Mondhosio Pancot

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101292
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Jawa Tengah
Responsive image

Mondhosio adalah nama salah satu di urutan ke-14 dari 30 wuku berdasarkan kalender Jawa. Nama-nama wuku yang dikenal masyarakat Jawa, dimulai dari wuku Sinta, kemudian Landep, Wukir, Kurantil, Tolu, Gumbreg, Warigalit, Wariagung, Julungwangi, Sungsang, Galungan, Kuningan, Langkir, Mondhosio, Julungpujut, Pahang, Kuruwelut, Marekeh, Tambir, Medhangkungan, Maktal, Wuye, Manahil, Prangbakat, Bala, Wulu, Wayang, Kulawu, Dhukut, dan terakhir Watugunung.

Wuku-wuku yang dalam kalender berlangsung selama tujuh hari tersebut, dipercaya masyarakat Jawa tradisional berpengaruh terhadap watak seseorang sesuai dengan wukunya, namun, bagi masyarakat Dusun Pancot, Desa Kalisoro, di kawasan objek wisata Tawangmangu, wuku Mondhosio memiliki makna sangat khusus yaitu sebuah tradisi "bersih desa" yang dilakukan masyarakat setempat setiap tujuh bulan sekali. Makna bersih Desa dalam pembahasan ini adalah membersihkan desa dari gangguan roh-roh leluhur. Mereka percaya roh-roh leluhur akan murka mengancam ketentraman hidup masyarakat jika tidak dipenuhi permintaannya.

Tradisi upacara bersih desa Mondhosio merupakan kegiatan warisan leluhur yang ada sejak masa Hindu Budha dan masih dilestarikan hingga kini. Acara ini menjadi menarik dengan adanya tradisi lempar ayam yang syarat makna. Meski terkesan klenik, karena memuat sejumlah sesajen yang dimunculkan, tapi di dalamnya ada istilah nazdar. Hal ini menunjukkan bahwa ada nuansa islami di dalamnya.

 Tradisi mondhosio yang di satu sisi menampilkan upacara sesaji kepada roh (dayang) desa setempat, namun di sisi lain ada nuansa islami yang muncul di sana. Nuansa islami itu ditunjukkan dengan ungkapan nadzar, dan simbol-simbol lain seperti sedekah dan do’a-do’a kebaikan. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi mondhosio yang telah ada sejak lama mengalami akulturasi dengan perkembangan zaman dan melampaui keyakinan kejawen yang mereka miliki. Sementara di dalam pelaksanaan kegiatan ini banyak sekali kearifan-kearifan yang dapat ditemukan, misalnya tentang sopan santun, menjunjung tinggi adab dan perilaku terpuji, kegotongroyongan dan lain sebagainya. Sehingga tradisi semacam ini perlu terus digali sebagai salah satu kekayaan Indonesia untuk dikenal dan dilestarikan, sebagai cerminan budaya bangsa yang. majemuk

Prosesi bersih desa Mondhosio dimulai dua hari sebelum Selasa Kliwon yaitu pada Mingggu Pon. Pada hari itu warga masyarakat Dusun Pancot akan mengumpulkan beras untuk diolah menjadi gandhik dan juga masakan jenis lainnya sebagai pelengkap sesaji. Prosesi berlanjut pada keesokan harinya yaitu pada Senin Wage dimana pemberitahuan dilakukan dengan memukul bende pada malam harinya. Pada hari H yaitu Selasa Kliwon kegiatan dimulai pada pagi hari. Tradisi Mondhosio diawali dengan penyembelihan kambing dan ayam di punden Bale Patokan sekitar jam 7.00 WIB. Upacara berlanjut pada pukul 10.00 WIB saat sesaji disiapkan di punden dan berlanjut pada pukul 13.00 WIB dimana gending Manyar Sewu mulai diperdengarkan. Puncak acara berupa lempar ayam dimulai pukul 4 sore. Sebelum acara dimulai, disajikan hiburan tradisional reog oleh warga setempat baik anak-anak maupun pemuda di sekitar Bale Patokan. Sebelumnya juga dilakukan penyiraman air badek atau tape yang difermentasi sekitar tujuh bulan sebelumya di Batu Gilang yang menurut mitos yang dipercaya masyarakat secara turun-temurun dahulu adalah tempat matinya Prabu Baka ditangan Putut Tetuko. Meninggalnya Prabu Baka diperingati sebagai hari lahirnya dusun Pancot tempat Upacara Tradisional Mondhosio. Prabu Baka adalah seorang raja kanibal yang suka memakan satu persatu rakyatnya setiap Selasa Kliwon. Sebagai ungkapan syukur masyarakat setempat dan agar terhindar dari bencana serta untuk memperingati hari lahir Dusun Pancot, pada hari Selasa Kliwon Wuku Mondhosio dilaksanakan upacara tradisional Mondhosio.

Generasi muda ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan Mondhosio. Mereka terlibat dalam kepanitiaan, ikut menjaga dan mengamankan pelaksanaan Mondhosio, bertanggungjawab terhadap kebersihan lingkungan dari awal sampai selesai acara, ikut dalam kesenian/ tampilan reog,  mendokumentasikan acara dan mempromosikan  Mondhosio melalui media online serta membuat leaflet dan spanduk yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung menyaksikan acara, sehingga acara bersih desa  Mondhosio dapat terus berlangsung hingga sekarang.

Mondhosio memiliki  fungsi religius yang terlihat dengan dibacakannya doa-doa oleh Tokoh Masyarakat terhadap sesaji  dari warga.Nilai yang terkandung dalam Mondhosio adalah nilai kerukunan/ kegotongroyongan yang tampak dari masyarakat  bergotong-royong mengumpulkan beras untuk dibuat gandhik, gotong royong membersihkan tempat yang digunakan untuk meletakkan sesaji dan lempar ayam, nilai penghargaan dan penghormatan yang tinggi terhadap leluhur dengan terus dilakukan/ dilestarikannya  Mondhosio sampai sekarang. Selain hal tersebut, Mondhosio memiliki  makna budaya sebagai ungkapan rasa syukur warga Dukuh Nglurah kepada  Tuhan karena hasil panen yang melimpah dan terhindar dari bahaya/ penyakit.


Disetujui Oleh Shakti Adhima Putra Pada Tanggal 19-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Sulardiyanto

Pancot Kalisoro Tawangmangu

082135560067

-

Santoso

Pancot Kalisoro Tawangmangu

081475514228

-

Disetujui Oleh Shakti Adhima Putra Pada Tanggal 19-01-2022

Maestro Karya Budaya

Santoso

Pancot Kalisoro Tawangmangu

81475514227

-

Disetujui Oleh Shakti Adhima Putra Pada Tanggal 19-01-2022
   Disetujui Oleh Shakti Adhima Putra Pada Tanggal 19-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047