TIhang Bakambang

Tahun
2020
Nomor Registrasi
202001206
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Kalimantan Selatan
Responsive image
Tihang Bakambang adalah aruh adat sebagai bentuk rasa syukur pada penguasa alam semesta atas rejeki atau keberhasilan baik itu panen padi, usaha atau keberhasilan-keberhasilan lainnya dalam kurun waktu satu tahun perhitungan cocok tanam. Bisa juga atas nazar yang sudah diucapkan ini dilaksanakan oleh para balian di iringi alat music tabuh dan pukul (Gandrang dan Kalampat) dan juga di sahuti oleh patati (perempuan yang menyahuti balian juga mempersiapkan kelengkapan ritual. Tihang Bakambang dilaksanakan oleh beberapa kepala keluarga bias juga oleh satu kepala keluarga. Sesuai janji yang telah diucapkan pada waktu isiroo (membersihkan lahan sebelum menanam), peladang melakukan upacara Tihang Bakambang untuk syukuran panen di tahun itu. Aruh Tihang Bakambang pesta panen sebagai ungkapan rasa syukur kepada Hyang Dewata langit. Setelah upacara pesta hasil panen ini selesai dan siwah wanang baru semua seaji itu boleh dimakan untuk. Upacara Tihang Bakambang dilakukan secara berkelompok, antara satu sampai tiga hari tiga malam, tergantung tingkatan nazar yang punya aruh dengan memotong hewan persembahan berupa ayam. Bila upacara dilakukan selama empat hari empat malam disebut aruh Tihang babuah dengan memotong hewan persembahan berupa kambing atau kerbau. Peserta aruh Tihang Bakambang adalah seluruh himpunan Individu atau kelompok aruh, orang yang dating adalah kerabat yang punya hajat dan undangan lain, yang juga ikut berpatisfasi dalam kegiatan , seperti memasak makanan bagi seluruh undangan serta pembuatan sesaji dan perlengkapan lainnya. Dalam tata cara adat Dayak Mangkauk baik keturunannya serta Meratus, ritual adat dilaksanakan oleh balian. Melalui balian inilah doa atau mamang dilakukan. Selesai aruh, yang punya hajat diminta untuk menjauhi larangan dan menjalankan yang diperintahkan. Jika telah selesai upacara Tihang Bakambang, maka balian kemudian memberitahukan jumlah hari pantang yang telah ditentukan dalam rapat adat dan harus dijalani oleh para peserta aruh Tihang Bakambang. Tihang Bakambang adalah aruh adat sebagai bentuk rasa syukur pada penguasa alam semesta atas rejeki atau keberhasilan baik itu panen padi, usaha atau keberhasilan-keberhasilan lainnya dalam kurun waktu satu tahun perhitungan cocok tanam. Tihang bakambang merupakan tradisi lisan turun temurun dalam bentuk ritual adat. Asal-usul Tihang Bakambang adalah salah satu sisa ritual adat yang masih ada dan tetap dilestarikan serta dilaksanakan oleh masyarakat adat Dayak Mangkauk (Rumpun Meratus) di kabupaten Balangan khususnya kecamatan Halong baik perorangan atau berkelompok. Ritual tihang bakambang ini dilaksanakan oleh nenek moyang Dayak Mangkauk dari generasi ke kenerasi namun sejak kapan dimulai tidak diketahui zaman dan waktunya, yang jelas ini dilaksanakan untuk mengucap syukur kepada Bahatara Tihang Langit ( Tuhan Alam Semesta). Tahun demi tahun ritual ini dilaksanakan dan didalam pelaksaanaannya tidak ada merugikan dan malah mengutungkan. Hingga pada beberapa generasi ke bawahnya bisa mengingat turunan yang melaksanakan ritual ini , yaitu Datu Manurinduk yang hingga kini tidak terhitung keturunan atau silsilahya dan nama beliau di jadikan nama salah satu balai adat yang ada di desa Mamigang Kecamatan Halong Kabupaten Balangan yang dikelola oleh penerusnya, “ Bapak Satuh”. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Tihang Bakambang Ritual adat Syukuran hasil panen dilangsungkan di tempat-tempat yang telah ditentukan, yaitu bisa di dalam rumah atau di balai yang dikhususkan untuk acara aruh adat. Dalam pelaksanaan ritual Tihang Bakambang adalah pada malam hari, namun semua perlengkapan untuk upacara dikerjakan pada siang hari sebelum ritual itu dilaksanakan. Peralatan dan Bahan Peralatan dan bahan yang harus disiapkan dalam melaksanakan ritual Tihang bakambang adalah sebagai berikut : a. Piduduk dan Sasangaan ; · Beras putih bersih, tuak aren, air, daun kelapa/aren · Pisau,pelita dari lilin lebah, tepung beras, tanaman seperti jahe, kencur, bawang daun (tanaman pelengkap ritual ), mayang pinag, kunyit, kemenyan,dan kulit kayu dupa. · Nyiur dan Gula habang · Benang lawai · Rokok dari daun palam (nipah) - Sesaji masak seperti, lemang, dodol merah dan putih, kue