Hombo Batu

Tahun
2020
Nomor Registrasi
202001091
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Sumatra Utara
Responsive image

Nias terletak ± 85 mil laut dari Sibolga (daerah Provinsi Sumatera Utara). Nias merupakan daerah kepulauan yang memiliki pulau-pulau kecil sebanyak 27 buah. Banyaknya pulau-pulau kecil yang dihuni oleh penduduk adalah sebanyak 11 buah, dan yang tidak dihuni ada sebanyak 16 buah.Luas Pulau Nias adalah sebesar 3.495,40 km2 (4,88 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara), sejajar dan berada di sebelah barat Pulau Sumatera serta dikeliling oleh Samudera Hindia. Pulau ini terbagi atas empat kabupaten dan satu kota, Terdiri atas kabupaten Nias, Nias Selatan, Nias Utara, Nias Barat dan kotamadya Gunungsitoli Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka “Ono Niha” (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai “Tanö Niha” (Tanö = tanah). Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Kasta : Suku Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah “Balugu”. Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari - hari. Masyarakat Indonesia yang plural dan majemuk membuat budayanya beragam dan memiliki ciri khasnya masing-masing. Salah satunya adalah tradisi Lompat Batu di Nias. Tradisi yang berasal dari Suku Nias yang tinggal di Pulau Nias sebelah barat Pulau Sumatera ini memang terbilang unik. Lompat batu atau yang dikenal dengan nama “fahombo batu” sudah menjadi ciri khas masyarakat Nias. Tradisi melompati batu yang disusun hingga mencapai ketinggian 2 m dan ketebalan 40 cm ini hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Tidak semua masyarakat Suku Nias melakukan Tradisi ini. Hanya mereka yang berada di Nias Selatan khususnya di daerah Teluk Dalam yang melakukan tradisi akrobatik ini. Hal tersebut disinyalir karena perbedaan budaya nenek moyang atau leluhur masyarakat Nias. Terlepas dari aspek pariwisata sehingga tradisi Lompat Batu menjadi begitu terkenal, tradisi ini juga menunjukan kekuatan dan ketangkasan para pemuda yang melakukannya. Seseorang yang berhasil melakukan tradisi ini dianggap heroik dan prestisius. Tidak hanya bagi individu yang melakukannya, melainkan juga bagi keluarga orang tersebut, bahkan seluruh masyarakat desa. Oleh karena itu biasanya setelah anak laki-laki berhasil melakukan tradisi ini, akan diadakan syukuran sederhana dengan menyembelih ayam atau hewan lainnya. Orang yang berhasil melakukan tradisi ini juga akan dianggap matang dan menjadi pembela kampungnya jika ada konflik dengan warga desa lain. Hal-hal seperti ini merupakan bagian dari kajian Antropologi, lebih spesifiknya disebut sebagai antropologi sosial. Antropologi mulai dengan suatu defenisi kebudayaan, sebagaimana diusulkan oleh Edward B. Tailor, Bohanan dan Glazer yang memandang kebudayaan sebagai totalitas pengalaman manusia. “kebudayaan atau peradaban, diambil dalam pengertian etnografi yang luas adalah keseluruhan komples yang meliputi pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan kapabilitas dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Karena begitu tingginya tingkat prestisius dari tradisi ini, maka setiap pemuda dalam masyarakat Nias melakukan latihan sejak berumur 7 tahun. Sesuai pertumbuhan anak tersebut, mereka akan terus berlatih melompati tali dengan ketinggian yang terus bertambah sesuai usia. Akhirnya, latihan tersebut akan dibuktikan pada tradisi Lompat Batu ini. Jelas tidak mudah untuk melakukan tradisi ini. Terbukti tidak semua pemuda dapat melakukan tradisi lompat batu ini, meskipun sudah berlatih sejak lama. Banyak orang yang percaya bahwa selain latihan, ada unsur magis dimana seseorang yang berhasil melompati batu dengan sempurna, maka mereka telah diberkati oleh roh leluhur dan para pelompat batu sebelumnya yang sudah meninggal. Belum jelas darimana dan mengapa tradisi ini berasal, namun beberapa masyarakat setempat menggambarkan bahwa tradisi ini berawal dari zaman dahulu saat ketangkasan melompat batu sangat dibutuhkan oleh Suku Nias. Dahulu setiap desa dipagar dan dibentengi oleh batu sebagai pertahanan. Oleh karena itu dibutuhkan keahlian ini untuk melarikan diri atau dapat memasuki desa sasaran. Selain mengangkat derajat seseorang yang telah berhasil melompat batu, pemuda yang berhasil melakukan tradisi ini akan dianggap dewasa dan matang secara fisik. Oleh karena itu hak dan kewajiban sosial mereka sebagai manusia dewasa sudah bisa dijalankan. Cara ini juga terkadang dilakukan untuk mengukur kematangan seseorang untuk menikah. Tradisi Lompat Batu ini memang cukup unik dan menarik dan menjadi ciri khas Suku Nias. Tidak hanya itu, tradisi Lompat Batu ini juga menjadi kebanggan Indonesia karena merupakan keunikan dan kekayaan yang bersemayam di bumi pertiwi ini.

