Braen

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101311
Domain
Tradisi dan Ekspresi Lisan
Provinsi
Jawa Tengah
Responsive image

Nama ‘braen’ berasal dari kata “birai” yaitu semangat. Braen juga berasal dari kata dalam bahasa Arab yaitu “Baroghin” yang maknanya dalil atau tanda atau Hujjah. Braen adalah sebuah sarana dakwah yang berisi dalil-dalil atau hujjah-hujjah. Masyarakat setempat mengenal braen sebagai seni penyuwunan (seni doa permohonan). Artinya braen dijadikan sebagai sarana untuk memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keberadaan braen hampir sejajar dengan tradisi Shalawatan (membaca Sholawat) atau Perjanjen (Al-Barzanji).

Braen adalah seni permohoan yang dimainkan pada saat tertentu. Permohonan dalam seni braen diucapkan dengan cara dilagukan atau dinyanyikan. Permohonan atau doa ini dipimpin oleh seorang perempuan yang diberi gelar Rubiyah. Perempuan yang mendapat gelar ini adalah keturunan Syekh Makhdum Hussein. Kesenian braen merupakan pencampuran dua budaya yaitu budaya Islam dan Jawa. Unsur budaya Jawa terlihat pada penggunaan sesaji atau sajen sebagai perlengkapan ritual. Bagi masyarakat setempat, sesaji tersebut merupakan suatu bentuk kahormatan (menghormati atau menghargai) leluhur. Sesaji tersebut antara lain berupa:

(1) alat pedupan (tempat untuk membakar kemenyan),

(2) kemenyan (untuk dibakar dalam pedupan),

(3) minyak wangi,

(4) kelapa hijau muda,

(5) air dingin,

(6) rokok menyan atau cengkeh,

(7) tumpeng,

(8) kembang boreh,

(9) telur ayam, dan

(10) uang.

Sementara itu, unsur Islam dalam braen terlihat pada lenjaran syair braen yang mengandung nilai-nilai Islam seperti ketauhidan, sejarah, dan pendidikan Islam. Selain itu, braen juga berisi doa dalam bentuk syair. Syair braen dilantunkan dalam empat bahasa yaitu bahasa Jawa, Arab, Melayu dan Sunda. Braen biasanya dimulai sekitar pukul 22.00 selepas acara tahlil atau selamatan dan selesai pada pukul 03.00 dini hari. Ritual braen dipimpin oleh seorang Rubiyah, kemudian diikuti oleh anggotanya bersama-sama. Braen lazimnya dimainkan oleh 9 sampai 16 perempuan. Semula pemain braen haruslah perempuan keturunan Syekh Makhdum Husen. Dari seluruh pemain, hanya rubiyah yang bertugas sebagai penabuh terbang besar yang merupakan satu- satunya instrument dalam seni braen. Terbang ini akan mengiringi syair khusus berisi puluhan bait. Syair yang ditembangkan berisi penggambaran kehidupan manusia dari tiada kembali ke tiada.

Adapun urutan syair yang dimainkan adalah sebagai berikut:

(1) Tulung Matulung (berisi permohonan kepada Allah SWT),

(2) Rabanai,

(3) Kawulatu (berisi ajaran ketauhidan dalam Islam),

(4) Awang-uwung (menceritakan permulaan penciptaan alam semesta),

(5) Adam Mawa (tentang penciptaan manusia dari Nabi Adam AS hingga turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW), (6) Meneng-meneng (menceritakan proses kehidupan manusia saat mulai mengenal lawan jenis),

(7) Taya-taya Rabi (bercerita mengenai kehidupan pernikahan),

(8) Maena Rijalulo (tentang peranan seorang menjadi orang tua),

(9) Kawula Kinanti (tentang pertanggungjawaban manusia di akhirat),

(10) Malaekat (tentang sifat dan tugas malaikat),

(11) Ya Walikul,

(12) Yong Pada Memuji,

(13) Ayun-ayun Kalimut (tentang kehidupan manusia hingga sebelum ajal menjemput),

(14) Ayun-ayun Ilahi,

(15) Sekar Arum (tentang meninggalnya seorang manusia), dan diahkiri dengan

(16) Dzikrullah (syair tentang mengingat Allah SWT). 

 

Braen merupakan salah satu tanda awal persebaran agama Islam di tanah Jawa. Unsur budaya Jawa, terlihat pada ubo rampe atau berbagai perlengkapan yang disajikan sebagai syarat pementasan braen sebagai sebuah ritual. Ritual yang dilakukan yaitu mempersiapkan sesaji pepak diantaranya seperti kemenyan. 

Braen sudah ada sejak beberapa ratus tahun yang lalu, tepatnya mulai pada abad ke-15. Braen diciptakan oleh Syekh Makhdum Kusen yang pada saat itu memegang pemerintahan Rajawana. Ia merupakan keturunan penyebar Islam di wilayah utara Purbalingga, Syekh Jambu Karang. Pada saat itu wilayah yang dipimpin Sykeh Makhdum Husen kedatangan utusan dari Kerajaan Pajajaran. Mereka datang untuk menghentikan proses penyebaran agama islam di wilayah Syekh Jambu Karang. Untuk melindungi seluruh umat islam di wilayahnya dari dari serangan tentara Pajajaran, Syekh Makhdum Husen meminta para perempuan yang berada di pondoknya untuk memainkan braen. Bersamaan dengan itu, atas kehendak Allah SWT, seketika ribuan lebah besar (tawon gung) datang dan menyerang anggota pasukan Pajajaran.

Akhrinya pasukan tersebut menyingkir dari wilayah Syekh Jambu Karang. Sejak saat itu, braen dianggap memiliki kekuatan magis. Dalam perkembangannya braen berfungsi sebagai ritual umat islam dalam berbagai acara keagamaan. Saat ini braen lazim digunakan dalam ritual doa kematian, ruwatan, dan sarana permohonan untuk mencapai keinginan tertentu dan sarana ungkapan syukur atas terkabulnya suatu keinginan. Permohonan tersebut antara lain yaitu bagi orang yang mempunyai keinginan tertentu seperti, permohonan untuk jodoh, karier, jabatan dan lain-lain. Pada intinya sama, yaitu permohonan doa atas sesuatu dan pengharapan seseorang akan terkabulnya permintaan melalui seni tradisi braen tersebut.

Di sisi lain, braen juga masih dimainkan pada hari raya idul fitri dan idul adha. Kesenian braen memiliki fungsi keagamaan sebagai sarana do’a/permohonan kepada Allah SWT serta untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pelaksanaan kesenian braen merupakan salah satu media silaturrahim yang terlihat dari antusias masyarakat dalam setiap pementasan. Dari sudut pandang kebudayaan, kesenian braen memiliki fungsi sebagai usaha pelestarian budaya nenek moyang, serta sebagai sarana edukasi bagi generasi muda agar tertanam rasa memiliki budaya lokal.

 


Disetujui Oleh Shakti Adhima Putra Pada Tanggal 20-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Sarmini

Desa Tajug, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga

082242782029

-

Salikha

Desa Rajawana RT 12 RW 4, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga.

082242782029

-

Disetujui Oleh Shakti Adhima Putra Pada Tanggal 20-01-2022

Maestro Karya Budaya

Sutarko, S.Pd (58 Thn)

Sidanegara 01/IV, Kec. klgnd

081225066892

garengsutarko@gmail.com

Disetujui Oleh Shakti Adhima Putra Pada Tanggal 20-01-2022
   Disetujui Oleh Shakti Adhima Putra Pada Tanggal 20-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047