Timlo Solo

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101294
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Jawa Tengah
Responsive image

Sejarawan Kota Surakarta, Heri Priyatmoko menuturkan bahwasanya makanan timlo berasal dari Cina. Secara penamaan sebetulnya berasal dari kata kimlo, yang artinya adalah sebuah penganan sup dengan beberapa adonan lauk di dalamnya. Keberadaan timlo di Indonesia telah ada sejak sebelum Indonesia merdeka. Buktinya dengan adanya buku resep masak Poetri Dapoer yang mencatat mengenai cara penyajian dan bahan masakan timlo. Masyarakat di Solo banyak yang mempelajari tata cara memasak timlo hingga akhirnya menjadikan makanan tersebut ciri khas kota Solo.

Ketika masih bernama kimlo, masyarakat ketika itu cukup kesulitan menyebut namanya. Namun seiring waktu huruf K pada Kimlo berubah menjadi T sehingga disebutlah Timlo. Pada awal eksistensinya di zaman kolonial, para pedagang Cina di Solo memperkenalkan Timlo dengan daging babi sebagai bahan dasar utama. Namun seiring perkembangannya masakan timlo tidak hanya dikonsumsi oleh warga China saja, bahan dan adonan masakan pun diubah dan disesuaikan. Timlo kemudian disajikan memakai telur dan daging ayam. Maka masyarakat muslim di Solo sudah tidak lagi khawatir mengonsumsinya. Bahkan, kini, semua timlo yang dijual di Solo, seluruhnya telah berstatus sebagai makanan halal, karena memakai daging ayam dan telur ayam sebagai bahan utama.

Eksistensi timlo Solo sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka, di zaman kolonial Belanda abad 19, masyarakat telah mengkonsumsi kimlo atau yang saat ini dikenal dengan nama timlo. Dalam buku Indrukken van een totok yang ditulis oleh Justus van Maurik, disebutkan harga semangkok 'kimlo' hanyalah beberapa sen saja. Para pedagang China yang menjualnya. Para pedagang Cina sebagian besar menjualnya dengan menggunakan pikulan dan berkeliling di sekitar wilayah Surakarta. Sedangkan para pembelinya makan sambil berjongkok, sembari berbincang dengan para pedagang.

Masakan timlo memiliki keunikan karena sanggup bertahan setelah sekian abad dan tetap diminati masyarakat. Meski kini menjadi salah satu identitas Kota Solo, tapi sejarah perjalanan timlo tak seindah cerita pada jaman sekarang. Pada zaman kolonial, timlo bahkan dianggap tidak 'layak' dalam sajian makanan khas pembesar Keraton Surakarta. Timlo juga mengalami 'tekanan' di masa orde baru. Makanan ini dianggap sebagai makanan khas orang Tionghoa, sementara pada saat itu mayoritas orang Tionghoa kerap mendapat intimidasi dan stereotype jelek.

Timlo Solo merupakan makanan hasil karya masyarakat Tionghoa di Indonesia yang sedikit berbeda dengan masakan nusantara lainnya. Perbedaannya terletak pada komposisi rempah yang lebih sedikit dibanding makanan lokal lainnya. Hal ini merupakan pengaruh dari kondisi masyarakat Tionghoa yang tidak mengenal banyak rempah dikarenakan kondisi geografisnya yang tidak mendukung. Dengan segala keterbatasan tersebut menjadikan timlo yang sebelumnya kimlo menjadi unik dan menarik perhatian masyarakat Surakarta kala itu untuk mencoba.

Saat ini olahan timlo telah berkembang dengan variasi komposisi seperti irisan ati ampela ayam, irisan dadar gulung, irisan sosis solo, bihun dan suwiran ayam goreng.

Untuk membuat timlo perlu disiapkan beberapa hal antara lain :

     2 butir telur bacem rebus (bisa gunakan telur rebus biasa), potong

     250 gram daging ayam

     2 buah kentang, rebus dan potong

     3 buah sosis sapi ukuran besar, rebus dan potong

     1 sendok makan bawang goring

     2 buah wortel, rebus dan potong

     1 siung bawang putih

     1 liter air

     1 sendok makan kecap bango

     2 butir bawang merah

     kecap asin secukupnya

     1/4 sendok makan garam

     bihun secukupnya

     1/4 sendok makan merica

     irisan daun seledri secukupnya

     1 helai irisan daun bawang secukupnya

Cara Pembuatan :

1.   Daging ayam yang akan digunakan sebelumnya dibersihkan dan direbus hingga empuk dan matang, lalu kuahnya bisa digunakan sebagai kaldu penyedap.

2.   Daging ayam dicincang dengan ukuran sesuai selera. 

3.   Bawang merah, bawang putih, garam hingga merica dihaluskan dan ditumis sampai menimbulkan aroma harum. 

4.   Masukkan potongan ayam ke dalam bahan yang telah ditumis dan tambahkan sedikit garam, kecap manis dan kecap asin hingga matang. 

5.   Bahan lain seperti wortel, kentang, sosis, bihun dan seledri semuanya direbus hingga matang. 

6.   Setelah direbus bahan-bahan di atas mulai disajikan dan ditata rapi sesuai selera. 

7.   Terakhir, tuangkan kuah hasil tumisan dan rebusan kaldu ayam ke dalam mangkok rebusan. 

8.   Sajikan selagi hangat, maka aroma dan rasa akan meresap sangat kuat.


Disetujui Oleh Shakti Adhima Putra Pada Tanggal 19-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Timlo Khas Solo

Solo Grand Mall, Jl. Slamet Riyadi No.271, Penumping, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah

087036131441

-

Timlo Kratonan

Jl. Yos Sudarso No.229, Gajahan, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah

0271655328

-

Timlo Pak Sur Pasar Gede

Jl. Suryopranoto, Kepatihan Wetan, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah

08179464518

-

Dapur Timlo

Jl. Moh. Husni Thamrin No.14, Manahan, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah

08570237305

-

Timlo Solo Restaurant

Jl. Jend. UripSumoharjo No.94, Purwodiningratan, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah

0271646180

-

Timlo Sastro Solo

Jl. Abdul Muis No.32A, Kepatihan Kulon, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah

0271654820

-

Disetujui Oleh Shakti Adhima Putra Pada Tanggal 19-01-2022

Maestro Karya Budaya

Hardjono, owner TimloSastro (61 Tahun)

Jl. Abdul Muis No.32A, KepatihanKulon, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah

0271654820

-

Disetujui Oleh Shakti Adhima Putra Pada Tanggal 19-01-2022
   Disetujui Oleh Shakti Adhima Putra Pada Tanggal 19-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047