Pemalang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Tegal. Letaknya yang strategis menjadikan Pemalang salah satu kabupaten yang patut diperhitungkan, berbagai potensi dimiliki oleh Pemalang seperti potensi hasil bumi, alam, laut, kerajinan, maupun potensi dibidang kuliner. Seperti daerah lainnya, Pemalang juga memiliki kekhasan bumbu dalam setiap masakan salah satunya pada masakan Sega Grombyang.
Sega Grombang dibuat pertama kali sekitar tahun 1940-an dengan tiga perguruan Sega Grombyang adalah Sagim, Samsuri dan Sanyan. Sagim memiliki beberapa anak, salah satunya Saryadi yang warung Sega Grombyangnya masih ada di deretan bangunan samping rel kereta api di Dusun Pekunden Kelurahan Pelutan Kecamatan Pemalang. Saat ini, kondisi kesehatan Saryadi kurang sehat karena faktor usia maka warung dikelola oleh anaknya. Selanjutnya terdapat keponakan Saryadi merupakan cucu dari Sagim yakni Sapi’i yang berjualan Sega Grombyang di deretan sepanjang jalan pasar Anyar tepat di depan Rumah Sakit Harapan Sehat Pemalang.
Selanjutnya perguruan Sega Grombyang dari trah silsilah Sanyan mempunyai dua anak diantaranya Bugel dan Karyadi. Adapun yang melanjutkan usaha Sega Grombyang Sanyan adalah Bugel namun keturunan Bugel tidak ada yang melanjutkan usaha Sega Grombyang, sehingga keturunan Sanyan berhenti di Bugel. Namun, untuk usaha Sega Grombyang tetap dijalankan oleh Warso yang merupakan keponakan dari istri Bugel yang bernama Warti. Warso mengikuti berjualan Sega Grombyang dengan Bugel sejak tahun 1966, sedangkan Warso mulai serius berjualan sendiri pada tahun 1978 dan Warso merupakan generasi ketiga dalam silsilah keluarganya dalam berjualan Sego Grombyang (Kamal:2020:490). Di Pemalang, tidak hanya Warso yang terkenal dengan Sega Grombyang nya, namun juga Waridin. Pada mulanya Waridin merupakan rewang Warso, namun akhirnya memilih membuka usaha Sega Grombyang sendiri di Sirandu Pemalang.
Penjual Sega Grombyang tersebar di Pemalang, seperti Saroni, Sapi’i, Nurohman, Toli dan Saryadi. Penjual Sega Grombyang selain Warso dan Waridin dapat ditemui di sepanjang jalan Pasar Anyar Pelutan Pemalang. Bahkan Penjual Sega Grombyang dapat juga ditemui di Pasar Beji yakni Sega Grombyang Pak Harso. Pemilik Warung Sega Grombyang Pak Harso yang terletak di depan Pasar Beji Pemalang merupakan anak dari Kasan dan cucu dari Sanan. Sanan sendiri merupakan paman dari Bogel dan Saryadi. Adapun Bogel dan Saryadi adalah anak dari Tini yang merupakan adik dari Sanan. Resep yang dipakai oleh Harso berasal dari resep warisan keluarga, begitu pula bumbu yang digunakan oleh keturunan Sagim merupakan resep warisan keluarga dan yang membedakan dengan grombyang lainnya terletak di kekentalan bumbu. Bumbu yang digunakan oleh Harso merupakan bumbu komplit seperti gambar berikut,
Bumbu Sega Grombyang yang digunakan sejak dahulu hingga saat ini meliputi : Beras, Daging/jeroan kerbau atau sapi (dahulu lebih menggunakan daging kerbau, namun saat ini dapat ditemui dengan mudah menggunakan daging sapi), Laos, Jahe, Kemiri, Bawang merah, Bawang Putih, Kunir, Pala, Ketumbar, Serai, Kluwek, Daun Salam, Merica, Gula Merah, Kelapa parut yang disangrai/Srundeng, dan Tauco. Semua bahan kecuali nasi, daging/jeroan dan kelapa diolah jadi satu dalam bentuk kasar dan halus. Berikut gambar bumbu Sego Grombyang yang digunakan oleh Waridin.
