UPACARA ADAT PUNAN
NIVA DURU
Jenis upacara adat suku punan ada banyak. Masing – masing dari pada upacara adat mempunyai kegunaan tata cara yang berbeda-beda tergantung jenis upacara itu sendiri. Upacara adat punan hingga saat ini ada yang tetap dilestarikan dan ada yang sudah punah oleh perkembangan dan perubahan sosial masyarakat punan itu sendiri serta perubahan jaman yang sudah berbeda dari sebelumnya.
Salah satu upacara adat suku punan yang masih ada yaitu “NIVA DURU” upacara adat ini pada jaman dahulu dikenal oleh masyarakat punan secara luas karena “DURU” dikenal oleh masyarakat punan adalah sang pencipta (Tuhan) namun sekarang upacara adat ini hanya sedikit masyarakat punan yang masih menggunakannya dikarenakan dari sisi ajaran agama yang berkembang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab atau sejenisnya, namun pada prinsifnya bahwa sebelum adanya ajaran agama masuk dalam komunitas suku punan sebenarnya suku punan sudah lebih dahulu mengenal adanya sang pencipta atau Tuhan yang di praktikkan dalam kehidupan orang punan setiap hari. Hanya saja prakteknya berbeda dengan ajaran agama yang dianut sekarang ini.
Upacara adat Punan “NIVA DURU” bila diartikan kata perkata maka artinya “NIVA” yaitu Memanggil, Mengajak, Memohon sedangkan “DURU” merupakan oknum yang memiliki Kuasa, Kekuatan derajat yang tinggi atau mulia, atau yang memberi kehidupan secara sempurna. Jika diurutkan berdasarkan tingkatannya maka oknum – oknum atau roh yang dipercaya dan diyakini oleh orang punan yakni
1. Duru : adalah Oknum /Roh yang tertinggi dan mulia
(Tuhan sang pencipta)
2. Belalin : adalah Oknum/Roh yang melindungi
3. Uku Korip : adalah Oknum/Roh yang memberi dan memelihara
Kehidupan
4. Uku Pata : adalah Oknum/Roh yang memberi kesehatan dan
kesembuhan
5. Bio : adalah Oknum /Roh yang memberi petunjuk bagi
kehidupan.
Dari kelima oknum di atas memiliki peran masing-masing yang dipercaya dan diyakini oleh masyarakat suku punan. Konteks upacara adat “Niva Duru” pada saat sekarang menurut pandangan masyarakat punan adalah merupakan do’a dan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehidupan, mewujudkan nilai-nilai Luhur budaya yang menjunjung tinggi kemajemukan dalam masyarakat keberhasilan pembangunan di desa oleh pemerintah secara tak terbatas, perubahan paradigma dan pola pikir dalam masyarakat punan masa sekarang, apresiasi terhadap pencapaian dan keberhasilan dalam segala bidang serta do’a masyarakat suku Punan terhadap perencanaan atau program lebih luas kedepan.
Upacara adat suku Punan “NIVA DURU” diawali dengan sosialisasi, maksud dan tujuan upacara adat kepada masyarakat melalui rapat, diskusi hingga adanya keputusan yang ditindaklanjuti dengan adanya program dan waktu yang disepakati dengan membuat Tebuku ( penggalangan bagi orang punan berupa rotan yang diikat, jika ditentukan 5 hari maka ikatan rotan pun harus 5 ikatan dan dibuka setiap hari sampai habis), tujuannya adalah sebagai ketetapan waktu atau undangan bagi masyarakat punan untuk hadir dalam kegiatan atau perkumpulan yang telah ditetapkan, hal ini menjadi tanggungjawab tokoh dan tetua adat yang dianggap lebih bertanggung jawab terhadap kesuksesan acara.
Proses upacara adat “Niva Duru” dilakoni oleh aktor atau eksekutor (Pe Nebara) adalah para tokoh-tokoh orang punan yang memiliki keahlian dan pengaruh yang besar dalam masyarakat kisaran 3 sampai 5 orang dan dibantu oleh masyarakat baik kaum pria maupun wanita yang ditunjuk untuk membantu dan mengiringi proses upacara adat. Peserta upacara adat tak terbatas jumlahnya, sedangkan peralatan upacara adat yang diperlukan atau disiapkan antara lain :
1. Tugu Ulin : Tiang Ulin sebagai media turunnya “DURU”
2. Lalau : Tiang bambu yang mengelilingi Tugu Ulin sebagai
media pelengkap
3. Uruh Pengih : Kayu yang di raut sedemikian rupa sebagai tempat
sesaji
4. Ubuh : Daun silat yang dianyam sebagai aksesoris
5. Ugen : Parang
6. Telu You : Telur ayam sebagai sesaji
7. Utok You : Kepala ayam yang ditusuk dengan kayu untuk
sesaji
8. Tuh You : Daging ayam yang dibuat menyerupai Sapa untuk
sesaji
9. Ndu Pengei : Permentasi ragi dari beras (minuman tradisional)
10. Burak : Fermentasi ragi dan ubi (Tapai)
11. Umbang Bulu : Potongan bambu yang menyerupai gelas wadah
tapai
12. Tarik Pun : Tarian pesta tarian (Tarian Cak Cadu Kokoi)
13. Ngeledu/Ketuya : Orang yang menyanyi dengan bahasa khas Ketuya
Punan
14. Lagah Lunjung : Tempat duduk yang terbuat dari batang kayu
secara sejajar
15. Musik Gong : Sebagai pengiring
16. Properti Penari : Alat-alat yang khas digunakan sehari-hari
Tebara atau Nebara dilakukan oleh orang tua atau tokoh masyarakat Punan yang memiliki keahlian dan pengaruh yang besar dalam masyarakat secara bergantian hingga selesai. ( Kata-kata tebara akan disiapkan dalam bahasa punan dan terjemahan bahasa Indonesia pada saat acara dilaksanakan).
Diakhir kegiatan upacara adat “NIVA DURU” diiringi dengan tarian khas suku punan yaitu tarian Cak Cadu Kokoi tarian bersama untuk mengitari tugu “ NIVA DURU” yang menjadi titik pusat kegiatan dan tarian lain yang sudah dipersiapkan.
Oknum DURU sebagai oknum tertinggi yang dipercaya oleh masyarakat Punan memiliki pengaruh besar terhadap segala sesuatu yang dikerjakan oleh masyarakat Punan. Berbeda dengan Bio yang dipercaya sebagai petunjuk bagi kehidupan sehingga apa yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik seperti mencari lokasi yang tempat untuk pemukiman. Pelaksanaan Niva Duru dilaksanakan pada setiap upacara adat yang dilaksanakan masyarakat termasuk pada saat untuk bercocok tanam dan kegiatan-kegiatan masyarakat lainnya. Durasi waktu pelaksanaan dapat dilaksanakan tergantung dari lamanya membaca doa dan prosesi acara Niva Duru oleh Lakin Tukung (kepala Kampung) pemimipin upacara adat dan seorang Lakin Tukung dibantu oleh beberapa orang anak buah atau biasa di sebut dengan nama Panyen atau Nak Panyen.
Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 15-12-2020
© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya