Kesenian Trengganon

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101286
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
DI Yogyakarta
Responsive image
Sejarah perkembangan kesenian tidak bisa lepas dari kepercayaan atau agama. Agama senantiasa menjadi sumber inspirasi yang besar bagi para seniman. Semua itu tergantung seberapa jauh suatu agama mengembangkan atau menghambat dorongan itu. Sama halnya dengan agama Islam dalam mengajarkan seni, melalui sumber utamanya yaitu Al. Quran, di mana Al-Quran sangat menghargai seni. Islam adalah agama fitrah. Segala sesuatu yang bertentangan dengan fitrah ditolaknya dan yang mendukung kesuciannya ditopangnya. Islam mendukung kesenian selama penampilannya mendukung fitrah manusia yang suci. Dengan demikian kesenian Islam adalah kesenian yang tidak keluar dari fitrah suci manusia. Masuk Islam membawa pengaruh pada lingkungan budaya setempat. Demikian halnya dengan wilayah Yogyakarta tidak terlepas dari pengaruh Islam, sehingga kesenian-keseniannya pun terpengaruh oleh ajaran Islam. Yogyakarta sebagai salah satu pusat kebudayaan di jawa menyimpan berbagai kesenian yang berhubungan dengan ajaran Islam. Diantaranya kesenian Trengganon di Padukuhan Parakan Wetan, Sensangsari, Minggir, Sleman. Kesenian Trengganon pada awalnya digunakan sebagai media dakwah oleh Kyai Haji Syahid untuk menyebarkan ajaran agama Islam. Kyai Haji Syahid dalam menyebarkan agama Islam dengan memberikan ceramah agama juga disertai pula pementasan kesenian Trengganon. Syiar agama Islam melalui kesenian Trengganon dilakukan dengan lantunan syair-syair yang diambil dari ayat-ayat kitab Barzanji yang dipadukan dan diselaraskan dengan jurus-jurus silat. Nama Trengganon berasal dari kata Trengganu. Trengganu adalah nama dari suatu daerah di Malaysia. Menurut keterangan Bp. Hj. Achmad (adik KH. Syahid) saat KH. Syahid naik haji, ia singgah di daerah Trengganu dan melihat seni bela diri silat. Sepulangnya ke Indonesia beliau mendirikan [erkumpulan seni bela diri dengan nama Trengganon. Istilah Trengganon berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari kata tarawih yang artinya suatu hal yang baik dan kata anggonun yang artinya melaksanakan. Sehingga Trengganon dapat diartikan sebagai melaksanakan suatu kebaikan. Lahirnya kesenian Trengganon bersamaan dengan hadirnya KH. Syahid saat memberikan kotbah di masjid Parakan Kulon. Sekitar tahun 1930 M tepatnya di Padukuhan Parakan Kulon awal mula kemunculan kesenian Trengganon, saat itu mesayarakat sudah mulai mempelajari kesenian ini dan tahun 1936 M kesenian Trengganon menjadi milik masyarakat Parakan Kulon. Namun pada tahun 1983 M dalam rangka misi kesenian mewakili Kab. Sleman. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Sleman memilih kesenian Trengganon untuk tampil untuk tampil di Jakarta dan memeberi waktu selama 2 bulan untuk berlatih. Pada saat itu Parakan Kulon merasa keberatan dengan waktu yang diberikan, kemudian masyarakat Parakan Kulon dialihkan ke Parakan Wetan. Sejak saat itu masyarakat Parakan Wetan mempelajari kesenian Trengganon dan pada tahun 1983 M kesenian ini menjadi milik masyarakat Parakan Wetan. Kesenian Trengganon merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional kerakyatan yang bernafaskan Islam. Kesenian ini perpaduan antara Seni Musik, tari, silat dan seni suara. Alat musik yang digunakan adalah rebana dan bedug, dlama perkembangannya alat music ditambah dengan adanya kentungan. Selain syair-syairnya menggunakan bahasa Arab dan Melayu, syairnya terdiri dari dua bait, bait pertama disebut bawa(pertanyaan ) dan bait kedua disebut rodhat (jawaban). Kesenian Trengganon pada awal kemunculannya berfungsi sebagai media dakwah dalam usaha menyebarluaskan agama Islam. Perkembangan selanjutnya selain sebagai media dakwah juga sebagai hiburan. Bukan hanya dipentaskan pada acara agama saja tetapi juga acara lain misalnya acara syukura, perkawinan, khitanan dan lain sebagainya. Tema Tema dalam