Baju Kurung Basiba

Tahun
2020
Nomor Registrasi
202001100
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Sumatra Barat
Responsive image

Baju kuruang basiba merupakan pakaian adat khas perempuan Minangkabau di Sumatera Barat. Kekhasan itu dapat dilihat pada bentuknya yang longgar atau lapang yang panjangnya sampai ke batas lutut, mempunyai siba, kikik pada ketiak, lengannya panjang sampai ke pergelangan tangan, leher tanpa kerah dan bagian depan sedikit dibelah sebatas dada. Baju ini hampir selalu dipakai dalam kehidupan keseharian perempuan minang ataupun dalam upacara-upacara adat tradisional Minangkabau.

 

Baju kuruang adalah baju yang sifatnya mengurung atau menutup anggota badan seperti tangan, dada, paha dan kaki. Besarnya lengan baju untuk memudahkan Si pemakai ketika mengambil air wudu atau akan melakukan pekerjaan sehari-hari. Dalam hal ini baju kuruang basiba berfungsi religius yang melambangkan pemakainya wanita yang taat melaksanakan ajaran agama Islam.

 

Bagi masyarakat Minangkabau yang memiliki falsafah hidup Adat Basandi Syara Syara Basandi Kitabullah, maka pakaian harus menutup aurat. Secara historis sebelum masuk ajaran Islam di Minangkabau, pakaian yang dikenakan oleh perempuan Minangkabau terlihat seperti pakaian Jawa dan Bali yang dikenal dengan sebutan kemben. Namun kemudian, bentuk pakaian perempuan Minangkabau mengalami perubahan semenjak masa Paderi 1803 (Pembaruan Islam I) akibat adanya akulturasi dengan bangsa India, Timur Tengah, Cina dan Melayu. Bentuk-bentuk pakaian pada masa itu berbentuk jubah, kerudung dan cadar. Barulah pada fase kedua, dikenal sebagai masa Pembaharuan Islam Awal abad ke-20 yang ditandai dengan kepulangan tokoh Islam antara lain Syekh Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul), Syekh Jamil jambek, H. Abdullah Ahmad, dan Syekh Muhammad Taher. Para tokoh ini kemudian mengembangkan paham pembaharuan yang berbeda dengan abad ke-19. Pada awal abad ke-20 pakaian Islam berubah menjadi pakaian baju kurung dengan penutup kepala. Model abad ke 20, hampir sama bentuknya dengan pakaian perempuan Minangkabau yang berkembang sekitar tahun 1682. Namun, munculnya baju kurung basiba yang dipopulerkan oleh  Perguruan  Rahmah, tidak lagi mengikuti model Paderi abad ke-19. Bedanya dengan kedatangan Islam pertama  yang dipengaruhi oleh pakaian dari Cina yang biasanya dibuat pendek kini diperpanjang sampai kebawah panggul.

 

Sebagai masyarakat yang memegang falsafah Adat Basandi Syara Syara Basandi Kitabullah, maka baju kurung basibasalah satu bentuk perwujudannya. Hal ini dikarenakan baju ini menutup aurat dan longgar. Pakaian ini dikenakan lengkap dengan tingkuluak dan kain jao. Tidak semata-mata longgar melainkan memiliki makna yang sangat terkait dengan kebudayaan Minangkabau.


Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 05-11-2020

Komunitas Karya Budaya

Silungkang dan Pandai Sikek

Jalan Jenderal Sudirman No. 5 A Kampung Jao Kec. Padang Barat Kota Padang

075122101

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 05-11-2020

Maestro Karya Budaya

Puti Reno Raudha Thaib

Jalan Gelugur H2 Wisma Indah II Lapai Padang

08126746590

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 05-11-2020
   Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 05-11-2020

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047