KUE BANGKIT

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101476
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Kepulauan Riau
Responsive image
Di masa Sultan Mahmud Riayat Syah (1761-1812), sagu telah menjadi barang dagangan yang menguntungkan di Lingga. Untuk mempererat hubungan persahabatan, Sultan Mahmud Riayat Syah pernah mengirimkan hadiah delapan ratus kantong sagu kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda P.G. van Overstraten di Batavia. Dalam penutup suratnya yang bertarikh 27 Ramadhan 1212 (15 Maret 1798) dinyatakan ?Suatu pun tiada ada tanda hayati hanyalah kain Cina Kantun sepasang dan gading sepasang dan lilin dua pikul dan payung Cina sepasang dan sagu dualapan ratus kantong tiada ada dengan sepertinya melainkan karena menyatakan tulus ikhlas sahaja Di masa awal pemerintahan Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah, pada 1 Desember 1857 disepakati bersama Belanda tentang cukai yang berlaku di Lingga- Riau. Masa itu tiap-tiap seratus tampin sagu yang dibawa keluar dari Lingga dikenakan cukai senilai tiga puluh sen setengah. Setelah gagal dalam bidang pertanian padi, Sultan secara langsung melibatkan diri pada usaha perdagangan sagu. Masyarakat yang berada di pulau Lingga juga memperbanyak penanaman pohon sagu. Memperbanyak penanaman pohon sagu tentunya mengakibatkan bertambah luasnya lahan dan menambah hasil produksi. Usaha perluasan lahan tentunya Di masa awal pemerintahan Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah, pada 1 Desember 1857 disepakati bersama Belanda tentang cukai yang berlaku di Lingga- Riau. Masa itu tiap-tiap seratus tampin sagu yang dibawa keluar dari Lingga dikenakan cukai senilai tiga puluh sen setengah. Setelah gagal dalam bidang pertanian padi, Sultan secara langsung melibatkan diri pada usaha perdagangan sagu. Masyarakat yang berada di pulau Lingga juga memperbanyak penanaman pohon sagu. Memperbanyak penanaman pohon sagu tentunya mengakibatkan bertambah luasnya lahan dan menambah hasil produksi. Usaha perluasan lahan tentunya Sebagai daerah penghasil sagu, terdapat berbagai makanan yang berasal dari sagu. Berbagai makanan yang berbahan dari sagu di Lingga, sebagian besar adalah makanan tradisional yang telah lama dikenal masyarakat. Sebagian makanan tradisional yang berbahan sagu oleh ibu-ibu rumah tangga menjadi sumber pendapatan keluarga. Di Lingga terdapat kue kering berbahan sagu yang dijual di warung-warung yang dibuat oleh ibu-ibu rumah tangga. Diantara kue kering berbahan sagu diantaranya kue bangkit. Kue bangkit merupakan kue kering yang dibuat oleh ibu-ibu rumah tangga untuk dijual ke warung-warung yang berada di Lingga. Desa Panggak laut yang berada di Kecamatan Lingga sebagai penghasil sagu juga menjadi desa penghasil kue bangkit. Sebagian ibu-ibu rumah tangga di Desa Panggak Laut menambah penghasilan keluarga dengan membuat kue bangkit yang di antar ke warung-warung. Kue bangkit mempunyai cita rasa manis dan lezat sehingga disukai oleh masyarakat sebagai cemilan kering. Pada saat hari raya, sebagian masyarakat menjadikan kue bangkit sebagai hidangan makanan kering untuk para tamu. Disebalik nama dan kelezatan terdapat makna dari kue bangkit. Kue bangkit yang bercita rasa manis mengandung makna bangkitkan semangat dalam melakukan hal-hal baik dalam kehidupan. Kue bangkit juga mengandung nilai ekonomi bagi masyarakat karena bagian dari sumber pemasukan keuangan ibu-ibu rumah tangga. Kue bangkit dititipkan ke warung-warung di wilayah Lingga mau pun dijual secara lansung dari rumah. Disamping itu juga mengandung nilai sejarah, karena kue bangkit berbahan baku sagu. Pohon sagu merupakan pohon yang telah lama menjadi bagian dari penunjang ekonomi masyarakat Lingga. Di zaman Kerajaan Lingga-Riau sagu menjadi sumber penting matapencaharian masyarakat Lingga dan pemasukan kerajaan. Sagu bagian dari ketahanan pangan wilayah Lingga yang perlu diperhatikan oleh masyarakat dan pemerintah. Kue bangkit yang bercita rasa manis mengandung makna kesuburan, keuletan dan bangkitkan semangat dalam melakukan hal-hal baik dalam kehidupan. Maksud dari bangkit yaitu bahan adonan kue ini mengembang atau memuai karena diaduk dengan cepat sehingga bentuk kue bangkit ini setelah masak berubah bentuknya menjadi lebih besar (memuai) dari ukuran semula/ lebih tebal dan mengembang agak merekah. Resep membuat kue bangkit Bahan-bahan: Tepung sagu Tepung gandum Santan Gula pasir Telur ayam Vanila Pewarna makanan Cara membuat: Tepung sagu disangrai Tepung gandum disangrai Santan dimasak sampai hampir berminyak kemudian masukkan gula pasir lalu aduk dan biarkan sampai hampir mengental, kemudian angkat dinginkan. Selanjutnya campur dengan telur, vanila, pewarna makanan dan tepung gandum yang telah disangrai sehingga menyatu. Adonan ini kemudian dicampur dengan tepung sagu yang telah disangrai untuk diuli. Setelah tepung diuli, kemudian cetak satu persatu dengan cetakan kue, lalu masukkan ke dalam loyang dan panggang kue di oven sehingga matang.

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 31-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Hermadi ( Ketua Persatuan Kuliner Kab. Lingga)

Kec. Lingga

0

SYAMSUL ASRAR, S.ST, MM

Jl. Istana Robat Daik Lingga

081277799773

syamsul.asrar@gmail.com

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 31-01-2022

Maestro Karya Budaya

Yulita

Desa Panggak Darat, Kecamatan Lingga.

0

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 31-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 31-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047