kesenian Trengganon ini adalah mengekang atau menahan diri terhadap segala sesuatu hal yang buruk untuk mencapai keselarasan atau keseimbangan hidup. Tata Gerak Sumber gerak tari kesenian Trengganon adalah unsur gerak pencak silat, yang berarti aspek bentuk dasar meliputi sikap dan gerak tangan dan gerak kaki mengikuti unsur dasar pencak silat. Meskipun begitu, oleh sebab menjaid unsur pertunjukan kecepatan tari dalam Trengganon tidak terlalu tajam dan lebih lembut. Motif pencak silat yang dipakai dalam tari Trengganon ada dua aspek yaitu gerak tangkisan dan serangan. Kegagahan pada motif pencak dapat terlihat pada sikap tubuh, volume gerak dan pengerahan tenaga. Motif serangan pada motif pencak silat dalam tari Trengganon terdiri dari gerak Memukul menendang ke depan dan kete’kan. Dalams etiap motif serangan terdapat unsur sisipan gerak kembangan berupa gerak endha, empok, tangkisan dan gerak menyaut. Olahan dan perpaduan motif serangan dan kembangan ini akan menjadi suatu rangkaian gerak tari yang tidak murni sebagai bentuk gerak pencak silat. Ragam Gerak Ragam gerak yang terdapat dalam Trengganon 1. Laku-Laku : berjalan menyamping dengan langkah kaki disilangkan, disertai ayunan kedua tangan dengan badan agak membungkuk kemudian tangan melangkerik sikap badan kembali tegak hadap muka 2. Tepuk tangan : tepuk tangan di depan muka, arah kaki agak disilangkan ke depan kaki kiri atau kanan, begitu juga arah badan serong kanan atau ke kiri secara bergantian. Ini dapat dilakukan dengan berjalan ataupun tetap di tempat 3. Mlaku ngantem : berjalan dengan langkah kaki kanan disilangkan di depan kaki kiri, tangan kanan memukul ke depan, tarik tangan kanan ke dalam tangan kiri nangkis 4. Oyog-oyogan : masang kuda-kuda kanan, arah ke depan, berubah menjadi msang kuda-kuda kiri arah ke belakang, pandangan tetap ke muka 5. Mlaku jinjitan : tangan melangkerik kaki kanan diangkat setinggi betis (junjungan ganjul 6. kaki kanan menempel lantai 2 kali), begitu seterusnya dilakukan secara bergantian kanan dan kiri 7. Salam : bersalaman pasang kuda-kuda kanan pukul samping kiri, masang lagi kemudian menangkis tangan kanan, badan merendah kaki silang, masang pukul kanan, sikap melangkerik 8. Mlaku ngantem ngeneti : berjalan ke muka sambil pukul tangan kanan atau kiri (bergantian) kaki kanan atau kiri ngeneti 9. Bungkuk : sikap badan membungkuk ayun tangan kanan dari bawah ke samping atas, tangan kiri melangkerik di cethik kiri 10. Duduk tepuk tangan : sikap timpuh kedua tangan bertepuk tangan 11. Timpuh ayun tangan : duduk dengan tumpuan tumit sebagai penyangga badan, tangan kiri melangkerik di cetnthik kiri, ayun tangan kanan ke samping kiri dan kanan bergantian serta diikuti dengan tolehan 12. Tangkisan : masang kuda-kuda, hormat tangan, gerak tangan, tangkisan 13. Hormat : hormat, hadap samping kanan, hadaps amping kiri, masang kuda-kuda 14. Kete’kan : masang pukul samping kiri, tangkis kanan, pukul belakang, kete’kan , tending kanan, kiapt samping kanan, pukul depan masang 15. Junjungan : kaki diangkat setinggi betis, arahnya serong kanan depan atau kiri 16. Lekas main : masang pukul tangan kanan ke depan, gerak pergelangan tangan kanan kiri ke dalam, tangkis kanan, hadap kiri pukul kiri, masang pukul tangan kanan ke belakang gerak pergelangan tangan putar ke dalam, masang pukul kiri, kanan, masang kemudian malang ketik 17. Tekle’kan : kedua tangan ukel di samping kanan atas (telinga), masang kuda-kuda kanan, balik hadap samping kiri pukul kiri, tangkis kanan, masang gerak pergelangan tangan kanan ke kiri kanan tangkis dari pukul kanan, masang 18. Sempokan : masang kuda-kuda kanan, buka pukul samping kiri, masang kuda-kuda hadap depan pukul, hal ini dilakukan 3 kali, hormat, tepuk tangan, ngeneti dua kali, sempok masang kuda-kuda pukul, masang melangkerik 19. Ashola : masang kuda-kuda , tangkisan depan, ke samping kiri pukul tangkis, ngeneti 3 kali, balik ke belakang, masang, kete’kan, balik hadap depan lagi, pukul