Wayang Topeng Kedung Panjang

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101457
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Jawa Tengah
Responsive image

Pertunjukan Wayang Topeng di Dukuh Kedungpanjang Desa Soneyan Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati Jawa Tengah merupakan bentuk seni pertunjukan drama tari dengan menggunakan topeng. Pertunjukan ini diperkirakan ada sejak tahun 1896. Cerita yang digunakan di dalam pertunjukan pertunjukan Wayang Topeng ialah bertema lakon sren (dewi sri) Among Tani yang biasanya menunjukkan cerita mengenai kehidupan masyarakat agraris. Pertunjukan Wayang Topeng digunakan untuk ritual bersih desa atau sedekah desa pada bulan Apit (penanggalan bulan jawa) hari sabtu kliwon. Pada masa kejayaan kerajaan mataram pertunjukan topeng sudah tersebar hingga pesisir utara, bagian barat serta timur daerah Jawa. Seperti Wayang Topeng Soneyan yang berada di Dukuh Kedungpajang  juga bercorak sub kebudayaan jawa pesisir lor-wetan. Keberadaan Wayang Topeng Soneyan di desa Kedungpajang telah mengalami tiga priode kepemimpinan dalang, yang pertama adalaha dalang Sura Astono yang menjadi dalang Wayang Topeng sejak tahun 1896-1941 yang kemudian meninggal pada tahun 1941 dan digantikan oleh cucunya yang bernama  Surat, beliau menjadi dalang sejak tahun 1942-1977, karena usianya yang lanjut beliaupun digantiakn oleh putranya yang bernama Ngusbi yang telah menjadi dalang wayang topeng sejak tahun 1978 hingga sekarang.  Topeng yang digunakan dalam pementasan wayang topeng kedungpajang telah beralih tangan beberapa kali, dimulai dari Sarman, Lasiman, Suwoto hingga sekarang dimiliki oleh Edris yang direkonstruksi dan dicat ulang pada tahun 1970 dan 1974. Pelestarian wayang topeng soneyan desa Kedungpajang dilakukan secara turun temurun.

Dalam pelestariannya Wayang Topeng Soneyan di desa Kedungpajang ini dilakukan secara tradisional di wilayah tertentu, yaitu di desa Kedungpajang itu sendiri yang dilakukan dengan cara turun temurun dari generasi ke generasi . Wayang Topeng ini tidak diketahui secara pasti siapa penciptanya,karena pada dasarkan kesenian ini merupakan kesenian kerakyatan sehingga tidak diketahui secara pasti siapa penciptanya secara pasti. Unsur pendukung dari pertunjukan wayang topeng soneyan ini terdiri dari dalang sebagai antawecana, pengiring, penari, dan pengrawit yang biasanya berjumplah 2 orang.  Wayang Topeng sebagai kesenian tradisional rakyat walaupun menghadapi berbagai tantangan, serta hambatan namun hingga kini masih tetap bertahan. Masyarakat Kedungpanjang telah berupaya untuk mempertahankan dan mengembangkan ekspresi kebudayaannya melalui proses transmisi budaya. Pada awalnya pertunjukan Wayang Topeng Soneyan berfungsi sebagai bagian dari tradisi ritual atau upacara slametan sedekah bumi. Melalui sedekah bumi  yang disertai pementasan Wayang Topeng Soneyan ini oleh masyarakat diyakini akan menjadikan tanaman subur dan menghasilkan hasil panen yang melimpah. Dalam perkembangannya pertunjukan wayang topeng soneyan menjadi sarana hiburan untuk masyarakat Soneyan Kedungpajang yang biasanya di tampilkan dalam acara khitanan, perkawinan, hari kemerdekaan dan acara lainnya.

Pementasan Wayang Topeng Soneyan pada acara sedekah bumi dilengkapi dengan sesajen yang berisi: Pisang sepasang, kupat-lepet, bumbu wiwit, nasi buceng, kendi kecil, horong, emplek-emplek, bubur koleh, bubur sum-sum, rujak adu manis, beras,gula jawa, dan jambe suruh. Sebelum acara dimulai biasanya diawali dengan ritual obong-obong yaitu membakar dupa dan meletakkan bunga setaman di bawah pohon beringin yang diperuntukkan untuk arwah leluhur desa Kedungpajang yang disebut Mbah Danyang.  Secara religious pementasan tersebut melibatkan kau santri dan kaum abangan, pementasan tersebut diterima dengan baik ditengah masyrakat santri dan para ulama karena pementasan Wayang Topeng Soneyan dianggap tidak melangar tata kesusilaan dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, justru pementasan Wayang Topeng Soneyan dianggap menambah khasanah budaya jawa sehingga mudah di terima pada kalangn masyarakat luas, oleh sebab itu tidak jarang juga pertunjukan wayang tipeng soneyan dijadikan sebagai media pembelajaran pelestarian budaya serta pembelajaran hidup bermasyarakat dengan damai. Pementasan Wayang Topeng Soneyan mengandung makna khusus sebagai symbol ritual , sebelum acara pementasan dimulai masyarakat desa Kedungpajang diwajibkan untuk membuat Jolen  yang merupakan symbol dari sifat kesadaran sebagai manusia memiliki lesadaran bahwa manusia memiliki kekurangan, kelebihan dan tidak lepas dari rasa khilaf, Jolen tersebut berisi terbuat dari bambu yang dihiasi kertas warna warni  dan berisi berbagai makanan yang diantar ke kabumen dan diperebutkan oleh warga yang memiliki arti sebagai melimpah ruahnya hasil bumi dan meningkatnya penghasilan masyarakat. Dalam masyarakat Soneyan memiliki mitos unik, yaitu apabila pada saat sedekah bymi tidak memntaskan wayang topeng soneyan dipercaya akan mendatangkan kemalangan di desa Kedungpajang, dimana dipercaya akan mendatangkan pageblug yaitu kematian kematian dengan penyebab penyakit yang tidak diketahui atau kematian pemimpin desa di desa Kedungpajang. Maka dari itu pementasan Wayang Topeng Soneyan selalu diupayakan tampil pada masa sedekah bumi.

MAKNA DAN FUNGSI

Makna pertunjukan wayang topeng soneyan pada tradisi sedekah bumi di desa kedung pajang adalah pertunjukan kesenian wayang topeng pada tradisi sedekah bumi di desa soneyan dipercaya merepreaentasikan kehidupan agraris dimana merupakan representative dari wujud rasa syukur terhadap Tuhan YME atas berkah dan melimpahnya hasil bumi di desa kedubgpajang, selain itu juga sebagai wujud rasa hormat terhadap leluhur dan danyang di desa kedungpajang wajib melakukan pertunjukan wayang topeng soneyan, karena dipercaya jika saat sedekah bumi tidak melakukan pertunjukan wayang topeng soneyan maka akan mendatangkan pageblug, yaitu datangnya suatu wabah yang tidak jelas penyebab dan asalnya yang menyebabkan banyak kematian di desa kedungpajang dengan itu pertunjukan wayang topeng soneyan pada saat sedekah bumi juga bisa dikatakan sebagai ritual tolak bala baagi masyarakat desa kedungpajang dan sekitarnya.

Fungsi dan Nilai

pertunjukan wayang topeng soneyan pada masa sedekah bumi memiliki 2 (dua) fungsi, yaitu

1. Fungsi Manifes (Tampak)

2. Fungsi Laten ( Tidak Tampak)

Fungsi manifest atau tampak di antaranya memiliki fungsi:

a. Hiburan: pertunjukan Wayang Topeng Soneyan merupakan suatu hiburan bagi para petani di desa kedungpajang dari kejenuhan akibat dari aktivitas rutin setiap hari tanpa selingan selain mengolah lahan pertanian dan melakukan kegiatan kemasyarakatan bagi masyarakat desa kedungpajang

b. Fungsi sarana Ritual: seperti pada upacara sedekah bumi, yang merupakan upacara penghormatan kepada para danyang atau punden di desa kedungpajang. Pertunjukan wayang topeng sebagai ritual harus memiliki cirri ciri tempat dan lokasi harus sama, dalam kasus ini tempat pertunjukan wayang topeng soneyan berada di tempat khusus yang disebut kalangan/kabumen yaitu bangunan khusus yang dibangun untuk pementasan wayang topeng soneyan. Pelaksanaan pertunjukan wayang topeng soneyan juga harus tetap dan tepat sesuai hitungan system penanggalan jama/ neptu yaitu pada bulan apit pada hari sabtu kliwon, karena dipercaya pada bulan apit yaitu bulan yang terhimpit sehingga mendatangkan banyak kesengsaraan, dan cara menanggulanginya adalah dengan cara menggelar upacara slametan. Selain itu juga perlu adanya bermacam macam sesaji dan pementasan wayang tpeng pada saat sedekah bumi dipercaya dapat menghindarkan gangguan dari hal hal bersifat gaib seperti pageblug.

Fungsi Laten atau tidak tampak adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi: Pertunjukan wayang topeng soneyan di desa kedungpajang pada saat sedekah desa memiliki fungsi sebagai sarana komunikasi, baik secara vertical maupun horizontal. Secara vertical pertujukan wayang topng soneyaan pada masa sedekah bumi yaitu sebagai sarana komunikasi antara manusia dengan Tuhan YME, manusia dengan para leluhur/ danyang dan antara manusia dengan para dewa. Sedangkan secara vertical pertunjukan wayang topeng soneyan sebagai sarana komunikasi antara dalang dengan penari topeng, Penari topeng dengan penari, dan penari dengan penonton.

b. Ungkapan jatidiri: Pertunjukan wayang topeng soneyan sebagai bentuk ungkapan jati diri bagi masyarakat kedungpajang, seperti tercermin dari pada saat upacara slametan sedekah bumi merupakan tindakan social bersifat kolektif yang menggambarkan sikap gotong royong masyarakat kedungpajang yang mengutamakan solidaritas kerjasama, kekeluargaan.

c. Sarana Pendidikan: Pertunjukan wayang topeng soneyan di desa kedungpajang juga memiliki fungsi sebagai sarana pendidikan karena mengandung ajakan atau ajaran untuk bebruat kebaikan, yang tercermin dari tarian kademangan, yang menggambarkan tetang perbuatan perbuatan masyarakat yang mengandung nilai tercela dan merusak kesetabilan masyarakat setempat seperti berjudi. Tarian tersebut sebagai pengingat untuk tidak melakukan hal hal yang dapat tatanan kemasyarakatan dan individu.


Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 30-01-2022

Komunitas Karya Budaya

SUHARSO (65 tahun)

Dukuh Kedung Panjang Desa Soneyan Kecamatan Margoyoso

085325509504

sutiyani77@gmail.com

SAJO

Dukuh Kedung Panjang Desa Soneyan Kecamatan Margoyoso

085226496739

sutiyani77@gmail.com

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 30-01-2022

Maestro Karya Budaya

SUHARSO (65 tahun)

Dukuh Kedung Panjang Desa Soneyan Kecamatan Margoyoso

085325509504

sutiyani77@gmail.com

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 30-01-2022
   Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 30-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047