Upacara Adat Luwaran Tuksono

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101283
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
DI Yogyakarta
Responsive image

Upacara Adat  “Luwaran” merupakan sebuah tradisi yang berkembang di Desa Tuksono, Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta, khususnya Dusun Taruban. Dusun Taruban dibagi menjadi dua, yakni Taruban Kulon dan Taruban Wetan. Tradisi “Luwaran” tersebut  dilaksanakan setiap tahunnya secara bergantian antara Taruban Kulon dan Taruban Wetan. “Luwaran” tersebut diaksanakan setelah panen “rendengan”.Panen “rendengan” sama artinya dengan panen musim pertama. Upacara adat ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1855. 

Awalnya, tradisi Luwaran” di Dusun Taruban diawali dengan tradisi tayub, kemudian kenduri, dan dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, sebelum tradisi “Luwaran” tersebut dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan kegiatan bersih-bersih sendang, makam, dan jalan. Hari berikutnya, warga menggelar mujahadah dan kenduri, yaitu acara doa bersama. Setelah itu, diadakan pertunjukan seni tayub dan luwaran, kemudian pada siang harinya dilaksanakan “Kirab Gunungan”. Gunungan tersebut terbuat dari hasil panen pertanian warga Taruban. Hal ini dimaksudkan sebagai wujud syukur atas hasil panen musim tersebut.

Upacara ini dilakasanakan secara rutin setahun sekali. Tujuannya untuk berkumpul bersama-sama melunasi utang nazar dan melestarikan kekayaan budaya yang ada di pedukuhan Taruban. Di dalam pelaksanaan upacara Luwaran terdapat deretan acara yang cukup panjang. Setiap dereatan upacara tersebut memiliki makna terhadap kehidupan yang telah dijalani. Pelaksanaan deretan acara tersebut dilakukan di tempat yang dipercayai keramat oleh masyarakat disana. Tempat-tempat tersebut pun memiliki cerita sejarah tersendiri bagi masyarakat pedukuhan Taruban. Tempet-tempat tersebut seperti sendang (mata air) dan makam Jaka Tarub.

Makna “Luwaran” bagi warga Dusun Taruban adalah sebagai kegiatan untuk ngluwari nadar. Ngluwari nadar artinya, menetapi nadzar. “Luwaran” menjadi perantara bagi warga Dusun Taruban untuk ngluwari nadar. Pada dasarnya, tradisi “Luwaran” hampir sama dengan tradisi “Bersih Desa” yang berkembang dalam masyarakat Jawa. Namun, tradisi “Luwaran” memiliki kekhasan tersendiri. Dalam istilah lain, luwaran adalah suatu acara dari masyarakat yang juga disebut nazar, yakni ketika seseorang yang mempunyai nazar (janji pada diri sendiri) yang sudah dikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Esa akan melakukan upacara adat Luwaran.

Kekhasan dari tradisi“Luwaran” alias“Bersih Desa di Dusun Taruban terletak pada sendang dan makam. Di Dusun Taruban, terdapat Sendang Kamulyan, yang diyakini masyarakat sebagai sumber kemuliaan bagi Dusun Taruban. Hal ini dikarenakan sumber air di Sendang Kamulyan tidak pernah habis, bahkan saat musim panas sekalipun.

Di sana, juga terdapat makam Joko Tarub, yang kemudian diabadikan menjadi nama Dusun Taruban. Namun, Joko Tarub yang dipercaya warga Dusun Taruban bukanlah Joko Tarub yang kita kenal di cerita “Nawang Wulan”. Makam tersebut merupakan milik Mbah Kertoyudo, leluhur (nenek moyang) Dusun Taruban. Makam tersebut dikeramatkan karena memiliki makam tersebut memiliki banyak sejarah. Salah satunya, makam tersebut juga dipercaya memiliki jejak Baru Klinthing.

            Di dua tempat tersebut, para warga memanjatkan doa untuk para leluhur, khususnya Mbah Kertoyudo. Di tempat itu, para warga juga memanjatkan doa sebagai wujud syukuratas segala berkah panen yang melimpah. Sebelum melanjutkan ke makam, para warga mengambil air suci yang berada di sendang.

Berikut ini komponen kegiatan “Luwaran” beserta maknanya,

1.      Bersih desa

Bersih desa adalah serangkaian acara yang pertama yaitu ngluari nadir atau nadar (perkataan) yang sudah terucap dari diri seseorang, maka nadar (perkataan) tersebut wajib dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya dalam peraturan di desa Taruban.

2.      Bersih sendang kamulyan

Bersih sendang kamulyan (mata air) adalah serangkaian acara kegiatan yang harus dilaksanakan dengan kegiatan membersihkan sendang yang bernama sendang kamulyan yanf sudah ada sejak zaman para wali sebagai napak tilas, agar sendang tersebut tetap terjaga dari kesuciannya, dan dilaksanakan sebelum diadakannya doa disekitar lingkup tersebut.

3.      Bersih makam Jaka Tarub

Bersih makam Jaka Tarub adalah serangkaian acara yang selanjutnya, kegiatan ini adalah kegiatan dengan membersihkan makam Joko Tarub yang menurut sejarahnya napak tilas jaka tarub ada dimana-mana dan tidak diketahui makam aslinya sebelum diadakannya doa di sekitar lingkup makam, dari situlah dinamakan Taruban sebagai penggambaran dari legenda Jaka Tarub.

4.      Seni tradisi tayub

Seni tradisi tayub atau ledek yaitu tarian berpasangan yang diekspresikan dengan hubungan romantis antara perempuan dan laki-laki. Acara ini biasanya dilaksanakan pada hari sabtu malam atau malam minggu. Kesenian ini ditampilkan sebagai sarana ritual di lingkungan desa, selain itu juga untuk memanjatkan rasa syukur atas diberikannya kesuburan tanah. Seni tradisi tari tayub ini dilaksanakan untuk melestarikan tradisi atau budaya yang telah dilaksanakan untuk generasi muda. Tradisi tari tayub sendiri harus  dilaksanakan karena tarian tersebut adalah peninggalan nenek moyang yang harus dilestarikan.

5.      Kenduri

Kenduri sendiri adalah serangkaian kegiatan yang merupakan wujud rasa syukur kepada Allah SWT karena telah diberi panen yang cukup untuk kebutuhan keluarga dan masyarakat.

6.      Mujahadahan

Mujahadahan adalah acara pengajian yang diselenggarakan dengan tujuan untuk mendoakan keluarga ahli waris yang dimakamkan di makam Jaka Tarub.

7.      Kirab gunungan

Kirab gunungan adalah wujud rasa syukur kepada Allah SWT karena diberi hasil panen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan di masyarakat. kirab gunungan yang diikuti oleh 22 grup kesenian tradisi dan religius, seperti jathilan klasik dan hadroh. Kirab yang dipimpin oleh bregodo tersebut berjalan melewati dua desa, Taruban Wetan dan Kulon, menuju sendang kamulyan dan makam Jaka Tarub. Dalam kirab tersebut ada patung ogoh-ogoh yang pada akhirnya dibakar sebagai wujud penyampaian doa-doa yang dikirimkan. Gunungan yang berisi hasil panen tersebut diperebutkan masyarakat di halaman pendapa.

8.      Pagelaran wayang kulit

Pagelaran wayang kulit dilaksanakan pada malam hari dan rangkaian acara ini adalah sebagai acara penutup.

Upacara Adat Luwaran Tuksono hingga kini masih dilestarikan dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Upacara bersih desa dijadikan sebagai media pemersatu diantara para warganya. Persiapan dilakukan dengan gotong royong dan dilaksanakan dengan lebih banyak swadaya masyarakatnya. Semangat untuk terus melestarikan warisan budaya Upacara Adat Luwaran ini diberikan kepada anak-cucu mereka. 


Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 19-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Masyarakat Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kulonprogo

Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo

0

-

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 19-01-2022

Maestro Karya Budaya

Walakin

Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo

0

-

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 19-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 19-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047