Nyadran Agung Makam Sewu

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101282
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
DI Yogyakarta
Responsive image

Sejarah Singkat Pesarean Makam Sewu

Pada Tahun  1.600 M. Panembahan Bodho ( Raden Trenggono ) Putra Adipati Terung I wafat yang kemudian dimakamkan di Pasarean  Makam Sewu yang letaknya sebelah Utara Dusun Kauman Pijenan kira-kira I Km. Pasarean ini sampai sekarang menjadi pemakaman Umum dan banyak dikunjungi para peziarah yang ingin mendoakan Panembahan Bodho. Di Pasarean Makam Sewu, Setiap  tahun diadakan acara yang telah turun temurun sebagai warisan budaya adiluhung para pendahulu yakni acara “Nyadran Makam Sewu”,  Acara ini diadakan para ahli waris dan anak keturunan, sebagai wujud rasa hormt dan baktinya pada panembahan Bodho.

Acara ritual “Nyadran” yang diadakan tiap hari senin sesudah atau pada tanggal 20 Bulan Sya’ban/ Ruwah yang pada intinya berupa ziarah pada para leluhur terutama  Panembahan Bodho. Untuk kelengkapan  ritual ziarah, juga diadakan sedekah yang  diwujudkan dalam bentuk”ubo rampe kenduri”.

Pada masa kini, acara ritual”Nyadran Makam Sewu” dikemas dengan acara yang mempunyai daya tari wisata yakni sebelum acara kenduri, didahului oleh acara”Ngarak Jodhang”. Acara ini berupa iring – iringan pasukan  yang berpenampilan keprajuritan dengan diikuti beberapa rombongan kesenian yang membawa sedekah “ Ubo Rampe Kenduri” dalam “Jodhang”

 

A.Tujuan berziarah ke makam kanjeng bodho

a.Berkaul atau memohon

Setiap manusia pasti memiliki keinginan dan permintaan, karena manusia memiliki kebutuhan untuk hidup.Bakaul meupakan permintaan yang ditujukan kepada arwah Kanjeng Panembahan Bodho yang dijadikan sebagai perantara.1Selain mengunjungi makam wali lokal, masyarakat juga senantiasa meminta pengharapan melalui Kanjeng Panembahan Bodho sesuai dengan keinginan peziarah atau pengunjung makam. Karena menurut kepercayaan masyarakat, orang yang telah meninggal akan lebih dekat dengan Tuhan, apalagi orang tersebut dipercaya  memiliki kelebihan yang telah diberikan oleh Allah, seperti Kanjeng Panembahan Bodho yang di percaya memiliki kesaktian dan ilmu agama yang melampaui manusia pada umumnya.

Salah satu tujuan pergi berziarah ke makam keramat atau makam Kanjeng Panembahan Bodho ialah berkaul, yang artinya meminta kepada orang keramat yang diyakini sebagai perantara kepada Tuhan, agar do’a mereka cepat terkabulkan. Terkabulnya do’a peziarah yang mulanya disampaikan kepada Tuhan melalui perantara Kanjeng Panembahan Bodho, diwujudkan melaui aktivitas ziarah makam ke makam sewu Kanjeng Panembahan Bodho tersebut.

b.Berniat atau Nazar

Sebahagian besar pengunjung pergi berziarah dengan tujuan melepaskan niat atau nazar, seperti sembuh dari penyakit, di naikkan pangkatnya dalam status kedinasan, memperoleh rezeki yang lebih, di jauhkan dari mara bahaya.Pengunjung menyampaikan niat atau azarnya kepada Tuhan yang diperantarai oleh Kanjeng Panembahan Bodho yang dikomandoi oleh juru kunci makam sewu bapak wahono.

Makna simbol dari ritual ziarah makam panembahan Bodho adalah sebagai bentuk penghormatan dan mendoakan kebaikan terhadap seseorang yang telah menyebarkan agama atau sebagai ulama bagi masyarakat pandak bantul. Sekaligus untuk memperoleh ketenangan jiwa dari kegelisahan dunia.

makna dari ziarah makam kanjeng panembahan bodho ini adalah selain untuk mendoakan orang yang telah meninggal, makna lainnya yakni:

a)                 Meningkatkan solidaritas Sosial

 

Hal ini terlihat ketika para peziarah berkunjung ke makam dan bertemu oleh berbagai macam kalangan kelas sosial dan bersatu dalam pusara makam kanjeng panembahan bodho, mereka saling berjabat tangan satu sama lain serta dan menjalin silaturahmi yang lebih akrab.

Hadirnya pengunjung atau peziarah ke makam Kanjeng Panembahan Bodho dengan latar belakang yang majemuk menandakan bahwa pasarean tersebut adalah simpul perjumpaan antara individu yang satu dengan individu lainnya dengan tujuan yang berbeda pula.

Dari banyaknya peziarah yang datang ke makam Panembahan Bodho dengan berbagai motif dan latar belakang sosial yang berbeda, yang jika dikaitkan dengan teori Liminilaitas Victor Turner, dimana kekuatan ritual secara fungsional adalah untuk melepaskan diri dari status sosial yang ada, dalam kata lain, ritual ziarah makam kanjeng Panembahan Bodho memiliki arti dengan melepaskan dimensi sosial yang mengikat para peziarah untuk kemudian sejenak meleburkan dirinya kepada rangkaian ritual ziarah yang outputnya menjadikan diri kembali bersih dan memiliki solusi atas persoalan sosial yang ada. Hal ini menjadi titik balik dari fungsi ritual, dimana dalam kehidupan sosial masyarakat tentu memiliki berbagai macam polemik antar individu dengan invidu lainnya, struktur sosial yang bersinergis satu sama lain tidak jarang menjadi problem bagi individu itu sendiri.

 

a)                 menguatkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat

 

Seperti yang telah peneliti saksikan dan amati secara seksama, ziarah makam pada umumnya di hampir setiap wilayah telah ada dan di laksanakan tidak jauh berbeda dengan fenomana ziarah makam yang ada di pasarean Kanjeng Panembahan Bodho. Kepercayaan yang di ciptakan oleh masyarakat Desa Wijirejo terhadap historisitas Kanjeng Bodho semasa hidupnya telah melahirkan suatu nilai kepercayaan tersendiri bagi segenap ummat islam sekitar hingga akhirnya berkembang dan di ketahui oleh khalayak masyarakat luas. Di satu sisi, pasarean kanjeng bodho juga menjadi simbol budaya keagamaan masyarakat setempat sebagai titik awal masuk dan berkembangnya ajaran agama islam di wilayah kecamatan Pandak, desa wijirejo. Juga dewasa ini, ritus pasarean kanjeng bodho memiliki model kebudayaan yang di bungkus dalam iring-iringan prajurit atau ngarak jodhang di setiap menjelang Ramadhan. Masyarakat setempat meyakini bahwa menyediakan sedekah bumi adalah wujud dari ungkapan terima kasih mereka terhadap jasa kanjeng bodho dan tuhan terhadap apa yang telah mereka dapati di dunia.

Dewasaini, rangkaian ritual Ziarah Makam kanjeng Panembahan Bodho yang notabenenya adalah sosok wali lokal yang di kultuskan dan diyakini mendapatkan tempat di sisi yang maha Kuasa telah bertransformasi menjadi suatu rangkaian festival tahunan untuk menciptakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Acara tahunan yang diadakan di Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten  Bantul yaitu acara “Ngarak Jodhang”. Acara ini berupa iring-iringan pasukan yang berpenampilan keprajuritan dengan di ikuti beberapa rombongan kesenian yang

membawa sedekah “Ubo Rampe Kenduri”.11Tradisi iringan tersebut telah menjadi agenda rutin pemerintahan Desa Wijirejo yang notabenenya sebagai pemangku administratif Desa dan telah menjadi bagian integral dari upaya kemajuan dan pengembangan wisata lokal.

Dalam kebudayaan jawa, khususnya kraton Yogyakarta dalam hal ini, kekuasaan makam Wali Lokal di limpahkan oleh fungsionaris Kraton, atau dalam bahasa sederhananya, pengambilalihan wewenang dalam pengelolaan Makam- makam WaliJawa, hal tersebut agar fungsi makam sebagai tempat orang-orang awam atau rakyat biasa mencurahkan segala persoalan sosial mereka selain dari pada mendoakan para leluhur. Di era kolonialisasi inilah fungsi makam bagi raja dan rakyat dijadikan sebagai senjata bersama bagi imperium penjajah, karena mitos dan kekuatan magi yang dimunculkan dapat berimbas kepada adanya kekuatan supranatural. Kekuatan yang demikian itu menjadi satu nilai kebudayan yang harus selalu dijaga oleh masyarakat Yogyakarta dan Desa Wijirejo khususnya. Sehingga, peninggalan leluhur yang telah di warisi dari generasi ke generasi tetap hidup dan dilestarikan sebagai upaya merawat identitas budayanya sendiri.12

b)                Makna Secara Ekonomi

 

Secara umum, dampak dari ramainya pengunjung untuk berziarah ke makam panembahan Bodho memang memiliki nilai ekonomi tersendiri bagi penduduk setempat,   adanya   keyakinan   dari   berbagai   kalangan   bahwa   ziarah   makam

 
   
mengandung beberapa manfaat mendorong sebagian umat untuk berbondong- bondong melakukan ziarah. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh sebagian lapisan masyarakat lainnya untuk menjadikan tempat sekitar pasarean Kanjeng Panembahan Bodho sebagai wahana perekonomian dengan menjual beberapa atribut dan perlengkapan maupun kebutuhan-kebutuhan lainnya yang berkaitan dengan keperluan dari para peziarah. Sebagiamana salah seorang warga yang berdagang di sekitar komplek makam yang bernama ibu Nuri 52 tahun telah mendapatkan rezeki yang cukup untuk biaya kehidupan sehari-hari serta biaya kebutuhan anak.13Jadi peneliti melihat bahwa makam tidak hanya sebagai ruang diskursus atau tempat seseorang melakukan ritual keagamaan tapi juga di sisi lain ada dampak ekonomis yang ditimbulkan dari adanya Makam Kanjeng Panembahan Bodho. Dengan demikian, adanya makam Kanjeng Bodho telah membuka pintu rezeki bagi masyarakat sekitar makam.

 

 

 

 


Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Panitia Nyadran Pasarean Makam Sewu

Pedak , Wijirejo, Pandak, Bantul, Yogyakarta

02742810756

0

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022

Maestro Karya Budaya

Drs. Hariyadi

Pandak, Bantul , Daerah Istimewa Yogyakarta

081227045800

0

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047