Srimpi Sangupati

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101482
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Jawa Tengah
Responsive image
Beksan/Tari Srimpi Sangupati Sejarah Tari Serimpi Hampir seluruh jenis tari mempunyai sejarah yang menjadi latar belakangnya, begitu pun dengan tari serimpi. Tarian ini berawal pada masa kerajaan Mataram saat Sultan Agung bertahta pada tahun 1613 hingga 1646. Tari serimpi termasuk karya seni tertua di Jawa dan dianggap memiliki keskaralan serta kesucian karena hanya digelar di Kawasan keraton sebagai bagian dari ritual. Pada masa itu, hanya penari-penari terpilih yang diperbolehkan membawakan tarian ini. Kemudian saat kerajaan Mataram mengalami perpecahan pada tahun 1755 menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasultanan Surakarta, tarian ini pun terkena dampaknya. Dampaknya adalah adanya perbedaan gerakan antara tari serimpi Jogja dan Surakarta, meskipun keduanya memiliki inti tarian yang sama. Srimpi berasal dari kata “Sri” dan “Impi”. Sri berarti raja dan Impi berarti mimpi atau angan-angan. Jadi Srimpi merupakan mimpi atau angan-angan dari seorang raja yang ingin diwujudkan. Kata Srimpi dalam bahasa Jawa berarti anak gadis berjumlah 4 (empat). Dalam Tari Srimpi pada umumnya tema, cerita maupun penokohan tidak digambarkan secara jelas. Akan tetapi lebih menunjukkan kekuatan bentuk gerak, komposisi pola lantai, rias, kostum, musikalitas/gending serta kekuatan perawakan tubuh yang sama. Untuk mengetahui tema tari Srimpi dapat diketahui dari cakepan gerongan karawitan tari. Tari Srimpi merupakan salah satu tari dari istana/karaton dengan pola gerak yang : · Halus, · Tenang, · Semeleh, · Menep, · Hening, · Wingit, · Regu atau kelompok. Tarian ini mampu membawa penonton kepada suasana magis. (Parmuji, 2006:4). Nama dari tari Srimpi, biasanya diambil dari nama gendhing yang mengiringi misalnya : · Srimpi Gambirsawit menggunakan gendhing Gambirsawit; · Srimpi Sangupati menggunakan gendhing Sangupati dan lain sebagainya. · Srimpi Ludiramadu menggunakan gending Ludiramadu. Srimpi Sangupati adalah salah satu karya Paku Buwana IV yang memerintah Keraton Kasunanan Surakarta pada tahun 1788 – 1820. Pada awalnya diberi nama Srimpi Sang Apati, karena merupakan sebutan bagi calon pengganti raja yang memiliki arti penghormatan terhadap raja. Pada tahun 1866 – 1893 yaitu masa pemerintahan Paku Buwana IX, Srimpi Sang Apati diubah namanya menjadi Sangupati, karena berkaitan dengan peristiwa perjanjian untuk penyerahan secara paksa tanah pesisir Pulau Jawa kepada pihak Belanda. Pada peristiwa perjanjian tersebut Paku Buwana IX menjamu para tamu Belanda dengan mempertunjukkan Srimpi Sangupati. Pertunjukan tari Srimpi Sangupati pada saat perjanjian antara Paku Buwana IX dan Belanda tidak hanya sebagai hiburan bagi tamu raja. Namun merupakan siasat Paku Buwana IX untuk menggagalkan perjanjian dengan pihak Belanda. Pada saat itu penari menarikan tari Srimpi Sangupati menggunakan properti pistol dengan diisi peluru yang sebenarnya, dengan tujuan apabila perundingan itu mengalami kegagalan para penari Srimpi Sangupati siap menembak para utusan Belanda dan rela mati demi membela negara dan bangsanya. Karena itulah yang awalnya nama Srimpi Sang Apati berarti calon pengganti raja, diubah menjadi Srimpi Sangupati yang berarti siap mati. Makna Tari Srimpi Sangpati : Setelah Paku Buwono XI meninggal pada tahun 1893, Beliau digantikan oleh putranya yaitu Paku Buwono X. Tari Srimpi Sangupati dikembalikan lagi namanya menjadi Srimpi Sangapati. Dengan maksud agar semua hasil perbuatan manusia selalu ditujukan untuk menciptakan dan memelihara keselamatan maupun kesejahteraan bagi kehidupan. Hal ini nampak tercermin dalam makna simbolis dari tari Srimpi Sangapati yang menggambarkan perlawanan terhadap hawa nafsu yang selalu menyertai kehidupan manusia dan berusaha