Tata cara membuat dan memasak Sega Grombyang sebagai berikut
1) Pertama, rebus air bersama dengan daging, iga sapi, serai dan daun salam hingga empuk. Lalu angkat dan ukur 2.000 ml air kaldunya. Kemudian potong-potong daging dan iga sapinya. Didihkan lagi;
2) Selanjutnya, panaskan minyak, tumis bumbu yang sudah dihaluskan hingga harum. Lalu tuangkan ke rebusan daging. Masukkan gula merah dan garam, masak hingga matang. Masukkan irisan daun bawang dan aduk rata;
3) Untuk sambalnya : rebus cabai rawit dan bawang putih hingga layu. Angkat, tiriskan dan tambahkan garam, ulek sampai halus;
4) Hidangkan bersama Sego hangat, sambal cabai rawit dan taburan bawang merah goreng.
Dulu Sega Grombyang sering dikonsumsi oleh kaum elite maupun chinese (pecinan), hal ini ditegaskan oleh Hj Suwigno ( Hj. Kuswarni ,salah satu pemproduksi bumbu instan Sega Grombyang di Kelurahan Pelutan Pemalang). Konsumen didominasi oleh masyarakat pecinan yang dianggap mampu untuk membeli Sega Grombyang dikarenakan bahan baku berupa daging kerbau. Pemakaian daging kerbau sebagai bahan baku Sega Grombyang menyebabkan harga perporsi dinilai cukup mahal untuk dijangkau masyarakat umum (hasil wawancara dengan Hj Suwigno tanggal 5 Februari 2021).
Sega Grombyang kini dapat dinikmati oleh masyarakat umum, pejabat pemerintah daerah hingga presiden Indonesia ke 6 yakni Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini tidak ada kelas dalam mengonsumsi Sega Grombyang. Persebaran Grombyang merambah ke produk-produk UMKM yang ada di Pemalang, seperti kain batik, bumbu instan, bahkan lagu. Sega Grombyang yang telah popular di masyarakat Pemalang ditandai dengan penyajiannya di acara hajatan. Ciri khas suatu hajatan di Pemalang lebih banyak masyarakatnya menggunakan Sega Grombyang sebagai sajian kepada tamu undangan. Selain Sega Grombyang tentu terdapat sate babat dan sate daging sebagai pelengkap sajian. Sega Grombyang sebagai identitas masyarakat Pemalang tentu menjadi kebanggaan masyarakat Pemalang. Kebanggaan ini dikembangkan ke dalam bentuk motif batik oleh seorang pemerhati perkembangan batik Indonesia sekaligus perajin batik terkenal di Pemalang yang bernama Fatwa Diana Widi sekaligus pemilik Griya Batik Arta Kencana Kota Pemalang di tahun 2011.
Menurut Fatwa Diana Widi bahwa pada batik motif Sega Grombyang tidak memiliki filosofi namun terdapat sembilan motif batik Sega Grombyang yang dibuatnya. Sembilan motif tersebut tidak diberi nama, yang membedakan hanya warna dan gambar (Melalui sambungan telepon pada tanggal 5 Februari 2021). Fatwa Diana Widi juga pernah mengungkapkan pada acara Pameran Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2018 bahwa diharapkan batik Sega Grombyang juga dicintai oleh warga masyarakat serta diharapkan dapat sepopuler Sega Grombyang. Pesebaran produk Sega Grombyang tidak hanya merambah ke produk batik maupun masakan, namun kini dapat ditemui pula pada alunan sebuah lagu. Tentunya sebagai identitas dan kekhasan suatu wilayah, harapannya masyarakat semakin memperkenalkan identitas tersebut dan membanggakan kekhasan lagu Sego Grombyang dalam album pemalang berdendang yang diproduksi oleh @dpstudioprod. Adapun lirik lagu Nasi Grombyang sebagai berikut,
Nek dina liburan enake ya jalan-jalan
Nggolet hiburan nang alun-alun pemalang
Numpak odong odong gawe bungah ati bombong
Ngubengi dalan kerlab – kerlib lampune padang
