesta yang sifatnya kekal abadi.(Pencatatan WBTB Tahun 2013 dengan Nomor Registrasi 2013003535).

 

Sejarah pementasan Tari Sodoran tidak lepas dari Legenda Masyarakat Suku Tengger dan beberapa bukti sejarah yang mendukung keberadaan masyarakat suku ini beserta segala aktivitasnya.

a.     Bukti tertulis tentang Masyarakat Suku Tengger terdapat pada Prasasti Walandit yang menunjukkan adanya dua peristiwa besar yang berhubungan dengan Suku Tengger pada tahun 1381 M dan 1405 M (Wikipedia)

b.     Karya tulis beberapa ahli tentang Legenda Orang Tengger khususnya tentang Legenda Karo yang tidak lepas dari Tari Sodoran oleh J E Jasper Tahun 1926, Von Faber Tahun 1940, Robert W Hefner, dan Singgih Wibisono Tahun 1956

c.     Karya tulis tentang mantera Tengger oleh Nancy J Smith Hefner

d.     Pencerita Legenda Karo orang Tengger Malang

Point b,c,d (Sutarto, 2009)

Pementasan tari Sodoran tidak lepas dari Ritual Pembukaan Hari Raya Karo (diperingati pada bulan Karo Penanggalan Tengger) yang diawali dengan berkumpulnya masing-masing kelompok Pengantin Sodor di rumah Ketua Dukun Pandita di Dusun Tlogosari Desa Tosari Kabupaten Pasuruan Jawa Timur untuk kemudian diarak bersama ke Punden Desa Tosari.

Sebelum berangkat beberapa anggota pengantin Sodor melakukan berbagai persiapan kelengkapan upacara, seperti memakai pakaian adat Suku Tengger yang lengkap dengan ikat kepala dan mengenakan keris yang dironce bunga melati. Sebagian lainnya melakukan ritual penyucian diri dengan air kembang yang dipimpin Ketua Adat dengan harapan pada pelaksanaan kegiatan prosesi Sodoran dapat berjalan lancar dan hikmat.

Dengan diiringi musik tradisional Suku Tengger rombongan Pengantin Sodor kemudian berjalan bersama menuju Punden Desa Tosari yang letaknya diatas bukit. Sesampainya di Punden Desa Tosari rombongan Pengantin Sodoran melakukan doa bersama kepada Sang Hyang Widi agar warga Suku Tengger senantiasa diberi keselamatan dan ketentraman.

Tarian sakral ini melambangkan pertemuan dua jenis manusia yaitu laki-laki dan perempuan, dari keduanya dimulailah kehidupan alam semesta. Dalam tarian ini masing-masing penari membawa sebuah tongkat bambu/sodor yang berisi biji bibit tanaman yang kedua ujungnya ditutup serabut kelapa. Tongkat tersebut nantinya akan dipukulkan oleh masing-masing penari kepada tongkat penari pasangannya dengan gerakan yang lembut dan penuh penghayatan. Kehalusan budi dan perasaan serta etika kesopanan nenek moyang Suku Tengger dalam menggambarkan asal-muasal kehidupan inilah yang kemudian sering disebut dengan ajaran Sangkan Paraning Dumadi. Sebuah ajaran Jawa Kuno tentang tujuan hidup manusia, mengapa manusia dilahirkan, dan kemana nantinya akhir kehidupan ini.

Tari Sodoran selalu ditarikan secara berpasangan dan memiliki makna dan gerakan yang cukup sederhana, mudah ditirukan tetapi memiliki makna yang sangat mendalam. Gerakan tari Sodoran memiliki makna bahwa manusia dalam kehidupan berumah tangga harus senantiasa harmonis dan hidup apa adanya. Walaupun sepintas gerakannya terlihat monoton dan berulang-ulang, ternyata tarian sakral ini mampu menyedot emosi dari para penari yang membawakannya. Selama beberapa saat menari tampak sebagian penari yang wajahnya mulai sembab dan berkaca-kaca.

Puncak ritual tarian ini adalah ketika semua penari sodor memukulkan tongkat sodoran ke panggung untuk memecahkan bambu dan mengeluarkan biji bibit tanaman yang ada di dalamnya. Setelah selesai masing-masing penari melakukan gerakan sungkem saling menghormati dengan penari lainnya serta sungkem kepada para Dukun Pandita dan Sesepuh Warga Tengger.

Menurut penjelasan Blog Museum Online Kabupaten Pasuruan, tanggal 30 Agustus 2014, makna Tari Sodoran adalah mengambil jimat klontongan untuk kesejahteraan dan ketentraman warga. Demikian juga dalam beberapa gerakan yang mengandung makna, diantaranya :

a.       Ketika para penari mengangkat mengangkat jari telunjuk, merupakan lambang bahwa Tuhan YME hanya ada satu. Penunjukan tersebut juga  mengandung makna simbol terjadinya manusia pertama, bahwa manusia itu berasal dari purusa dan pradana. Purusa dan pradana merupakan cikal bakal dari alam semesta yang sifatnya kekeal abadi. (Safira Faiz Indarti)

b.      Selanjutnya, corong dari tanduk kerbau, yang melambangkan hawa nafsu yang harus bisa dikendalikan oleh manusia.

c.       Tombak yang digunakan saat tari Sodoran. Menyimpan makna sebagai hawa nafsu dan amarah. Gerakan sodoran dengan membawa tombak itu, merupakan lambang agar manusia senantiasa berperilaku baik. Mampu mengendalikan hawa nafsu dan amarah. Baik pada diri sendiri maupun pada orang lain.

d.       Puncak ritual tarian ini adalah ketika semua penari sodor memukulkan tongkat sodoran ke panggung untuk memecahkan bambu dan mengeluarkan biji bibit tanaman yang ada di dalamnya.

Menurut Putri Nurul Islam dalam Simbol Properti Tari Sodor Pada Ritual Karo Di Desa Wonokitri Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan Tahun 2017 menjelaskan bahwa makna simbolik properti tari Sodor pada tongkat bambu (pring) menggambarkan lahirnya manusia yang berasal dari hubungan antara setya dan setuhu atau laki-laki dan perempuan. Dari segi bentuk tongkat bambu menggambarkan alat kelamin manusia, dan dari segi warna tongkat bambu yang berwarna hijau yang menggambarkan proses penciptaan manusia itu secara alami, manusia lahir dari muda hingga tua.

Tari Sodoran yang menjadi satu dengan Pembukaan Yadnya Karo berfungsi sebagai penyatuan masyarakat Suku Tengger yang pluralis dengan berbagai latar belakang yang berbeda, baik secara ekonomi, agama, sosial budaya, dan lainnya. Sampai saat ini Yadnya Karo beserta Tari Sodoran telah berhasil menyatukan masyarakat Tengger dan mempertahankan adat dan budaya yang khas Tengger.


Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020

Komunitas Karya Budaya

1. Pelandang Inti 2. Pelandang Kelompok

Di semua Dusun/Desa pada masyarakat suku Tengger di Kabupaten Pasuruan

081334612592

atiktirza@gmail.com

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020

Maestro Karya Budaya

Sugeng

Dusun Kertanom Desa Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan

0

-

Dukun Pandhita Keto (Eko Warnoto)

Dusun Tlogosari Desa Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan

085204894025

atiktirza@gmail.com

Resminiati, S.Pd

SMPN 1 Purwodadi Kab. Pasuruan Jawa Timur

081334612592

atiktirza@gmail.com

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020
   Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047