untuk saling menang sendiri. Nama Srimpi Sangapati sering disebut dengan Srimpi Sangopati karena pengucapannya dalam Bahasa Jawa. Namun pengucapannya sering disebut dengan Srimpi Sangupati hingga saat ini. (Yayasan Pawiyatan Kebudayaan Keraton Surakarta:1) Tari Serimpi merupakan tarian sakral yang dahulu hanya dipentaskan oleh kalangan internal keraton. Nama serimpi juga dikaitkan dengan 4 unsur dalam kehidupan manusia yang mewakili 4 orang penari, yaitu : · Grama (api), · Angin (udara), · Toya (air), dan · Bumi (tanah). Penari Serimpi Sangupati dilengkapi dengan properti berupa : 1. Pistol : Pistol yang diisi oleh peluru asli sebagai pertahanan jika pihak Belanda melakukan serangan. 2. Gelek Minum, yaitu sebuah wadah sejenis gelas untuk menjamu tamu Belanda yang datang. Secara umum, penari serimpi sejak dulu menggunakan pakaian temanten puteri gaya keraton, dilengkapi dengan : · Dodotan dan · Gelung bokor sebagai penghias kepala. Namun dalam perkembangannya, terjadi banyak perubahan, seperti misalnya : · Penggunaan kain seredan, · Baju tanpa lengan berwarna terang, dan · Bulu burung kasuari sebagai hiasan kepala. · Keris menjadi salah satu properti penting yang biasanya diselipkan menyilang ke kiri. Penggunaan properti keris tidak lepas dari representasi tari Serimpi sebagai tarian keraton. Meski demikian, pada tari Serimpi Sangupati, properti keris diganti dengan pistol. Hanya saja, jika dahulu pistol diisi dengan peluru sungguhan, kini properti tersebut hanya menjadi pelengkap tarian saja. Tari Serimpi Sangupati memiliki makna mendalam tentang nilai-nilai luhur agar manusia mampu melawan dan mengendalikan hawa nafsunya sendiri. Pesan dalam gerakan tari serimpi juga mengajarkan agar segala tingkah laku manusia mengandung jalan kebaikan dan kesejahteraan. Satu lagi kesenian tradisi yang lahir dari kehidupan keraton yang harus dijaga dan dilestarikan agar keberadaannya tidak punah termakan zaman. Pada struktur sajian srimpi Sangupati mengacu pada struktur tari jawa yaitu maju beksan, beksan dan mundur beksan Keunikan Tari Serimpi : Sama seperti tari daerah lainnya, tarian serimpi juga memiliki sisi unik yang berbeda. Keunikan tersebut menjadi ciri khas tari serimpi, antara lain: 1. Dilakukan oleh 4 (empat) orang penari – Tarian yang berasal dari Surakarta (Solo) ini disajikan dengan gerakan gemulai dan anggun. Gerakan tersebut adalah gambaran kesopanan, budi pekerti, serta lemah lembut yang menjadi karakter wanita Jawa. Tari serimpi dilakukan oleh empat orang penari. Meski ditarikan dalam jumlah penari sedikit, namun tarian ini tetap memberikan makna tersendiri. 2. Memiliki Kedudukan Istimewa di Keraton – Pada zaman dulu hingga saat ini, tarian ini memiliki posisi istimewa di kalangan keraton. Bahkan tarian ini tidak dapat disandingkan dengan tarian lain karena sangat disakralkan. 3. Tarian Suci dan Sakral – Karena mempunya tingkat kesucian dan kesakralan yang tinggi, maka tarian ini menjadi pusaka yang melambangkan kekuasaan raja. 4. Hanya dipentaskan oleh orang terpilih – Masih berkaitan dengan kesakralan tari serimpi, maka tarian ini tidak boleh dimainkan oleh sembarang orang. Hanya penari terpilih yang lolos seleksi ketat sesuai kriteria yang boleh membawakannya. 5. Tidak Membutuhkan Sesajen – Meski tarian ini dikeramatkan, akan tetapi saat pementasan akan dilakukan tidak perlu menggunakan sesajen. Sesajen hanya dibutuhkan saat upacara adat tertentu. 6. Ragam Jenis Tari Serimpi – Sejarah kasultanan yang terbelah menjadi dua menjadikan tarian ini memiliki banyak jenis dan variasi yang berkembang di Surakarta dan Yogyakarta. Tari Srimpi Sangupati Keraton Kasunanan Surakarta mengalami pemadatan. Tari Srimpi Sangupati yang semula berdurasikan ±1 jam, namun setelah diubah menjadi ±16 menit. Pemadatan ini dilakukan oleh Agus Tasman dengan cara memadatkan dan menyusun kembali tarian tersebut. Pemadatan dan penyusunan kembali dilakukan dengan mengurangi pengulangan gerak, mengubah tempo yang lamban menjadi cepat (seseg), menggarap irama, variasi pola lantai, level gerak dan arah hadap penari. Tari Srimpi Sangupati yang sudah diubah, pertama kali dipentaskan dalam rangka menyambut tamu dari luar negri di Pendapa Sasanamulya Baluwarti. (Widyastutieningrum, 2007:12). Pengembangan yang disesuaikan perkembangan jaman : Srimpi Sangupati merupakan salah satu tarian yang berasal dari Keraton Kasunanan Surakarta Srimpi Sangupati Keraton Surakarta disebut juga dengan Srimpi Sangupati “utuh” karena pada tari Srimpi ini berdurasikan ±1 jam dan menggunakan property lengkap yaitu : · meja kecil, · kenthi, sloki, dan · pistol. Srimpi Sangupati dipadatkan oleh Agus Tasman menjadi ±16 menit dan juga tidak menggunakan properti seperti yang ada di Srimpi Sangupati Keraton Kasunanan Surakarta. Pemadatan yang dilakukan oleh Agus Tasman bertujuan untuk menjaga agar kelestarian, eksistensi, dan kontinuitas seni pertunjukan tradisi keraton terjaga. Penelitian pemadatan Srimpi Sangupati Keraton Kasunanan Surakarta oleh Agus Tasman merupakan penelitan kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis. Penelitian ini menggunakan teori perubahan menurut Giddens yang diperkuat oleh Douglas dan Goodmans mengenai faktor yang mempengaruhi perubahan yaitu agen dan struktur. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pemadatan Srimpi Sangupati Keraton Kasunanan Surakarta oleh Agus Tasman dilakukan dengan menggarap dan menyusun kembali materi yang telah ada meliputi : · Pemadatan waktu, · Mengurangi pengulangan gerak, · Menggarap gendhing, · Variasi pola lantai, · Menghilangkan properti dan · Juga mengubah rasa yang ditimbulkan pada Tari Srimpi Sangupati. Dampak dari perubahan itu menjadikan Srimpi Sangupati menjadi lebih akrab dengan masyarakat luas baik dari dalam keraton maupun luar keraton. Hasil dari pemadatan Tari Srimpi Sangupati menjadi lebih menarik, tidak monoton, dan laris. Koreografer : Pada struktur sajian srimpi Sangupati mengacu pada struktur tari jawa yaitu maju beksan, beksan dan mundur beksan. 1. Gerak : Pada Srimpi Sangupati menggunakan gerak tradisi putri gaya Surakarta yang memiiki ciri dan pakem tertentu. Gerak yang ada pada Srimpi Sangupati menggambarkan cerita atau makna yang ada pada isi tarian ini. Berikut adalah gerak – gerak yang ada pada tari Srimpi Sangupati : a. Maju Beksan : Maju beksan adalah bagian awal dari tari tradisi Gaya Surakarta, pada bagian maju beksan Srimpi Sangupati menggunakan gerak kapang-kapang. Gerak kapang-kapang adalah gerak berjalan dengan posisi angkah tegap, tangan lurus kebawah, pandangan kedepan. Pada bagian awal masuk, penari berada di sudut kiri belakang panggung dan kemudian berjalan menuju gawang tengah (gawang sumpomo) dengan formasi satu baris (urut kacang). Formasi barisan dimulai dengan urutan paling depan yakni Batak, Gulu, Dhada, dan Buncit. Posisi penari berada di sebelah kanan properti meja, setelah cukup lurus Batak maju serong ke kiri dan berhenti di depan properti meja, Buncit maju serong kiri berhenti di belakang properti meja sedangkan Gulu dan Dhada menuju posisi rakit belah ketupat dan kemudian dilanjutkan dengan gerak trap sila. a. Beksan Beksan merupakan bagian inti dari sebuah tarian, beksan Srimpi Sangupati dimulai dari gendhing Sangupati. Vokabuler gerak atau sekaran pada bagian beksan Srimpi Sangupati adalah : - Sekaran Laras Sangupati, - Ngalapsari, - Mudrangga, - Sekar suwun, - Jala-jala, - Panahan jengkeng, - Lung manglung, - Ngunjuk jengkeng, - Engkyek, - Ngunjug ngadeg, - Gendhongan, - Lingak gagak dan - Ngalapsari. c. Mundur Beksan Mundur beksan adalah struktur bagian akhir tari tradisi Gaya Surakarta. Mundur beksan dalam sajian Srimpi Sangupati menggunakan gerak berjalan. Posisi berjalan untuk penari Gulu dan Dhada menuju ke tengah sejajar dengan Batak dan Buncit menjadi gawang atau pola lantai garis lurus (urut kacang), kemudian ngglebag dilanjutkan dengan kapang-kapang keluar panggung. 