Dukutan

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101290
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Jawa Tengah
Responsive image

 

Dukuh Nglurah yang masuk dalam kelurahan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar terletak di lereng Gunung Lawu pada ketinggian ± 3000 m di atas permukaan laut.

Wilayah Dukuh Nglurah , terbagi menjadi dua bagian, yaitu desa bagian utara dan desa bagian selatan. Nglurah bagian utara adalah RW 10 dan Nglurah bagian selatan adalah RW 11. Antara kedua wilayah di batasi oleh sebuah sungai yang memanjang dari Timur ke Barat.

Di Dukuh Nglurah, terdapat suatu tradisi upacara bersih desa yang bernama Dukutan. Tradisi ini merupakan kegiatan rutin yang sudah lama dilakukan oleh warga Dukuh Nglurah . Kata Dukutan berasal dari kata Dukut, merupakan salah satu nama dari wuku Jawa yang berjumlah 28. Dukutan dilaksanakan tiap 6 lapan (1 lapan = 35 hari) atau 7 bulan sekali, tepatnya pada hari Selasa Kliwon wuku Dukut. Nama wuku ini, dipercaya diambil dari nama anak seorang tokoh bernama Dewi Shinta yang kawin dengan anaknya sendiri yang bernama Watugunung. Cerita ini merupakan cerita versi Airlangga karena Candi Menggung yang berada di Dukuh Nglurah  merupakan rangkaian dari Candi Sukuh dan Candi Cetha yang didirikan pada masa Airlangga. Candi Menggung sendiri diyakini sebagai tempat persembunyian Airlangga saat melarikan diri ke Wanagiri beserta pengikutnya.

Meskipun pengaruh luar yang masuk ke Dukuh Nglurah tidak bisa dibendung, namun mitos-mitos yang ada masih saja melekat kuat dan dipercaya oleh warga setempat meski ada beberapa mitos yang sudah tidak berlaku lagi. Misalnya saja dalam proses pembuatan sesaji. Warga Dukuh Nglurah  masih percaya dan patuh dalam pembuatan sesaji karena bila dilanggar, maka bisa menimbulkan bencana bagi dirinya atau keluarganya, bahkan bagi desanya.

Dalam hal penanaman padi, tampaknya warga Dukuh Nglurah  sudah mulai mengerti apa sebenarnya yang menyebabkan kegagalan bila mereka menanam padi, yaitu karena faktor iklim yang tidak memungkinkan dilakukannya penanaman padi. Sebelumnya, mereka beranggapan bahwa bila menanam padi mereka akan mendapat bencana karena padi bukanlah makan pokok Airlangga.

Upacara Dukutan atau bersih desa yang dilakukan warga Dukuh Nglurah  sampai sekarang masih terus dilakukan meskipun arus modernitas terus masuk yang dalam kenyataannya telah berhasil mengikis beberapa mitos-mitos. Namun , inti dari tujuan diadakannya upacara tradisi tersebut tetap kuat tertanam di dalam keyakinan warga Dukuh Nglurah  karena pada dasarnya pelaksanaan tradisi ini adalah sebagai wujud ungkapan rasa syukur warga terhadap Yang Maha Kuasa atas karunia yang dilimpahkan kepada mereka.

Tradis bersih desa Dukutan merupakan tradisi yang telah terun temurun, merupakan kebudayaan petani kebun yang dilakukan oleh masyarakat Dukuh Nglurah , dengan tujuan mengadakan keselamatan agar masyarakat tersebut terbebas, hidup tenang terhindar dari pengaruh gangguan alam supranatural.

Adapun tahapan- tahapan pelaksanaan Dukutan adalah, pada hari Minggu warga khususnya kaum pria bergotong-royong membersihkan Punden Situs Candi Menggung tempat dilaksanakaannya upacara Dukutan, sedangkan kaum wanita/ ibu-ibu mencuci peralatan atau perabotan yang akan digunakan untuk memasak sesaji yang terbuat dari hasil bumi yang ditanam masyarakat sekitar dan gandhik yang terbuat dari jagung sebagai  wujud syukur kepada yang maha kuasa.

Sesaji berbentuk tumpeng berbahan jagung yang dilengkapi dengan botok, bongko, gudangan (urap) dan sayur ares berbahan palawija dan buah pisang, singkong. Sesaji tersebut  ditaruh diatas daun pisang berbentuk persegi. Di Situs Menggung Dukuh Nglurah  ini ada dua tokoh yang dipercaya  masyarakat setempat yakni Kiai Menggung yang merupakan tokoh di Nglurah Lor  dan Nyai Roso Putih yang merupakan tokoh di Nglurah Kidul. Pada waktu itu antara kedua daerah tersebut  sering terjadi konflik antarwarga. Selanjutnya kedua tokoh tersebut  bersabda, sampai besok ramainya zaman, disuruh membuat sesaji yang terbuat dari jagung, baik itu berupa tumpeng dari jagung atau gandik dari jagung.

 

Pada hari Senin, sesaji dibawa warga ke Punden Situs Candi Menggung untuk didoakan pada malam harinya. Puncak acara adalah keesokan harinya yaitu pada hari Selasa Kliwon  pagi dimana  sesaji dibawa berkeliling situs sebanyak tiga kali sembari ditawur (sebar) di sekitar situs. tradisi ini sudah turun temurun dilakukan masyarakat Dukuh Nglurah  sebagai simbol kerukunan. Tawur agung ini menjadi daya tarik wisata bagi masyarakat sekitar Dukuh Nglurah .

          Upacara Dukutan memiliki fungsi religius yang terlihat dengan dibacakannya doa - doa oleh Tokoh Masyarakat terhadap sesaji dari warga dan fungsi kekerabatan. Nilai yang terkandung dalam Upacara Dukutan adalah nilai kerukunan/ kegotongroyongan yang tampak dari masyarakat bergotong-royong membersihkan tempat yang digunakan untuk meletakkan sesaji dan tawur agung, nilai penghargaan yang tinggi terhadap leluhur dengan terus dilakukan/ dilestarikannya Upacara Dukiutan sampai sekarang. Selain hal tersebut, Upacara Dukutan memiliki makna budaya sebagai ungkapan rasa syukur warga Dukuh Nglurah kepada Tuhan karena hasil panen yang melimpah dan terhindar dari bahaya serta kerukunan antar warga.


Disetujui Oleh Shakti Adhima Putra Pada Tanggal 19-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Mbah Ridin / Widodo

Desa Nglurah Kalurahan Tawangmangu Kec. Tawangmangu Kab. Karanganyar

08156705553

-

Jiyo Prapto Wiyono

Desa Nglurah RT 01 RW XI Kalurahan Tawangmangu Kec. Tawangmangu Kab. Karanganyar

087836676944

-

Disetujui Oleh Shakti Adhima Putra Pada Tanggal 19-01-2022

Maestro Karya Budaya

Mbah Ridin / Widodo

Desa Nglurah Kalurahan Tawangmangu Kec. Tawangmangu Kab. Karanganyar

08156705553

-

Jiyo Prapto Wiyono

Desa Nglurah RT 01 RW XI Kalurahan Tawangmangu Kec. Tawangmangu Kab. Karanganyar

087836676944

-

Disetujui Oleh Shakti Adhima Putra Pada Tanggal 19-01-2022
   Disetujui Oleh Shakti Adhima Putra Pada Tanggal 19-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047