Aja klalen mampir maring warung grombyang
Nasi Grombyang makanan khas e pemalang
Nasi Grombyang enak rasane
Nikmar nemen seger banget duduhe
Nasi Grombyang sateen seporsi
Enak neman rasane dadi nglangeni
Mbyang … Nasi Grombyang
Nasi Grombyang … Nasi Grombyang
Mbyang … Nasi Grombyang
Nasi Grombyang … enak tenan
Mbyang … Nasi Grombyang
Nasi Grombyang … sateen seporsi
Mbyang .. Nasi Grombyang
Nasi Grombyang … rasane nglangeni
Nasi Grombyang
Makanan khas pemalang
Saat ini Sega Grombyang salah satu jenis makanan yang digemari oleh masyarakat luas bahkan wisatawan lokal. Sega Grombyang telah menjadi daya tarik sendiri dalam menarik wisatawan untuk menikmati wisata kuliner di Pemalang. Bahkan, keberadaan Sega Grombyang kini tidak hanya di Pemalang namun merambah ke kota-kota lain seperti Pekalongan dan Semarang (Kamal: 2020:485). Sega Grombyang dahulu dan sekarang tidak terdapat perbedaan, hal ini menjadikan penikmat Sega Grombyang kian bertambah. Penikmat Sega Grombyang bukan hanya masyarakat lokal, namun juga dari luar Pemalang yang hendak merasakan kesegaran dan kepekatan bumbu Grombyang.
Simbolisasi Sega Grombyang ditandai pada nasi putih, daging kerbau, kluwek, tauco maupun kelapa sangrai. Sega putih mempunyai makna bersih dan suci, yang mana sega putih juga diterapkan pada sega tumpeng. Adapun salah satu rempah yang digunakan berupa kluwek, Penambahan kluwek dalam masakan akan menghasilkan aroma dan cita rasa yang khas, membuat warna masakan jadi coklat cenderung hitam, dan juga untuk mengawetkan makanan karena punya sifat antimikroba, selain itu masakan dengan kluwek akan memiliki rasa gurih yang khas (Khairunnisa, 2020). Selain itu, konsumen Sega Grombyang pada awalnya merupakan masyarakat chinese sehingga dapat dimaknai jika penggunaan tauco untuk menyesuaikan lidah konsumen yang didominasi oleh masyarakat pecinan Pemalang. Sedangkan tauco yang tergolong dalam bumbu utama Sega Grombyang merupakan bumbu masakan di Indonesia yang mendapat pengaruh kuliner China. Makanan ini merupakan hasil fermentasi kedelai (Safira, 2016).
Keberadaan Sega Grombyang memunculkan nilai-nilai pada masyarakat yang meliputi nilai sejarah maupun nilai toleransi akulturasi. Nilai sejarah memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat bahwa Sega Grombyang memiliki runtutan asal usul sejarah mengenai munculnya Sega Grombyang sehingga masyarakat Pemalang dapat memberikan edukasi kepada masyarakat lainnya mengenai Sega Grombyang. Sejarah mengenai Sega Grombyang tentu menjadi daya tarik tambahan untuk wisatawan yang ingin menjelajahi wisata kuliner di Pemalang. Bukan hanya nilai sejarah, namun terdapat juga nilai toleransi representasi Sega Grombyang dimana bumbu Sega Grombyang berupa tauco merupakan jenis bumbu yang mendapatkan pengaruh dari cina. Sedangkan kerbau direpresentasikan sebagai akulturasi keagamaan karena pada jaman dahulu tidak sedikit yang menabukan daging sapi untuk dikonsumsi sehingga penggunaan daging berupa daging kerbau. Daging kerbau dimaknai sebagai simbol toleransi, dimana penggunaan daging kerbau juga digunakan pada soto kudus. Penggunaan kerbau di kudus sebagai bentuk toleransi, Daging sapi tidak ditabukan, tetapi tidak dikonsumsi atas alasan toleransi (Ashiana, 2014).
Disetujui Oleh Shakti Adhima Putra Pada Tanggal 20-01-2022
© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya