Pacu Itiak

Tahun
2020
Nomor Registrasi
202001105
Domain
Tradisi dan Ekspresi Lisan
Provinsi
Sumatra Barat
Responsive image

Tradisi Pacu Itiak salah satu tradisi yang digemari oleh masyarakat di Kota Payakumbuh. Tradisi ini menimbulkan semacam pembelajaran nilai nilai budaya contohnya nilai kejujuran, patriotisme, persaingan, harmonis, kerjasama dan hiburan. Pacu Itiak ini terdapat di Kelurahan Aur Kuning, Kecamatan Payakumbuh Selatan, Kota Payakumbuh dan Sikabu-Kabu Lima Puluh Kota.

 

Tradisi Pacu Itiak di Payakumbuh mulai ada sejak tahun 1926 ada orang Sicincin bernama Burakan, dia mempunyai Itiak, dia beternak Itiak. Jadi suatu waktu Itiak ini ada yang. Ketika kawanan Itiak ini berjalan, Itiak yang bisa terbang ini tinggal lalu dia terbang. Lalu Burakan memperhatikan Itiak ini sehari, dua hari tetap terbang. Jadi Burakan heran kenapa Itiak ini bisa terbang, sedangkan Itiak ini adalah Itiak petelur. Kemudian Burakan ini bercerita dengan temannya di warung tetapi orang tidak ada yang percaya. Lalu Burakan mengatakan kalau kamu tidak percaya lihatlah besok. Sudah dilihat oleh temannya ternyata Itiak tersebut bisa terbang. Lalu temanya mencoba mengambil Itiak yang lain. Lalu ia coba menerbangkannya tetapi tidak bisa terbang. Kemudian dia lihat perbedaan antara Itiak yang bisa terbang tadi dengan Itiak yang tidak bisa terbang. Kemudian ditemukan ciri khas Itiak yang bisa terbang itu. 

 

Beberapa tahun kemudian datanglah ide dari Burakan untuk diadakannya pacu itiak. Awalnya di adakan di tengah sawah. Tetapi pada akhirnya oleh Burakan dibawalah Itiak ini terbang ke jalan raya. Dan pada akhirnya Itiak yang di latih ini bisa terbang sesuai lintasan. Kemudian pada tahun 1928 diadakanlah pacu itiak ini disetiap acara seperti alek nagari (pesta rakyat), batagak rumah gadang (mendirikan rumah adat), dan baralek (pesta pernikahan). Pada tahun 1958-1960 kegiatan Pacu Itiak sempat terhenti karena terjadi pergolakan di dalam negeri. Namun demikian pada tahun 1960 pacu itiak mulai di gelar kembali di nagari-nagari sampai saat ini. Saat sekarang ini pertunjukan pacu itiak juga ditampilkan untuk menyambut tamu-tamu penting dalam acara-acara tertentu, seperti menyambut tamu kehormatan, HUT Kota Payakumbuh, HUT Bayangkara di MAPOLRESTA Payakumbuh. Disamping itu, pacu itiak juga diselenggarakan di Festival Kemilau Lembah Harau di Kabupaten Lima Puluah Kota, Tour de Singkarak, Festival PEDATI di Kota Bukittinggi, Ulang Tahun Kota Solok, serta Pekan Budaya di Kota Padang (Fardila, 2018). 

 

Lomba Pacu Itiak dilakukan dilintasan terpanjang adalah sepanjang 1600 m. Peseta lomba melepaskan itiak pada tItiak awal lomba, kemudian itiak terbang menuju garis finis. Di garis finish sudah ada juri yang menentukan itiak yang akan keluar sebagai juara berdasarkan itiak yang lebih dahulu mencapai garis finish. Dalam perlombaan pacu itiak terdapat beberapa kelas mulai dari kelas dengan jarak 800 meter, 1.000 meter, 1.200 meter, dan 1.600 meter (terbang boko). Dimana setiap kelas memiliki acuan yang berbeda untuk menjadi pemenang. Dalam kelas jarak 800 meter setiap gelanggang wajib mengikutsertakan menimal 25 ekor Itiak setiap kali perlombaan. Jika kurang dari 25 ekor maka   gelanggang tersebut harus membayar denda pada gelanggang yang mengadakan perlombaan (Fardila, 2018).

 

Hal yang membuat pacu itiak ini unik adalah Itiak yang digunakan  bukanlah sembarang Itiak, melainkan Itiak pilihan. Karena tidak semua Itiak dapat  terbang untuk kategori ini, Itiak yang dipilih harus mempunyai warna kaki yang sama hitam atau kuning, memiliki sisik kecil diujung jari tengah, memiliki jumlah gigi yang ganjil, memiliki sayap yang panjang yang mengarah keatas menjadi persyaratan utama yang tak bisa diabaikan. Itiak yang dijadikan sebagai Itiak terbang yaitu jenis Itiak sawah atau Itiak kampung yang banyak dipelihara masyarakat untuk petelur dan pedaging. Biasanya Itiak yang dipilih adalah Itiak yang digembalakan di tengah sawah kerena mempunyai fisik yang lebih kuat dibanding Itiak yang dikurung atau tidak pernah digembalakan.

 

Jika sudah menemukan Itiak dengan ciri-ciri tersebut maka Itiak itu akan di pisahkan dari kelompoknya dan dikurung di dalam kadang dalam kurung waktu 3- 4 bulan. Dalam proses tersebut Itiak selalu dilatih dan dimandikan setiap hari supaya badan Itiak ringan pada saat diterbangkan. Tidak hanya itu Itiak juga diberikan makanan yang khusus yaitu padi kering yang dicampur dengan telur Itiak yang sudah dikeringkan terlebih dahulu. Serta juga diberikan air untuk minumnya (Fardila, 2018), (Nurman, 2018).

 

Pacu Itiak ini merupakan ciri khas Kota Payakumbuh dan Kabupaten 50 Kota. Di pemerintahan daerah ini dibentuk satu wadah untuk membina dan melestarikan budaya ini, yaitu PORTI (Persatuan Olah Raga Terbang Itiak) atau sering disebut dengan pengurus Reind Bond (nama yang diberikan Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten 50 Kota dan Kota Payakumbuh). PORTI Kabupaten 50 Kota membawahi beberapa galanggang Pacu Itiak. Sedangkan Bupati Kabupaten 50 Kota dalam lembaga tersebut sebagai Payung Panji (Pelindung) organisasi PORTI. Sebagai permainan rakyat, Pacu Itiak ini ikut berperan dalam memperkaya budaya nasional dan juga dijadikan oleh pemerintah daerah sebagai sarana promosi daerah untuk menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara melalui kerja sama dengan agen travel yang ada di Kota Payakumbuh dan Kabupaten 50 Kota serta juga sebagai ajang silaturahmi bagi masyarakat setempat.  


Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 05-11-2020

Komunitas Karya Budaya

Andes Putra

Aua Kuniang Kota Payakumbuh

081374161979

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 05-11-2020

Maestro Karya Budaya

Andes Putra

Aua Kuniang Kota Payakumbuh

081374161979

Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 05-11-2020
   Disetujui Oleh Mochtar Hidayat Pada Tanggal 05-11-2020

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047