cucur Cangkaruk dan lainnya. b. Perlengkapan dan Bahan Lainnya ; - Gandrang, kulimpat dan agung (gendang, kulimpat dan gong) sebagai musik pengiring - Talam untuk tempat kue kue sesaji dan kelengkapan lainnya · Sasangaan Kecil atau besar tempat beras dan sedikit minyak kelapa · Mangkuk balusuh, untuk wadah beras putih dan kuning. · Baskom, untuk tempat kobokan. - Ancak tempat sesaji dari bambu · Poci atau Teko, untuk tempat menampung air dan tuak aren. Seluruh perlengkapan, sesaji, bahan di atas disusun rapi dan ditempatkan pada wadah dan posisinya sesuai dengan urutan rangkaian acara. Sebelum ritual Tihang Bakambang dilaksanakan, terlebih dahulu harus dilakukan beberapa langkah-langkah persiapan beserta peralatannya, yakni sebagai berikut : Memasak lemang yang arah muara buluh menghadap matahari terbit (hulu atau rayo) Memasak dodol merah dan putih Bikin ketupat lalu dimasak Bikin ayam panggang (parapah) Pembuatan ancak Pembuatan dari daging ayam Mempersiapkan perlengkapan yang akan digunakan pada ritual Tihang Bakambang, yaitu talam untuk tempat kue sesaji Sasanggan diisi beras Mangkuk balusuh di isi beras putih dan kuning yang diwarnai dengan kunyit Mempersiapkan katilambung muda atau kelapa muda yang sudah dipangkas ujungnya. Mayang pinang yang masih tertutup dan yang terbuka Setelah semua lengkap dan tersusun sesuai tempat dan urutan, maka ritual siap dilaksanakan. Prosesi Acara Yang punya hajat menyerahkan semua hasil pekerjaan yang telah tersusun itu kepada pelaksana ritul (Sandaran), kemudian pelaksana ritual mengerjakan atau membacakan doa seperti yang diharapkan oleh yang punya hajat pada ritual Tihang bakambang. Secara umum yang punya hajat juga menyampaikan rasa syukur atas panen yang di dapat serta kesehatan dan rezeki yang diperoleh, berharap umur panjang selamat sempurna dunia ahirat hingga bisa melaksanakan ritual ini lagi di tahun berikutnya, yang mana harapan ini disampaikan kepada Bahatara Tihang Langit (Tuhan Alam Semesta) Pelaksana ritual sebelum melaksanakan ritualnya membakar kemenyan, dumarin (kumpulan bermacam- macam getah kayu wangi yang dikumpulkan oleh kelulut) dan dupa kulit kayu serta mngunyah jerango kemudian membacakan doa ritual dan menyampaikan bahwa ritual ini tetap dilaksanakan, dipuja dianggau (dipelihara) oleh yang punya turunan ritual tihang bakambang ini. Dalam tata laksana ritual tihang bakambang bisa dilaksanakan dengan dua cara yaitu; 1. Duduk membacakan mantera atau doa mengahadap sesaji yang telah tersusun sesuai tempat dan prosesi ritual sampai berakhir tanpa iringan musik. 2. Juga duduk, namun hanya beberapa menit saja, kemudian untuk kegiatan inti ritual, pelaksana ritual yang biasa disebut Sandaran ini berdiri kemudian menari mengelilingi sesaji dan segala perlengkapan ritual aruh tihang bakambang baik didalam balai aruh hingga ke pelataran balai untuk menyaru (mengundang) keramat putir tihang layar yang disebut secara umum tihang bakambang dengan iringan musik. Dan membawa sesaji untuk dipersembahkan atau diberitahukan kepada Bahatara Tihang Langit Setelah prosesi ini selesai maka sandaran menyampaikan kepada puhun (yang punya hajat) bahwa hasil panen sudah Siwah Wanang (resmi boleh dimakan). Nilai-nilai Nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaan ritual ini adalah kesabaran hati , jiwa, erasa syukur, terhindar dari segala penyakit, baik lahir maupun batin, Serta semangat kebersamaan dan gotong royong. Dalam ritual Tihang bakambang yang mengandung nilai-nilai tertentu, yaitu antara lain. · Beras putih bersih, melambangkan citra rezeki dan pehidupan karena beras makanan pokok. · Dodol merah melambangkan semangat dan darah sedang Dodol putih melambangkan pikiran yang suci bersih · Air sebagai simbol pembersih diri, penyejuk, kemanapun kita berada supaya mengikuti sifat air supaya tidak sombong mengikuti arus tapi di mana air tetap air dan tetap pada pendirian juga bisa menolong yang lain.

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020

Komunitas Karya Budaya

Masyarakat Dayak Meratus

Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan

0

-

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020

Maestro Karya Budaya

Tiye

Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan

0

-

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020
   Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047