Babad Ngayogyakarta Hamengku Buwono V - VII

Tahun
2020
Nomor Registrasi
202001174
Domain
Tradisi dan Ekspresi Lisan
Provinsi
DI Yogyakarta
Responsive image

Naskah Babad Ngayogyakarta menceritakan tentang kronik kraton Yogyakarta dalam masa 1846-1877 Masehi sampai dengan Jumenengan HB VII. Diceritakan pula peristiwa-peristiwa penting di lingkungan Surakarta antara lain Jumenengan PB VIII(1859) dan PB IX (1861). Diselipkan pula secara panjang lebar (h.242 -329) tentang Kerajaan Ace, sebab-sebab bencinya kepada Belanda sampai habis-habisan/ Naskah terputus kemudian diteruskan secara tidak langsung dalam naskah SB 141 b (S117|).

Penulisan babad ini disebutkan pada kolofon depan (h.1) bahwa permulaan penulisan jatuh pada Rebo Wage,4 Jumadil Awal, Dal 1815, “Tinata Arupa Salira Ningrat” (4 Agustus 1886, Rasa Bremana Murti Ratu”). Penulisnya kedhaton di Kraton Yogyakarta. Sultan yang bertahta waktu itu adalah HB VII, dan mungkin dialah yang memprakarsai pembuatan babad ini.

Masalah penyalinan tidak disinggung dalam teks naskah, tetapi dari gaya penulisan (cereg sebagai pengganti pangkon, na-murda panjang, ta-pasangan dan tanda pada) maupun wadana bias diketahui bahwa tempat penyalinan di Yogyakart. Jilid berikutnya (SB 144b) juga disalin oleh orang yang sama

Kondisi naskah penjilidan baik, kertas sudah coklat,, noda-noda coklat tua dan hitam.Hal 1-10, 173-184, 305-311 sudut kanan atas ditambal dengan kertas yang sekarang kotor dengan bekas lem kertas. Banyak catatan berupa nomor tahun, huruf Arab, huruf capital latin, dan huruf Jawa pada bagian luar halaman teks. Sampul tebal, karton, hijau tua.

Naskah Babad Ngayogyakarta yang selanjutnya sering disebut sebagai BNg menceritakan kondisi Kraton Yogyakarta pada masa HB V-VII dan diharapkan dapat memperlihatkan sebuah realita pada masa pemerintahan beliau, baik itu gambaran mengenai masyarakat di dalam lingkungan kraton ataupun di luar tembok kraton. Keberasaan golongan atau masyarakat kelas bawag terlihat sekali dari konsep adanya pertemuan agung yang diadakan oleh pemerintah kerajaan atau kraton dan dihadiri oleh semua golongan. Kehadiran mereka adalah bentuk penghormatan terhadap raja yang menurut Raffless (2008 :209) dianggap bentuk penghormatan yang terlalu dipaksakan.

BNg  juga menyinggung mengenai sebuah pertemuan agung yang diselenggarakan agung yang diselenggarakan di kraton. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini :

Sakbakdanira kang yuda, wus karta ingkang negari, adidalem pan samana, sampun tinata kang linggih, sak pangkatireng kardi, pinantes lalungguhiun, tiyang lami dan inggal, kang medal kang datan mijil, kang katrima kalawan ingkang ngucira

(Babad Ngayogyakarta, L 3)

Setelah berperang, sudah aman dan nyaman Negara (itu). Abdidalem saat itu sudah teratur duduknya. Dari segala jabatan abdi, sudah tertata duduknya. Orang baru maupun orang lama, (orang) yang (sudah) keluar maupun (orang) yang tidak keluar (berperang) yang menang maupun yang kalah.

Teks di atas semakin memperkuat pendapat bahwa teks BNg mendeskripsikan sebuah pisowanan setelah adanya sebuah pertempuran. Pisowanan tersebut tampak dihadiri oleh banyak pejabat dari berbagai tingkatan. Hal ini senada diungkapkan oleh De Graaf (1986:125) bahwa ada sebuah kebiasaan di kraton untuk mengadakan Hari Bicara Raja yang pada saat itu semua abdi, bala tentara, maupun para pejabat dari semua golongan dan wilayah menghadap raja, jika tidak hadir maka jabatan adalah taruhannya. Dengan demikian semakin terlihat bahwa Babad mendokumentasikan unsur sejarah. Sangat terlihat adanya “pemaksaan” terhadap golongan bawah atau abdi dalem untuk hadir dalam penghormatan ini.