depan 20. Masang kuda-kuda, tangkis atas, balik hadap belakang, tangkis bawah, masang, kedua tangan ke atas samping (telinga), kaki silang, hadap samping kiri, masang ngeneti 3 kali, sikap melangkerik 21. Tepuk tangan dua kali, masang, balik belakang, pukul kanan, hadap depan pukul kanan, masang 22. Masang kuda-kuda kanan, hadap belakang, pukul kiri, ayun tangan 2 kali ke samping kanan, hadap depan, pukul kiri, sikut kanan, ayun tangan 2 kali, masang sikap melangkerik STRUKTUR TARI Struktur tari dalam Trengganon sebagai berikut : 1. Laku-Laku untuk memasuki arena pentas. Para penari mulai menari untuk memasuki tempat pentas dengan membentuk 2 baris, yang masing-masing saling berpapasan 2. Pembuka. Dalam pembuka ini merupakan langkah awal akan memasuki bawa dan rodat 3. Bawa dan Rodat Ini merupakan bagian paling inti dalam pementasan Trengganon. Pada waktu bawa para pengerong melantunkan syair-syair lagu sedangkan para penari melakukangerak tari. Adapun pada waktu rodat para penggerong diam dan penari menyanyikan lagu dengan tetap menari 4. Laku-laku untuk keluar dari arena pentas. Para penari keluar dari tempat pentas, dengan membentuk 2 baris tetap berpasangan MUSIK PENGIRING Pada awal kemunculan kesenian Trengganon, kesenian ini hanya menggunakan alat musik berupa satu buah bedug (jidhor) dan tiga buah terbang. Namun dalam perkembangannya yaitu pada tahun 2003, kesenian Trengganon mengalami perubahan dengan bertambahnya alat musik berupa kentungan yang berjumlah dua buah. Penambahan alat musik kentungan bertujuan untuk penambahan ritme musik. TATA RIAS DAN BUSANA Berkaitan dengan tata rias dan kostum pada kesenian trengganon memang mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman, data kajian yang ditulis oleh Hadi (1982) dan Handayani (1984) disebutkan bahwa penari sama sekali tidak menggunakan rias sama sekali. Rias dianggap tidak wajar karena hampir mirip dengan ledhek dan jika digunakan untuk ibadat tidak pantas dilakukan. Kemudian mengenai tata pakaian yang digunakan, dalam dua kajian tersebut tata pakaian yang digunakan masih sangat sederhana yaitu a. Kemeja putih lengan panjang b. Celana panjang berwarna hitam atau gelap c. Ikat pinggang biasanya berwarna putih d. Peci berwarna hitam e. Sapu tangan berwarna merah atau hijau yang dikalungkan pada leher f. Slempang berwarna merah atau hijau dengan kombinasi warna kuning emas yang dikalungkan pada bahu g. Sepatu berwarna hitam h. Kadang-kadang dengan kacamata Kemudian pada sekitar tahun tahun, kesenian trengganon telah berubah dan dilihat sebagai bagian dari fungsi pertunjukkan estetis. Sebab karenanya, tata busana dan pakaian mulai berubah, dalam kajian yang dilakukan oleh Setyorini (1995) disebutkan bahwa terdapat beberapa perubahan. Secara detail Setyorini menjelaskan pada kesenian Trengganon tata rias digunakan oleh penari putri agar kelihatan cantik dan agar penari putra terlihat bagus. Alat kosmetik yang digunakan dalam tata rias meliputi : pembersih muka, alas bedak, bedak, pensil alis, pemerah pipi atau blush on, eye shadow, dan lipstik. Dalam perkembangannya lagi pada tahun 2009, untuk mempertajam riasannya dengan tujuan agar terlihat lebih menarik yakni pada penari putri dengan menggunakan bulu mata untuk menambah kelentikan pada mata. Sama halnya dengan perubahan pada tata busana. Dalam kesenian Trengganon yang telah berkembang tata busana yang digunakan dalam hal warna tidak pasti, karena dalam setiap pementasannya warna busana yang digunakan selalu berbeda. Alasannya adalah sebelum pentas diadakan rapat terlebih dahulu untuk menentukan warna apa yang akan digunakan. Seluruh penari mempergunakan pakaian seperti tersebut di atas. Perbedaan antara penari yang satu dengan penari yang lain, terletak pada warna sapu tangan dan srempang. Sapu tangan dan srempang warna merah biasanya dipergunakan oleh pemimpin penari yang terdiri dari dua orang. Dalam komposisi susunan penari 2 tersebut berada di depan dan selalu memberikan aba-aba