Tradisi lompat batu merupakan tradisi yang berasal dari Pulau Nias yang terkenal, sehingga pernah dijadikan icon pada uang lama, 1000 rupiah. Lompat batu berbentuk piramida dengan permukaan datar, dengan ketinggian bervariasi, berkisar 2-3 meter, dan 1,8-2,2 meter, dengan ketebalan kurang lebih 40 cm.

Lompat batu biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki untuk menunjukkan kedewasaan, ketangkasan, dan keberanian. Pada masa lampau seorang laki-laki yang dapat melompati lompat batu akan diberi penghargaan sebagai pembela kampung atau desa. Apabila terjadi konflik antar kampung, maka pemuda tersebut akan membela kampungnya, sehingga musuh tidak menyerang. Perlu diketahui bahwa tradisi lompat batu tidak selalu ada di seluruh daerah Nias, hanya dibeberapa daerah saja, terutama di Nias Selatan. Seorang pelompat harus mempunyai teknik agar tidak terjadi cidera otot atau patah tulang. Resiko tradisi Lompat Batu sangat tinggi karena batu yang digunakan, batu sungguhan dan tanpa pengaman apapun. Bahkan pada masa lampau di atas batu ditutupi dengan paku dan bambu runcing, sehingga melatih pelompat untuk menerobos benteng pertahanan musuh yang penuh ranjau. Maka tradisi ini dikhususkan untuk kaum laki-laki. Lompat Batu cukup bergengsi bagi warga Nias, sehingga setiap orang yang mampu melompati lompat batu akan menjadi kebanggaan bagi keluarga dan bagi diri sendiri.

Biasa anak-anak sejak kecil mulai dilatih, bahkan yang mampu melompatinya akan menjadi kebanggaan keluarga, bahkan akan dibuat pesta atau perayaan. Mereka telah dilatih sejak dini dengan melompati tali, melompati kayu, melompati batu tiruan, mulai dari yang pendek hingga menyerupai Lompat Batu asli. Meski demikian, tidak semua yang telah mengikuti latihan dapat melewati Lompat Batu. Ada sebagian yang mengalami kegagalan, hingga mengalami patah tulang, karena tersangkut ketika melompat. Ada pula yang dapat melewatinya, meskipun yanya berlatih beberapa kali.  Maka ada cerita yang tampaknya popular yang tersebar di masyarakat bahwa seseorang dapat melewati Lompat Batu dipengaruhi oleh garis keturunan. Konon ada cerita bahwa Lompat Batu sering dikaitkan dengan hal-hal mistis oleh penduduk setempat.

Sebelum melakukan lompat batu, seseorang mesti meminta izin kepada roh-roh leluhur atau pendahulu yang pernah melompati batu tersebut. Tujuan dari upacara itu, agar seseorang tidak celaka ketika melakukan Lompat Batu.


Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 03-11-2020

Komunitas Karya Budaya

Perkumpulan Masyarakat Nias

Nias Selatan

0

-

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 03-11-2020

Maestro Karya Budaya

Rebecca Evelyn Laiya

081219002576

harumiharazaki@gmail.com

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 03-11-2020
   Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 03-11-2020

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047