Babad Ngayogyakarta semakin menunjukkan perannya sebagai sebuah dokumen dengan adanya banyak informasi mengenai tata busana. Potret tata busana prajurit maupun busana para pejabat saat itu terekam dalam Babad Ngayogyakarta. Ada kurang lebih 60 golongan punggawa yang hadir saat pisowanan yang kemudian terbagi atas :

1.      Kelompok prajurit, mempunyai tugas untuk mengiringi atau mendampingi raja maupun sentana untuk berperang meski dalam perkembangannya pasukan-pasukan tersebut tidak selalu untuk kepentingan perang hanya saja tetap kepentingan yang sifatnya show force. 

2.      Kelompok abdi, mempunyai tugas mengerjakan pekerjaan untuk intern kerajaan misalnya tukang kuda, tukang singa, pembuat wayang, dan sebagainya. Pekerjaan ini sangat khusus karena memerlukan ketrampilan tersendiri.

3.      Kelompok pegawai, punggawa kerajaan, yang pekerjaannya masih berhubungan dengan struktur pemerintahan kerjaan, missal pulisi, majegan, rangga, dll.

Data dokumentasi yang terangkum pada naskah ini memungkinkan melihat  proses rekonstruksi busana untuk masa sekarang tampak tidak banyak perubahan yang terjadi. Hanya saja untuk saat ini tampaknya jumlah prajurit tiap pasukan tidak sebanyak dahulu. Demikian juga halnya dalam hal macam prajuritnya. Seperti pada uraian di atas yang menyatakan bahwa pada masa Jepang bahkan Sultan mengaktifkan kembali keberadaan prajurit meskipun karena perkembangan tidak lagi berfungsi politik (pertempuran) tetapi lebih pada fungsi kultural atau budaya dan pariwisata.

 Penamaan Naskah Babad Ngayogyakarta memiliki banyak ragamnya. Penamaan ini tergantung dari dua hal, pertama, siapa tokoh yang diceritakan dan kedua peristiwa apa yang akan diceritakan, misalnya saja, babad mentawis, dia akan menceritakan tentang bagaimana pengasingan Sri Sultan HB II ke Ambon atau babad mangkubumi yang kemudian dia menceritakan tentang HB I. Naskah babad ngayogyakarta bukan termasuk Codex unicus atau naskah tunggal melainkan bisa jadi menjadi naskah induk yang di dalamnya terdapat banyak bagian jilid yang menceritakan tokoh dan peristiwa yang ada. 

diantara contoh lainnya,

Babad Ngayogyakarta : Hamengkubuwana I Dumugi Hamengkubuwana III (W.78) yang memuat sejarah tentang sejarah Kerajaan Yogyakarta, mulai dari pembagian wilayah sesuai perjanjian Giyanti hingga peristiwa Geger Sepehi.

Babad Ngayogyakarta dapat dibagi-bagi menurut tokoh dan peristiwa seperti Babad Ngayogyakarta :Hamengku Buwana I Dumugi Hamengku Buwana III (Geger Sepehi)(W.80) memuat tentang sejarah kerajaan dibawah pemerintahan Sultan HB I hingga HB III termasuk pula pada peristiwa Perang Sepehi dan konsekuensinya yang ditanggung keraton.

Babad Ngayogyakarta : Hamengkubuwana II Dumugi Perang dengan (W.82) memuat sejarah tentang Yogyakarta pada masa HB II hingga penobatan  Sultan HB III oleh Inggris. Babad Ngayogyakarta Jilid 1,2,3 (SB 135, SB 136, SB 144b) berisi cerita penobatan hingga Sultan HB V, jatuhnya Inggris hingga laporan Residen Domis kepada Jenderal van Geen untuk meminta bantuan menghadapi pemberontakan di Demak dan Perang Diponegoro. Terdapat pula Babad Ngayogyakarta : Masa HB II-V (PBA.280) yang berisi kisah pemerintahan Sultan HB IIhingga pengepungan Diponegoro di Slarong.  