setiap pergantian gerak. Tata busana yang dipakai oleh para pemain Trengganon : a. Penari 1. Peci hitam yang diberi kertep 2. Baju lengan panjang berwarna putih 3. Celana tanggung 4. Rompi 5. Lontong bagi penari putra dan setagen atau korset bagi penari putri 6. Timang bagi penari putra 7. Kaos kaki 8. Jarik atau kain b. Pengiring dan Penggerong 1. Peci berwarna hitam 2. Baju lengan panjang putih 3. Celana panjang warna hitam 4. Rompi 5. Kaos Kaki Tata Rias dan Busana dari Trengganon terus mengalami perkembangan sebab seringkali oleh kebutuhan estetik, beberapa kelompok trengganon DIY menambahkan beberapa aksesoris dan properti untuk menambah daya tarik. Pola Lantai Pola lantai merupakan garis-garis yang dilalui oleh penari. Biasanya ada 2 bentuk pola garis, yaitu melengkung dan lurus. Pada awal kemunculannya pola lantai yang digunakan dalam kesenian Trengganon berjajar garis lurus dengan penari berhadapan. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran gambar. Adapun desain lantainya berupa : lingkaran, huruf T, dan huruf L supaya tidak hanya sejajar berhadapan. Ada juga model yang berupa garis lengkung dan garis bersilangan. Dalam kesenian Trengganon biasanya menggunakan pola garis lurus, melengkung, dan bersilang. Hal ini sesuai luas tidaknya tempat pementasan dan sesuai permintan. Akan tetapi lebih dominan menggunakan pola garis lurus. Jika arena pementasan luas maka pola lantai bisa dikombinasi misalnya kombinasi garis lurus dan melengkung. Penggunaan pola lantai juga tergantung pada jumlah penarinya. Gerakan khusus selain berhadapan, Trengganon memilki gerak khas yaitu gerakan silat yang diperhalus. Wujud gerakannya diambilkan dari silat namun disesuaikan untuk pertunjukan panggung sehingga tidak banyak gerakan memutar kaki atau adegan ekstrem lainnya. Aspek yang menonjol dalam kesenian Trengganon adalah nilai dzikir yang merupakan ungkapan-ungkapan pujian terhadap Allah SWT beserta nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya, yang dikemas dalam bentuk syair shalawatan. Waktu dan Tempat Pementasan Kesenian Trengganon memiliki waktu pementasan hanya lebih dari satu jam saja. Pada awal perkembangannya kesenian Trengganon tampil habis shalat Magrib atau sebelum waktu shalat Isya. Dalam perkembangannya kesenian ini durasi waktu pementasannya disesuaikan dengan permintaan pihak yang meminta untuk pentas. Selain itu syair yang dinyanyikan juga menyesuaikan waktu pementasan, syair yang semula ada 16 syair dipersingkat menjadi 6 syair. Pemain akan menyesuaikan durasi dengan jumlah ragam gerak yang akan dimainkan. Meski begitu waktu pementasan biasanya berlangsung 1-3 jam lebih dengan waktu istirahat 30 menit. Kesenian Trengganon dapat dipentaskan dimana saja dan kapan saja sesuai kebutuhan. Adapun tempat pementasannya dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu tempat terbuka dan tempat tertutup. Tempat terbuka yang dimaksud adalah suatu pementasan yang dilaksanakan di halaman rumah atau di lapangan terbuka. Tempat seperti ini akan memberikan kebebasan penonton untuk melihat pementasan kesenian Trengganon. Sedangkan yang dimaksud dengan tempat tertutup adalah suatu pementasan yang dilakukan di dalam gedung dengan menggunakan panggung. Tempat tertutup seperti ini penonton hanya bisa melihat satu arah saja. Syair Syair-syair berupa puji-pujian terhadap Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Puji-pujian ini disampaikan dengan bahasa Jawa dan Arab. Akuturasi budaya Jawa juga dapat terlihat sangat kuat pada pertunjukan Trengganon ini. Syair diambilkan dari bacaan sholawat Al Barjanzi dan asmaul husna. Nilai, Makna, Fungsi Kesenian Trengganon di Padukuhan Parakan Wetan memiliki peran penting bagi masyarakat sekitar. Keberadaan kesenian tersebut tidak lepas dari aktivitas dakwah ajaran agama Islam. Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin diperkenalkan dan disebarkan kepada masyarakat Parakan Wetan melalui aktivitas dakwah. Adapaun penyampaian dakwah yang dilakukan tidak menggunakan kekerasan, paksaan, maupun dengan kekuatan senjata.7 Hal ini bertujuan agar dapat terbentuk masyarakat yang sejahtera dan mematuhi syariat-syariat Allah SWT, baik hubungan manusia dengan Tuhannya maupun manusia antara manusia. Saat ini fungsi kesenian Trenggaranon tidak saja berfungsi sebagai media dakwah,tetapi kesenian ini juga berfungsi sebagai hiburan. Pada tahun 2015, kesenian Trengganon memiliki banyak peminat. Hal tersebut terbukti makin seringnya kesenian Trengganon dipentaskan dalam acara-acara yang bukan berkaitan dengan agama saja, melainkan juga acara-acara lain,diantaranya sebagai berikut :Sesuai dengan fungsi kesenian Trengganon yaitu untuk berdakwah, kesenian ini banyak tampil pada acara-acara keagamaan. Misalnya pada acara pengajian akbar dan Maulid Nabi. Disini terlihat bahwa kesenian ini berpengaruh terhadap perkembangan ajaran Islam di Padukuhan Parakan Wetan. a. Acara bersifat sosial Kesenian Trengganon dipentaskan untuk memperingati hari-hari besar nasional diantaranya dalam rangka memperingati Tujuh Belasan, Hari Kartini, dan Hari Pendidikan Nasional. b. Acara peristiwa budaya Dalam acara peristiwa budaya, kesenian Trengganon dipentaskan untuk acara hajatan, syukuran, perkawinan, festival budaya, dan pawai budaya. Hal diatas merupakan bukti bahwa kesenian Trengganon mampu bereksistensi dalam acara-acara penting kehidupan masyarakat, serta merupakan bukti bahwa kesenian Trengganon dapat diterima kehadirannya oleh masyarakat setempat. Selain dari sisi agama dan budaya, Kesenian Trengganon juga memiliki nilai-nilai gotong royong. Sikap gotong royong juga dapat dilihat dari para anggota kesenian Trengganon, misalnya dalam membantu tempat pementasan dan menyiapkan alat- alat musik yang nantinya digunakan dalam pementasan. Kesenian ini dapat memberikan pengaruh positif bagi masyarakat Parakan Wetan, perlu diketahui bahwa masyarakat padukuhan Parakan Wetan sangat menjunjung tinggi nilai gotong royong. Salah satu dampak positif dari gotong royong adalah membentuk pribadi masyarakat yang saling tolong menolong dan rela berkorban untuk kepentingan bersama yang secara tidak langsung dapat membuktikan bahwa kepentingan umum lebih diutamakan dari pada kepentingan individu. Dalam kehidupan bermasyarakat aktivitas yang dilakukan memiliki cara berinterasi yang baik antara sesama masyarakat sekitar. Interaksi ini terjadi karena manusia membutuhkan orang lain untuk saling membantu dan berbagi pengalaman. Interaksi akan membentuk sebuah komunikasi, karena komunikasi dianggap sebagai sarana yang sangat penting untuk terwujudnya suatu hubungan. Kesuksesan suatu hubungan sangat ditentukan bagaimana cara mengemas nilai- nilai yang ada didalam sebuah komunikasi. Didalam berkomunikasi antara masyarakat terdapat situasi yang belum tentu situasi tersebut dapat diterima dan dimengerti oleh seluruh masyarakat. Melalui komunikasi inilah kesenian Trengganon menjadi kesenian yang dikenal oleh masyarakat Parakan Wetan dan sekitarnya, dengan komunikasi mayarakat yang datang dan menonton kesenian Trengganon menjadi saling menyapa dan saling berkomunikasi, disinilah terjadi silahturahmi antar warga, baik yang sudah saling mengenal maupun yang belum mengenal satu sama lain.

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 19-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Kesenian Trengganon AL FATAH di Padukuhan Parakan Wetan Sendangsari, Minggir, Sleman

Padukuhan Parakan Wetan Sendangsari, Minggir, Sleman

0

-

Kesenian Trengganon di Tlogo, Pendoworejo, Girimulyo, Nanggulan, Kulonrprogo

Tlogo, Pendoworejo, Girimulyo, Nanggulan, Kulonrprogo

0

-

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 19-01-2022

Maestro Karya Budaya

Kodari

Padukuhan Parakan Wetan Sendangsari, Minggir, Sleman

0

-

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 19-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 19-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047