Upacara tradisional Tuk si Bedug merupakan upacara yang dilakukan sebagai wujud pengungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan kepada warga desa Margodadi. Selain itu juga untuk menghormati salah satu walisanga yaitu Sunan Kalijaga karena telah menyebarkan agama Islam khususnya di desa Margodadi.
Asal-usul upacara tradisional Tuk si Bedug berasal dari cerita penyebaran agama Islam di Margodadi oleh Sunan Kalijaga. Pada waktu itu beliau beristirahat di sebuah dusun untuk melaksanakan sholat Jum’at, tetapi beliau kesulitan untuk mendapatkan air wudhu, kemudian ditancapkanlah tongkat yang dibawa oleh beliau. Tidak berapa lama kemudian muncullah mata air, sampai saat ini mata air tersebut tidak pernah kering, masyarakat kemudian menyebutnya Tuk si Bedug. Sunan Kalijaga kemudian melanjutkan syiarnya ke arah selatan, tibalah di suatu tempat. Beliau yang berhenti untuk merapikan diri, seperti menyisir rambut dan memotong kuku, tanpa disengaja ada rambut dan potongan kuku yang terjatuh atau nggregeli. Para pengikutnya kemudian menguburkan rambut dan potongan kuku tersebut, tempat dikuburnya rambut dan potongan kuku tersebut sekarang dinamakan Petilasan Sunan Kalijaga atau sering disebut Ketandhan. Sedangkan daerahnya dinamakan dusun Grogol, yang berasal dari kata nggregeli. Sebagai wujud penghormatan diadakanlah upacara tradisional Tuk si Bedug
Seiring dengan berjalannya waktu, upacara tradisional Tuk si Bedug mengalami perkembangan dalam pelaksanaannya. Namun, perkembangan ini tidak mengurangi makna inti dari diadakannya upacara ini, hanya saja pengemasannya yang berbeda,
Berikut ini penjelasan lebih rinci mengenai sendang Tuk si Bedug dan Petilasan Sunan Kalijaga.
Prosesi Upacara Tradisional ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu
a. Tahap Persiapan Upacara Tradisional Tuk si Bedug, terdiri atas
- Persiapan Tempat dan Perlengkapan
- Pembuatan Sesaji Kenduri Pamidhangan
- Pembuatan Gunungan Kirab
b. Tahap Pelaksanaan Upacara Tradisional Tuk si Bedug
- Pengambilan air “tirta suci”
- Kenduri Pamidhangan
- Kirab Bdaya Tuk si Bedug
Upacara tradisional Tuk si Bedug merupakan upacara tradisional di desa Margodadi, khususnya di dusun Mranggen dan Grogol. Tradisi ini merupakan adat istiadat yang sudah turun temurun selama puluhan tahun. Hingga sekarang warga masyarakat di desa Margodadi tetap memegang adat istiadat tersebut. Fungsi upacara tradisional Tuk si Bedug bagi masyarakat pendukungnya meliputi fungsi religi, sosial, ekonomi dan pelestarian tradisi. Hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Fungsi Religi
Dalam upacara tradisional Tuk si Bedug tersebut terdapat fungsi spiritual karena berhubungan dengan pemujaan atau penghormatan pada Tuhan atau leluhurnya untuk memohon keselamatan dan kebahagiaan. Upacara tersebut mempunyai 2 (dua) tujuan utama yaitu dapat menambah keimanan dengan cara wujud syukur atas nikmat dari Allah yang telah diberikan kepada warga Margodadi dan untuk menghormati Kanjeng Sunan Kalijaga yang telah menyebarkan agama Islam ke wilayah Seyegan dengan cara napak tilas sejarah beliau dan melestarikannya.
b. Fungsi Sosial
Fungsi sosial merupakan fungsi yang berkaitan dengan sarana untuk melakukan interaksi dan komunikasi antarwarga masyarakat tersebut. Sebagai media sosial, penyelenggaraan tradisi upacara tradisional Tuk si Bedug berfungsi sebagai sarana meningkatkan kerukunan dan kegotongroyongan diantara warga masyarakat.
c. Fungsi Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu aset yang dapat menjadi pemasukan. Dengan melestarikan kebudayaan, maka bisa dijadikan obyek pariwisata. Seperti upacara tradisional Tuk si Bedug, warga desa masih melaksanakannya dan berusaha menjaga agar tetap lestari.
d. Fungsi Ekonomi
Upacara tradisional Tuk si Bedug memiliki fungsi ekonomi bagi masyarakat pendukungnya, hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan pemasukan warga baik untuk individu ataupun keuangan desa
e. Fungsi Pelestarian Tradisi
Masyarakat Margodadi sebagai generasi yang meneruskan tradisi peninggalan nenek moyangnya mempunyai kewajiban untuk selalu melestarikan tradisi yang selama ini telah berjalan;
Nilai-nilai yang diajarkan pada Upacara ini diantaranya bahwa manusia harus senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. Nilai-nilai pentingnya bersedekah juga diajarkan melalui upacara ini. Masyarakat yang memiliki keuangan yang lebih akan memberikan shodaqoh nya pada saat upacara ini dilaksanakan. Upacara ini juga memberikan nilai-nilai kebaikan dengan saling bekerjasama diantara masyarakat, bahu membahu bekerja sama untuk mempersiapkan upacara ini.
Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022
© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya