PENGANAN PELITE

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101371
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung
Responsive image

Kota Muntok tak hanya memiliki cerita sejarah perjalanan bangsa, juga dijuluki sebagai Kota Seribu Kue. Jika berkunjung ke Muntok, hamparan kue terlihat dari seberang Masjid Jami’ dan Kelenteng Kong Fuk Miau, sebuah gerai kue khas Muntok yang dipadati aneka jajanan sungguh mengundang selera.

Penganan Pelite merupakan salah satu kue yang populer pada masyarakat kota Muntok. Penganan Pelite memiliki keterkaitan sejarah pengasingan presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno dan beberapa tokoh perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia di Kota Muntok pada tahun 1949. Berdasarkan catatan sejarah, Presiden Soekarno bersama para beberapa pejuang kemerdekaan lain yaitu Mohammad Hatta, Haji Agus Salim, dan Mohammad Roem pernah diasingkan di Pulau Bangka tepatnya di Muntok, Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 1948-1949. Soekarno pernah hampir seminggu lamanya berada di rumah pengasingan Wisma Menumbing yang berada di puncak bukit. Kemudian, ia pindah ke Wisma Ranggam yang berada di kaki bukit. Meski di tengah pergolakan politik Indonesia, Soekarno ternyata gemar bersosialisasi dengan masyarakat Muntok, dan dulunya Bung Karno suka makan kue pelite. Kue pelite biasanya disajikan ketika Soekarno menggelar rapat-rapat penting bersama tokoh bangsa lainnya.

Menurut penuturan masyarakat di Kampung Tanjung Kota Muntok, Penganan Pelite merupakan kue yang paling digemari oleh presiden Soekarno. Masyarakat Muntok, termasuk keluarga dari  salah seorang informan dalam penelitian ini yang tinggal di Desa Belo Laut Kecamatan Muntok, seringkali mengantarkan makanan kepada Soekarno sebagai Presiden pertama Indonesia selama masa pengasingannya. Dari semua kue yang sering dibawakan untuknya, Penganan Pelite adalah favoritnya.

Penganan Pelite merupakan kue yang mirip dengan berbagai jenis talam yang ada di Indonesia. Kue ini berwarna putih susu dengan tekstur yang sangat lembut. Kue ini memiliki rasa yang manis dan gurih ditambah dengan aroma pandan wangi. Penganan sejenis ini mirip penganan jojorong khas Banten atau kue tetu khas Sulawesi Tengah. Bedanya pada isian. Penganan pelite diisi gula pasir, sedangkan jojorong diiisi gula merah dan takir jojorong dibuat dari daun pisang. Kue pelite lebih mirip dengan kue tetu yang juga diisi gula merah dengan wadah daun pandan. Kalau di daerah Jawa Tengah mirip dengan penganan bubur sumsum.

 

            Masyarakat di Kota Muntok biasanya menyebut kue ini dengan nama Kue Sampan dikarenakan bentuknya yang mirip dengan sampan/perahu nelayan.

Bahan dasar yang digunakan untuk membuat kudapan ini hanya terdiri dari air santan kelapa, tepung beras,  gula pasir, telur, garam dan takir dari daun pandan yang dibentuk persegi empat.  Pengertian dari  takir  itu sendiri  adalah sebuah daun  baik daun pandan, bisa juga daun pisang, dilipat sehingga berbentuk kotak , sebagai wadah bubur. Selain berfungsi sebagai wadah, takir ternyata memiliki makna filosofi. Makna dari takir itu adalah gabungan dari kata takwa dan zikir. Dimana dua hal tersebut yaitu taqwa dan zikir adalah wadah amalan-amalan kita sebagai makhluk tuhan. Takir juga melambangkan banyak hal, yakni kesederhanaan, kreativitas yang canggih, produk lokal masa lalu yang tak lekang oleh zaman, juga kemandirian masyarakat masa lalu sebelum mengenal sendok dan piring yang merupakan budaya eropa. Lalu sebagai wadah nostalgia dan melambangkan kedekatan manusia dengan alam.

Proses pembuatan kue ini cukup sederhana, yaitu dimulai dengan membuat takir dari daun pandan. Daun pandan yang telah dibersihkan dipotong dengan panjang ±6 cm. Kedua ujung daun pandan ditekuk dan dilipat ke atas sehingga membentuk sampan, kemudian sematkan lidi pada lipatannya untuk mempertahankan bentuk takir. Setelah selesai membuat takir, siapkan kukusan untuk mengukus kue. Sementara menunggu air kukusan mendidih, sendokkan gula pasir ke dalam takir. Campur santan, tepung beras, telur, dan garam menjadi satu adonan kemudian tuangkan ke dalam takir yang telah diberi gula, lalu kukus hingga matang. Ketika disajikan aroma semerbak daun pandan menambah nikmat kue ini. Walau simpel, kenikmatannya terasa jauh dari bentuknya.

Bahan dan cara mengolah yang sederhana, Penganan Pelite menandakan kehidupan Presiden Soekarno jauh dari kemewahan. Di wisata kebangsaan, kue ini disajikan sebagai bentuk napak tilas keseharian Presiden Soekarno ketika diasingkan di Muntok.

Eksistensi Penganan Pelite masih sangat terjaga dalam masyarakat di Kota Muntok. Cerita dan sejarah yang ada di balik Penganan Pelite mengingatkan masyarakat terhadap sosok presiden pertama Republik Indonesia dan merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakatnya, makanan tradisional mereka digemari oleh tokoh penting dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam wawancara dengan informan Bapak Ir. Chairul Amri Rani, warga Desa Belo Kecamatan Muntok, beliau mendapatkan cerita dari ibunya yang sering mengantarkan makanan untuk Soekarno dan beberapa tokoh lainnya yang ditahan di Wisma Ranggam yang ada di Muntok.

Salah seorang pengrajin Penganan Pelite di Muntok yang masih mempertahankan cara lama dalam membuat Penganan Pelite adalah Ibu Sita. Beliau masih aktif membuat Penganan Pelite setiap harinya, setidaknya ia mampu menghasilkan seratus hingga seratus dua puluh buah Penganan Pelite yang kemudian dititipkan ke penjual kue.

Bahan-bahan

  1. 125 gram tepung beras
  2. 100 ml santan kental dari 1/2 butir kelapa
  3. 550 ml santan encer (dari perasan santan kental)
  4. 1 butir telur, kocok lepas
  5. 1/4 sendok teh garam
  6. 3 lembar daun pandan, potong potong
  7. pelepah daun pandan untuk membuat takir
  8. 50 gram gula pasir kasar untuk taburan dibawah kue sebelum dituangkan

Cara membuat

  1. Ambil 4 sendok teh tepung beras.

2.      Tambahkan 1/4 sendok teh garam dan santan kental. Aduk rata. Sisihkan.

  1. Campur sisa tepung beras, santan encer, telur, dan garam hingga rata.
  2. Siapkan takir, dalam takir tersebut tabur 1 sendok teh gula pasir kasar.
  3. Tuang campuran telur kedalam cetakan tersebut. Kukus hingga matang kurang lebih 20 menit.
  4. Tuang campuran santan kental. Kukus lagi hingga matang.

Penganan Pelite siap dihidangkan


Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 26-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Ibu Sita

Jalan Tanjung Kalian, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kep. Bangka Belitung

000

@

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 26-01-2022

Maestro Karya Budaya

Bambang Haryo Suseno

Muntok

000

@

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 26-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 26-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047