2. Rias Busana Tata rias dan tata busana merupakan dua rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu garapan tari. Tata rias dan busana digunakan untuk memperjelas dan sesuai dengan tema pada sebuah sajian tari. Berikut adalah tata rias dan busana tari Srimpi Sangupati : a. Tata rias Tata rias yang digunakan dalam sajian Srimpi Sangupati adalah rias korektif. Rias korektif adalah riasan yang lebih tebal dari pada rias yang digunakan dalam keseharian yang berfungsi untuk mempercantik wajah. b. Busana Busana yang digunakan pada Srimpi Sangupati bisa menggunakan tiga jenis busana, yaitu dengan menggunakan mekak, rompi ataupun dhodhot. Jenis busana yang digunakan tergantung selera penari, tidak ada ketentuan untuk memilih busana tertentu. 3. Musik Tari / Gending Beksan Tari Srimpi diberi nama berdasarkan dengan nama dari musik yang mengiringinya. Srimpi Sangupati adalah tari srimpi yang musik pokoknya adalah Gendhing Sangupati. Selain Gending Sangupati terdapat pula gending lainnya yang dibagi pada tiga adegan,yaitu : - Maju Beksan : Pathetan Laras Pelog Pathet Barang. - Beksan : Gendhing Sangupati Kethuk 2 Kerep Minggah 4 Laras Pelog Pathet Barang, Ketawang Longgor Lasem Laras Pelog Pathet Barang. - Mundur Beksan : Landrang Winangan Laras Pelog Pathet Barang. Musik tari dalam pertunjukan tari Srimpi Sangupati membantu untuk menghadirkan suasana-suasana yang ingin di sajikan. Musik tari Srimpi Sangupati menggunakan gending kethuk 2 kerep minggah 4 kalajengaken ketawang Longgor Lasem, Laras pelog pathet barang. Gending ini di mainkan secara langsung menggunakan alat gamelan, yang terdiri dari gender, gong, kenong, kempul, bonang barung, bonang penerus, slentem, rebab, kendang, demung, dan ricikan. Pada gerak kapang-kapang diawali dengan cakepan tembang yang diiringi tabuhan rebab. Keseluruhan gamelan mulai ditabuh secara harmonis setelah penari selesai melakukan gerak kapang-kapang, sila dan sembahan. 4. Desain Lantai / Pola Lantai / Gawang tari Pola lantai tari Srimpi Sangupati pada prinsipnya terdiri dari pola lantai yang simetris berdasar jumlah penari. Simetris dalam hal ini memiliki arti keseimbangan atau pemerataan jumalah penari, contohnya pada empat penari yang dibagi menjadi dua penari kanan dan dua penari kiri, dua penari di depan, dan dua penari di belakang, selain itu garap level penari selama pertunjukan berlangsung terdiri dari level tinggi, rendah dan sedang. Level rendah terlihat ketika gerak jengkeng, level sedang dilakukan ketika berdiri mendak, dan level tinggi saat penari ketika jinjit. Pola lantai tari Srimpi Sangupati secara terperinci dapat dijelaskan dalam tabel di bawah ini Desain lantai adalah garis garis dilantai yang dilalui oleh seorang penari atau garis-garis dilantai yang dibuat oleh formasi penari kelompok. Secara garis besar ada dua macam pola garis dasar pada lantai yaitu garis lurus dan garis lengkung (Soedarsono, 1978:23). Pada srimpi Sangupati menggunakan kedua garis tersebut yaitu : · Garis lurus · Garis lengkung. Garis lurus digunakan saat srisig maju atau mundur, garis lengkung digunakan saat srisig belok. Garis lantai pada srimpi Sangupati menghasilkan berbagai pola yang disebut dengan gawang. Gawang yang ada di srimpi Sangupati adalah : - Gawang rakit belah ketupat, - Gendongan, - Rakit adu kanan, - Rakit adu kiri, - Rakit adu lawan, - Jejer wayang, - Urut kacang dan gingsul. 5. Tempat Pertunjukan Tempat pertunjukan dalam pertunjukan tari sangat bermacam-mcam. Pertunjukan tari tradisional di Jawa Tengah biasanya diadakan di Pendapa yang berupa bangunan luas kira-kira berukuran panjang 25 meter dan lebar 25 meter. (Soedarsono, 1978:35). Pertunjukan Srimpi Sangupati baik di Keraton biasanya di pertunjukan di Pendapa. Namun pada perkembangannya pertunjukan Srimpi Sangupati juga pernah di pentaskan di panggung procenium. 