Krumpyung Desa Langgar

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101456
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Jawa Tengah
Responsive image

Nama ‘Krumpyung’ berasal dari bahasa Jawa “kemprumpyung” yang artinya suara yang terdengar harmonis, menarik hati, dan hasrat pendengar untuk menikmati. Harmoni musik tradisional ini berasal dari perpaduan tiga jenis alat musik yaitu; (1) angklung atau musik tiga nada yang terbuat dari bambu wulung, (2) gong bumbung yang terbuat dari bambu wulung ukuran besar, dan (3) kendang ciblon dan ketipung. 

Lazimnya seni musik khas Banyumasan, instrumen utama Krumpyung juga dibuat dari bahan bambu. Krumpyung dimainkan atau ditabuh dengan cara di-orog atau digoyang seperti angklung. Angklung dalam kesenian krumpyung merupakan instrumen utama. Uniknya angklung ini dimainkan sekaligus oleh tiga orang penabuh. Masing-masing berperan sebagai panuthuk, panerus dan oglong. Gaya bermain angklung inilah yang memunculkan suara ‘kemrumpyung’ atau gaduh khas goyangan angklung.. 

Krumpyung adalah salah satu wujud seni pertunjukan tradisional yang menggunakan alat musik pengiring terbuat dari bambu. Krumpyung biasanya ditampilkan satu kali dalam jangka waktu satu tahun untuk ritual tertentu. Pertunjukan Krumpyung digelar mulai siang hari hingga berakhir dini hari berikutnya. Pertunjukan ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu; upacara sakral, estetis, dan hiburan (Warsono, 2013).

Krumpyung merupakan seni khas wilayah Banyumasan yang saat ini hanya bertahan di Desa Langgar, Kecamatan Kejobong, Kabupaten Purbalingga. Satu-satunya kelompok seni Krumpyung yang masih aktif adalah kelompok seni ‘Sri Rahayu’ yang dipimpin Ki Sulemi. Kesenian ini mulai ada sekitar tahun 1950 di Desa Langgar atas prakarsa dalang Rosidi. Pada tahun 1979 kesenian ini diwariskan pada dalang Santarji. Kemudian tahun 1985, posisi dalang Krumpyung diwariskan Sulemi. Dengan demikian, seni Krumpyung telah bertahan hingga tiga generasi.

Kesenian Krumpyung menyatukan musik tradisonal dengan lengger. Masyarakat sering menyebut kesenian ini dengan istilah ‘Lengger Krumpyung’. Kesenian ini merupakan perwujudan nyata pertemuan tiga gaya musikalitas yang ada di Jawa. Pertunjukan Krumpyung berjalan dinamis memadukan unsur lembut, keras, lucu, kasar dan gayeng. Penggambaran kesan-kesan tersebut sering terungkap melalui berbagai idiom garap seperti vokal, gending, tabuhan instrumen, teks cakepan, percakapan, dan juga terdapat pada gerak-gerak penari lengger. Interaksi sajian gending-gending musik Krumpyung dengan lengger menjadi gaya tersendiri dalam pertunjukan kesenian rakyat ini (Darno & Budiarti, 2020).

Pada seni Krumpyung, nilai-nilai kearifan budaya dapat digali dari seluruh elemen  karya,  mulai  dari  materi  dasar,  alat  atau  instrumen,  syair-syair  yang dibawakan,  bahkan  fungsi  kesenian  itu  sendiri.  Pada  setiap  anasir  tersebut mengandung  nilai  falsafah  hidup  yang  penting  untuk  dipelajari,  diajarkan  dan diamalkan.  Berdasar  fungsinya  dalam  masyarakat,  kesenian  Krumpyung mengandung beragam nilai budaya.

Saat ini Krumpyung dikenal sebagai seni pertunjukan yang berfungsi sebagai hiburan dan bagian ritual adat atau tradisi. Masyarakat desa Langgar dan sekitarnya memiliki tradisi acara ritual ruwat bumi. Prosesi ritual ruwat bumi biasanya dilangsungkan setiap tanggal 1 bulan Sura. Pelaksanaan ritual ruwat bumi ini diadakan sebagai sarana permintaan para leluhur yang menaungi desa tersebut. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, seluruh permintaan persyaratan harus dipenuhi. Jika tidak dipenuhi maka dikhawatirkan dapat terjadi musibah. Ritual ruwat bumi merupakan ungkapan rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada para leluhur yang mbaurekso (berkuasa di alam gaib) agar panen padi, palawija dan hasil bumi lainnya meningkat di tahun mendatang. Mereka juga berharap seluruh masyarakat desa Langgar dan sekitarnya mendapat keselamatan dan kesehatan (Warsono, 2013).

Selain dipentaskan dalam acara ritual adat upacara ruwat bumi dan ruwat desa, seni Krumpyung juga kerap ditanggap (pentas) pada acara ruwat dukun bayi. Acara ruwat orang murwengkala yang ditandai sang dalang memotong rambut bayi dengan harapan anak tersebut kedepan menjadi anak yang soleh dan soleah sehat jasmani dan rohani. Pada acara nadzar, sang penari dan sohibul hajat memegang kupat luar, lalu sang dalang membacakan doa selamat. Setelah doa selesai kupat luar ditarik. Ini menggambarkan apa yang kita nadzarkan sudah diwujudkan. Krumpyung juga dimainkan dalam acara syukuran setelah selesai membangun jembatan atau jalan serta membangun rumah. Selain dipentaskan dalam acara ritual adat, seni Krumpyung juga kerap ditanggap (pentas) pada acara resepsi hajatan lainnya.


Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 30-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Sulemi

Desa Langgar, Kecamatan Kejobong, Kabupaten Purbalingga

085290130441

-

Komunitas Kesenian Krumpyung 'Sri Rahayu'

Desa Larangan, Kecamatan Kejobong, Kabupaten Purbalingga

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 30-01-2022

Maestro Karya Budaya

Kusno, S.Pd., S.D. (51 thn)

RT 02/VII Selakambang, KecamatanKaligondang

081328903859

kusnoselakambang@gmail.com

Feri Andri Kukuh Windu Pramana, S.Sn (29 thn)

Desa Tegalpingen 03/III, Kecamatan Pengadegan

085642343381

feriandrikwp@gmail.com

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 30-01-2022
   Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 30-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047