Naskah Babad Ngayogyakarta memiliki sisi lokalitas yang kuat. Dari aspek kodikologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang naskah, misal naskah  dilihat dr kertas,  tinta,  jilidan, jenis aksara dan lain-lain. Naskah Babad Ngayogyakarta ditulis di atas kertas daluang dengan tinta hitam dan ditulis dengan aksara jawa kuno, dijilid rapi dengan menggunakan tali sebagai pembatas antar bagian teks sejenis lawe.

Ukuran naskah pada tiap sub bagian babad tidaklah sama, pada Babad Mentawis memiliki panjang 31,3 cm dan lebar 24 cm dengan ketebalan naskah 1 cm. Sampul naskah terbuat dari karton tebal yang dilapisi kertas berwarna hitam. Ukuran kolom teks yang ditulisi memiliki lebar 4 cm  dan panjang 24 cm. Jarak antar baris 1,2 cm. Ukuran huruf 0,3 cm dengan spasi 0,1 cm. Jumah baris 16 baris. Terdapat bekas garis dengan benda tumpul yang dimaksudkaan untuk membuat pembingkai teks dan kolom huruf.

Naskah Babad Ngayogyakarta ini tersimpan dengan baik di Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Naskah ini telah dialihubah aksara ke dalam bahasa Indonesia pada sub-sub bagian yang diceritakan. Tujuan alih aksara ini tentu saja karena teks naskah yang berbahasa daerah belum tentu dapat dipahami banyak kalangan. Alih aksara diharapkan mampu memberikan transformasi ilmu pengetahuan mengenai sejarah ngayogyakarta. Di sisi lain, alih aksara juga menjadi salah satu bentuk konservasi preventif terhadap naskah, teks, dan tentunya informasi budaya.

 

Meskipun pada taraf penyimpanan, masih ada juga orang yang merokok daan menjadi peluang adanya kerusakan teks, Museum Sonobudoyo telahmenyiapkan satu ruang khusus penyimpanan yang dapat menanggulanginya. Telaah kritis teks Babad Ngayogyakarta juga dilihat dari bagaimana teks ini erat kaitannya dengan sejarah berdirinya Ngayogyakarta Hadiningrat. Persoalan mengetahu dan mempelajari cerita perjuangan masa lalu membuat masyarakat dapat teredukasi dalam melihat bagimana kepemimpinan dilakukan di Yogyakarta, bagaimana peristiwa yang telah terjadi dapat diambil hikmah, dan tentu saja menjadi rangkaian penanda zaman, seperti misalnya di dalam naskah Babad Ngayogyakarta ditemukan khasanah busana prajurit yang ada pada masa HB tertentu, dari sinilah konstruksi tata busana bisa direproduksi kembali pada masa kini. Lebih umum, memahami sejarah tentu saja mendidik masyarakat pemiliknya untuk lebih arif dan bijaksana dalam membangun daerahnya. 

Penamaan Naskah Babad Ngayogyakarta memiliki banyak ragamnya. Penamaan ini tergantung dari dua hal, pertama, siapa tokoh yang diceritakan dan kedua peristiwa apa yang akan diceritakan, misalnya saja, babad mentawis, dia akan menceritakan tentang bagaimana pengasingan Sri Sultan HB II ke Ambon atau babad mangkubumi yang kemudian dia menceritakan tentang HB I. Naskah babad ngayogyakarta bukan termasuk Codex unicus atau naskah tunggal melainkan bisa jadi menjadi naskah induk yang di dalamnya terdapat banyak bagian jilid yang menceritakan tokoh dan peristiwa yang ada.

Naskah Babad Ngayogyakarta memiliki sisi lokalitas yang kuat. Dari aspek kodikologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang naskah, misal naskah  dilihat dr kertas,  tinta,  jilidan, jenis aksara dan lain-lain. Naskah Babad Ngayogyakarta ditulis di atas kertas daluang dengan tinta hitam dan ditulis dengan aksara jawa kuno, dijilid rapi dengan menggunakan tali sebagai pembatas antar bagian teks sejenis lawe.

Ukuran naskah pada tiap sub bagian babad tidaklah sama, pada Babad Mentawis memiliki panjang 31,3 cm dan lebar 24 cm dengan ketebalan naskah 1 cm. Sampul naskah terbuat dari karton tebal yang dilapisi kertas berwarna hitam. Ukuran kolom teks yang ditulisi memiliki lebar 4 cm  dan panjang 24 cm. Jarak antar baris 1,2 cm. Ukuran huruf 0,3 cm dengan spasi 0,1 cm. Jumah baris 16 baris. Terdapat bekas garis dengan benda tumpul yang dimaksudkaan untuk membuat pembingkai teks dan kolom huruf.

Naskah Babad Ngayogyakarta ini tersimpan dengan baik di Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Naskah ini telah dialihubah aksara ke dalam bahasa Indonesia pada sub-sub bagian yang diceritakan. Tujuan alih aksara ini tentu saja karena teks naskah yang berbahasa daerah belum tentu dapat dipahami banyak kalangan. Alih aksara diharapkan mampu memberikan transformasi ilmu pengetahuan mengenai sejarah ngayogyakarta. Di sisi lain, alih aksara juga menjadi salah satu bentuk konservasi preventif terhadap naskah, teks, dan tentunya informasi budaya.

diantara contoh lainnya,

Babad Ngayogyakarta : Hamengkubuwana I Dumugi Hamengkubuwana III (W.78) yang memuat sejarah tentang sejarah Kerajaan Yogyakarta, mulai dari pembagian wilayah sesuai perjanjian Giyanti hingga peristiwa Geger Sepehi.

Babad Ngayogyakarta dapat dibagi-bagi menurut tokoh dan peristiwa seperti Babad Ngayogyakarta :Hamengku Buwana I Dumugi Hamengku Buwana III (Geger Sepehi)(W.80) memuat tentang sejarah kerajaan dibawah pemerintahan Sultan HB I hingga HB III termasuk pula pada peristiwa Perang Sepehi dan konsekuensinya yang ditanggung keraton.

Babad Ngayogyakarta : Hamengkubuwana II Dumugi Perang dengan (W.82) memuat sejarah tentang Yogyakarta pada masa HB II hingga penobatan  Sultan HB III oleh Inggris. Babad Ngayogyakarta Jilid 1,2,3 (SB 135, SB 136, SB 144b) berisi cerita penobatan hingga Sultan HB V, jatuhnya Inggris hingga laporan Residen Domis kepada Jenderal van Geen untuk meminta bantuan menghadapi pemberontakan di Demak dan Perang Diponegoro. Terdapat pula Babad Ngayogyakarta : Masa HB II-V (PBA.280) yang berisi kisah pemerintahan Sultan HB IIhingga pengepungan Diponegoro di Slarong.  

Meskipun pada taraf penyimpanan, masih ada juga orang yang merokok daan menjadi peluang adanya kerusakan teks, Museum Sonobudoyo telah menyiapkan satu ruang khusus penyimpanan yang dapat menanggulanginya pun dengan upaya-upaya alih aksara dan digitalisasi naskah yang terus digalakkan. Telaah kritis teks Babad Ngayogyakarta juga dilihat dari bagaimana teks ini erat kaitannya dengan sejarah berdirinya Ngayogyakarta Hadiningrat. Persoalan mengetahu dan mempelajari cerita perjuangan masa lalu membuat masyarakat dapat teredukasi dalam melihat bagimana kepemimpinan dilakukan di Yogyakarta, bagaimana peristiwa yang telah terjadi dapat diambil hikmah, dan tentu saja menjadi rangkaian penanda zaman, seperti misalnya di dalam naskah Babad Ngayogyakarta ditemukan khasanah busana prajurit yang ada pada masa HB tertentu, dari sinilah konstruksi tata busana bisa direproduksi kembali pada masa kini. Lebih umum, memahami sejarah tentu saja mendidik masyarakat pemiliknya untuk lebih arif dan bijaksana dalam membangun daerahnya.


Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020

Komunitas Karya Budaya

Museum Sonobudoyo

Jl. Wijilan No.27D, Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta

0274373617

-

Kraton Ngayogyakarta

Jl. Rotowijayan Blok No. 1, Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta

0

-

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020

Maestro Karya Budaya

KRT. Yudhadiningrat

Penghageng Karaton Ngayogyakarta

0

-

KRT.Rintaiswara

Penghageng Karaton Ngayogyakarta

0

-

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020
   Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047