6. Properti Pada Srimpi Sangupati yang sudah mengalami perubahan di PKJT tidak menggunakan properti meja kecil, pistol, kenthi dan sloki seperti yang ada pada Srimpi Sangupati Keraton Kasunanan Surakarta. Namun gerak seperti pistulan dan ngunjug diganti dengan sekaran untuk mewakili gerak yang menggunakan properti tersebut. Properti yang digunakan pada Srimpi Sangupati PKJT adalah sampur. 7. Lighting Lighting yang digunakan pada tari Srimpi Sangupati adalah general lighting. Garap Tari Srimpi Sangupati Tari Srimpi Sangupati memiliki karakter yang tegas, bijak, dan anggun. Pada dasarnya pengetahuan akan konsep garap tari Srimpi Sangupati yang tegas, bijak, dan anggun. Tari Srimpi Sangupati memiliki bentuk sajian yang utuh, mulai dari : · Gerak, · Tema, · Desain lantai, · Desain dramatik, · Desain musik, dan · Perlengkapan tari. Setiap elemen yang telah disebutkan sesuai tari Srimpi Sangupati sebagai prajurit yang tegas, bijak, dan anggun. Kesan penari yang tegas dibangun dari balutan busana baju yang berbentuk rompi ditambah dengan volume gerak yang besar, mulai dari berjalan memasuki panggung (kapang-kapang). Hal tersebut dimunculkan sejak awal oleh karena postur tubuh penari yang tinggi dan berisi. Pada konsep garap tari, tidak hanya mewujudkan kesan yang tegas, tetapi juga bijak, dan agung yang digambarkan melalui : · Pemilihan busana, · Pola lantai, · Volume gerak, · Tempo gerak, dan · Ekspresi wajah. Ekspresi wajah yang dimunculkan oleh penari memiliki kualitas mata merunduk ke bawah. Adapun jarak pandangan mata penari ialah sejauh lima meter, selain itu pada saat menari menampilkan mimik dengan senyum yang tipis tanpa ada penambahan mimik lainnya. Terlepas dari hal tersebut, penguasaan terhadap wiraga, wirama dan wirasa juga perlu dilakukan dengan cara mendengarkan gending yakni tabuhan, tempo dan rasa seleh. Menari tari Srimpi Sangupati bukan hanya sekedar persoalan menghapal, bergerak dan menyajikan, tetapi lebih jauh dari pada itu. Menari tari ini diperlukan keseriusan membentuk 23 simbolisasi makna batiniah (rasa), sehingga unsur semeleh dapat tersampaikan pada penonton. Ruh atau daya cipta “net” nantinya akan menimbulkan : · Krenteg (dorongan daya kreatif), · Karep (kehendak agar memiliki makna), · Urip (hidup) yang berarti urup (nyala energi) . Kelekatan tari pada pemahaman rasa ditujukan untuk dapat memberikan pesan dan kesan. Penerimaan pesan dapat menghantarkan pemahaman pada substansi alur dramatik, sehingga secara sadar para penari dan penonton dapat menghayati intisari pertunjukan. Tari diungkapkan tidak sekedar tontonan tetapi dimaksudkan sebagai tuntunan. Seni tersebut bukanlah sesuatu yang harus dinikmati, namun juga merupakan sarana pendidikan masyarakat yang efektif . Fungsi ini seakan menjadi konsekuensi bagi siapa saja yang membawakan. Segala hal yang perlu ditampilkan oleh penari Srimpi Sangupati dapat terselesaikan dengan cara mengaplikasikan konsep wiraga, wirama, dan wirasa melalui tahap eksplorasi.

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 31-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Novita Sofia Iskandar, S.Sn

Ngenden, Banaran Grogol

081329428636

sofiaiskandar@gmail.com

Jurusan Tari ISI Surakarta

Jl. Ki Hajar Dewantara N o, 9 Surakarta

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 31-01-2022

Maestro Karya Budaya

Rusini, s.Kar, M.Hum (72 tahun)

KeprabonTengan, Surakarta

089652009243

-

GPH. Dipokusumo, Pengageng Parentah Karaton (64 tahun)

Baluwarti, Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah

0271645412

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 31-01-2022
   Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 31-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047